BAB 21

43 4 9
                                    

Flashback on

Nadhira mengikat tali sepatu putihnya, senyumnya terlukis dengan indah, hatinya tengah berbunga bunga sekarang.

Line

Suara notifikasi ponselnya terdengar, ia segera membuka roomchatnya dengan seseorang. Seseorang itu bilang sudah berada di sekitar rumahnya.

Nadhira segera bangkit, dan merapikan kaos olahraga yang ia gunakan. Kakinya melangkah menuju ke gerbang rumahnya.

Motor matic hitam seseorang itu mendekatinya, dan berhenti tepat dihadapannya.

"Assalamu'alaikum Nadhira.." sapa Dwi sambil membuka kaca helmnya.

Yap! Seseorang yang dimaksud disini adalah Dwi, mereka memang sudah janjian sejak seminggu yang lalu, karena orangtua Nadhira sedang ada kepentingan di luar kota, jadi Dwi berbaik hati mengajaknya.

Nadhira tersenyum, tangannya mengambil helm yang disodorkan oleh Dwi,
"Wa'alaikumsalam Kakak."

Dwi tersenyum sambil menatap Nadhira yang tengah memakai helm coklat, milik sepupunya yang ia pinjam secara paksa.

"Udah?" Tanya Dwi.

"Udah."

"Yuk berangkat!" Ajak Dwi sambil menghidupkan mesin motornya.

Nadhira segera naik keatas motor Dwi.

"Pegang aja jaket saya." Ucap Dwi.

Nadhira mengangguk kaku dan segera melaksanakan ucapan Dwi, ia meremat pelan jaket abu abu Dwi dengan kedua tangannya.

"Bismillahirrohmanirrahim." Dwi mengucap basmalah lalu melajukan motornya pelan.

Mau tak mau Nadhira tersenyum lebar mendengarnya, ia merasa tak salah memilih calon imam.

Ahay:D

-------------------------------------

Nadhira dan Dwi berjalan berdampingan menuju ke area bakti sosial yang diselenggarakan oleh pihak ekskul mereka.

"Lumayan banyak juga yang datang." Celetuk Dwi ketika melihat cukup banyak orang memadati area membaca.

"Iya." Sahut Nadhira.

"Punten, Assalamu'alaikum semuanya.." sapa Dwi dengan nada yang cukup kencang, membuat banyak orang melihat kearahnya.

Nadhira menunduk malu, karena ia dan Dwi menjadi pusat perhatian sekarang.

"Wa'alaikumsalam, dateng juga kepala suku! Lama bener sih?" Salah satu anggota sains club datang menghampiri Dwi dan Nadhira, lalu berjabat tangan selayaknya.

Dwi menampilkan cengirannya,
"Ya maklumlah, gue jemput Nadhira dulu tadi."

Selang beberapa menit kemudian, Nadhira dan Dwi berbaur dengan para anggota sains club yang lainnya, Nadhira berada di area membaca buku tentang ilmu astronomi.

"Kakak kakak! Ini namanya apa?" Tanya seorang gadis kecil menghampiri Nadhira dan mengambil posisi duduk disampingnya.

Nadhira tersenyum melihat gadis yang rambutnya dikuncir dua itu, tangannya meraih buku yang disodorkan,
"Ini namanya planet dek."

"Pamet?"

Sambil terkekeh gemas Nadhira menyahuti,
"Bukan pamet, tapi planet, p l a n e t." Nadhira mengejanya.

"Oh..." gadis itu mengangguk lucu, membuat dua kuncirannya bergerak seirama.

Flashback off

"Jadi ya gitu.. gue pulang pergi bareng Kak Dwi." Nadhira mengakhiri acara mendongengnya kepada ketiga manusia kepo dihadapannya.

Mata Arci memicing sinis,
"Lo gak bo'ong kan?"

Nadhira menghela nafas pelan,
"Ya kagaklah! Lagian apa untungnya sih gue bo'ong?"

"Tapi ya Ra, gue kok rada' gak percaya ya kalo lo bisa sedeket itu sama Kak Dwi, dalam waktu singkat lagi." Anna menyahut.

"Gue aja gak percaya, apalagi elo!" Celetuk Nadhira.

Mereka kini tengah duduk di bangku kayu yang berhadapan langsung dengan panggung dies natalies sekolah.

Ujian telah usai seminggu yang lalu, jadi sekarang waktunya merilekskan pikiran dengan menikmati acara sekolah.

Fay menatap kosong kearah beberapa orang yang tengah dance cover diatas panggung, pikirannya melayang entah kemana.

"Sebenarnya.." gumaman Fay menarik perhatian ketiga sahabatnya yang duduk berderet di sebelah kirinya.

"Kenapa Fay?" Tanya Arci yang duduk diantara Fay dan Anna.

"Gue ngeliat Angkasa lagi chatan sama cewek."

"Yaelah Fay, cuma chatan, gak sampek pegangan apalagi ciuman!" Celetuk Nadhira.

Celetukan itu membuat Arci mendelik sebal, merasa tersindir.

"Yatapi ini beda! Gue ngeliat Angkasa senyum senyum sendiri pas bales chat tu cewek, mana namanya dikasih emot lagi." Curhat Fay sambil mengerucutkan bibirnya.

"Emot apaan? Kali aja emotnya monyet kan?" Lagi lagi Anna mengeluarkan celetukan anehnya.

Fay menghela nafas pelan,
"Gue capek sebenernya suka sama cowok, udah hafal banget gue rasanya dikecewain, disakitin, ditinggalin, tapi gue gak tau, kenapa susah banget move on dari Angkasa."

Arci mengelus pelan pundak Fay, ini masalah hati, jadi ia tidak bisa berkata apa apa.

"Kalo mau move on itu jangan diniatin! Pasti lo gak bakalan bisa move on! Lo sikapin biasa aja udah, nanti juga lo lupa dia dengan sendirinya." Rentetan kalimat diberikan oleh Nadhira.

Fay mengangguk mengiyakan,
"Iya,makasih sarannya."

-------------------------------------

Dikit aja, lagi krisis ide soalnya:)

TulusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang