BAB 15

59 5 4
                                    

"KE KANTIN YUK MBLO!" Ajak Fay sambil menggebrak meja di depannya.

Alhasil, hal itu mengagetkan seluruh penghuni ruangan, terlebih ketiga orang yang tengah khusyuk merapikan peralatan mereka masing masing. Emang toa banget suaranya si Fayra Ananta.

"TU MULUT UDAH KAYAK PETASAN BANTING AJA!"Cerca Arci sambil melotot galak kearah Fay.

"Petasan banting mah kebagusan buat si Fay." Sahut Nadhira sambil beranjak dari duduknya.

"Terus cocoknya apaan?" Tanya Arci.

"Kaleng rombeng yang udah diinjek sama Pak Rahmat." Jawab Nadhira sekenanya, sedikit tidak nyambung, tapi... yasudahlah.

"Gepeng dong, awokwokwok." Si Anna ikut nimbrung.

"Enak bener ya, ngejulid di depan orangnya, guuud." Celetuk Fay tak habis pikir. Emang ada ya? Ngejulid di depan orangnya langsung dengan suara yang tidak bisa disebut pelan? Ada sih, mereka ini contohnya.

Fyi nih ya, para siswa siswi X Mipa 2 sedang berada di laboratorium biologi, sedang melaksanakan presentasi di tempat itu. Muridnya sih yang maksa, untung gurunya cuma iya iya aja. Alasannya, ngadem. Padahal kelas mereka sudah dilengkapi dua buah kipas angin. Emang dasarnya pembuai mereka ini, aslinya mah buat ngulur waktu biar jam pelajarannya semakin berkurang, jarak lab biologi sama kelas lumayan jauh soalnya.


Mwehehehe

Mereka berempat (udah tau lah siapa) berjalan dua dua, Nadhira dan Fay dibelakang, sedang Arci dan Anna didepannya.

Ketika masih diambang pintu laboratorium, tubuh Fay didorong pelan dari belakang, gak seberapa kenceng sih, tapi udah cukup membuat tubuh Fay oleng,sedikit menubruk tubuh Arci.

"HEH KAL-o jalan...." pekik Fay yang semakin kecil diakhir kalimatnya.

Siapa lagi kalo bukan ulah Angkasa, cowok bertubuh tegap yang mampu memporak porandakan hati seorang Fay.

Acikiwirr

"Ya maap Fay, lo ngehalangin jalan keluar sih." Ucap Angkasa sambil mesam mesem gak jelas.

Arci melotot tak terima, ia nyaris mendorong tubuh Angkasa sampek nyusruk sekalian. Untung saja Nadhira sudah menahan bahu Arci, membuatnya tak berkutik.

"ENAK BENER LO KALO NGOMONG?! MATA LO KEMANA SIH?! TUKAR POSISI SAMA DENGKUL YA?!" Arci memekik heboh,gini nih jadinya kalo maung disenggol sedikit, langsung nyablak kan?

Angkasa melirik sinis kearah Arci,
"Fay yang gak sengaja gue dorong aja gak ngamuk, napa jadi elo yang sewot?!"

Arci melipat lengan seragamnya, membuatnya lengannya semakin terekspos,
"Kuy baku hantam! Gedeg gue lama lama liat muka lo yang sok kegantengan!"

Namun Angkasa tidak menggubrisnya, ia malah menatap Fay yang masih cengo sedari tadi. Kasian Arci dikacangin cogan.

Langsung saja Nadhira dan Anna membawa Arci menjauh dari laboratorium, tak mau liat Arci jadi kesetanan di tempat, ngomong biasa aja suaranya udah toa, apalagi pas ngamuk?

Btw, posisi laboratorium itu dempetan sama kelas 12, jadi mereka harus melewati koridor kelas pujaan hati Nadhira.

Si Dwi Gusta

Emangnya siapa lagi?

Tiga orang sisanya meninggalkan Fay yang sedang berinteraksi dengan salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang konon ia puja.

"Udah Ci... sabar dong! Inget senyum tololnya Kak Rei!" Ucap Anna sambil merangkul bahu Arci dengan lengannya yang tidak memegang buku.

"Lo kayak gak tau si Angkasa aja! Dia kan emang suka banget jahil!" Tambah Nadhira.

TulusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang