Bunda sama dedek nemenin ayah di distro, kamu jangan lupa makan ya, makanannya udah bunda siapin di meja makan
Kira kira itulah pesan singkat yang dikirimkan oleh Bundanya.
Arci menghela nafas pelan, lalu melock ponselnya, dan segera memasuki rumah. Ia baru saja turun dari motor ojol dan berhenti ketika merasakan getaran di saku jaketnya, ternyata Bundanya yang mengiriminya pesan, mungkin ia akan sendirian dirumah sampai nanti malam.
Malam?
Setelah membuka rangkaian besi berwarna hitam yang menjadi pagar rumahnya, Arci mengkuncinya dari dalam.
Arci memutuskan untuk langsung menuju kamar. Ada sedikit perasaan takut di benak Arci ketika memikirkan bahwa ia hanya seorang diri di dalam rumah, namun ia langsung menepisnya.
--------------------------------------
"Arci pilih yang mana...
Yang hitam atau yang putih..
Yang hitam terlalu gelap
Kalo putih nanti terawang* asek...."Arci bersenandung sambil menggoyangkan badannya ke kanan ke kiri, ia tengah berada di depan lemari yang sudah terbuka lebar, hendak memilih kaos yang nyaman digunakan sampai malam.
"Pakek kuning aja deh, biar terangnya seperti sunlight!" Arci bergumam sambil mengambil kaos kuning pemberian Pamannya ketika berkunjung ke Bali.
Arci udah mandi loh kawan, badannya semerbak wangi bunga sakura, rambutnya wangi lemon, mulutnya bau mint. Syedap sekali lah pokoknya.
Setelah mengenakan kaos kuningnya, Arci memakai celana selutut motif kotak kotak berwarna abu abu, perpaduan yang sangat aneh.
Apasih yang normal dari Arci?
Selesai dengan ritualnya, Arci keluar kamar dan berjalan ringan menuju ke dapur, tepatnya menuju ke meja makan, Arci memakan sepiring nasi beserta lauk pauk yang tersedia dengan khidmat.
Denting antara sendok dan garpu yang beradu menjadi suara yang paling mendominasi di ruangan itu, atau bahkan di penjuru rumah.
Hati Arci sedari tadi tak bisa diam, terus merapalkan doa yang masih bisa ia hafal. Bahkan, lampu di semua area rumah sudah ia hidupkan, ia tidak ingin berada dalam kegelapan, kecuali kalo ada Kak Rei. Eh?
Tak lama kemudian, Arci menyelesaikan acara makan singkatnya, Arci membersihkan piring beserta kawan kawannya.
Dengan sedikit berlari, Arci menuju ke teras rumah, memutuskan untuk duduk di salah satu kursi putih yang menghadap langsung kearah jalanan.
Tangan Arci terulur mengambil ponselnya yang ada disaku celana, mengaktifkan data selulernya.
Cukup banyak chat yang ia terima, tapi Arci sama sekali tidak menggubrisnya, ia malah kembali ke layar utama dan membuka aplikasi wattpad, sok sibuk banget bocah!
Arci membenarkan posisi duduknya yang sedikit merosot, mencari posisi terbaik untuk membaca.
Baru saja membuka book bertema fantasi, layar ponselnya langsung berubah dengan singkat, sambil menderingkan nada
Ye oneul Special Day~
nan neowa hamkke My Bee~
ippeo ippeoyo ~Baymax is calling...
Arci mendengus pelan melihat layar ponselnya, sedikit kesal acara me timenya diganggu oleh seonggok manusia modelan Fay.
Sambil menggeser ikon berwarna hijau ia berkata,
"APAAN SIH FAY?! GANGGU AJA LO!"
"Astaghfirullah ukhti, ane belum salam panjenengan udah ngegas aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulus
Teen Fictionini adalah kisah seorang gadis, yang menyukai seseorang yang terlalu biasa. alhasil, ketika ditanya apa alasannya menyukai sang cowok, ia hanya bisa menampilkan senyuman anehnya. ganteng? tidak, tidak sama sekali kaya? eum, tidak tau keren? mungkin...