Anna dan Arci tengah berjalan berdua menuju ke Kopsis sekolah, hendak membeli bolpoint. Sedangkan dua cecunguk yang lain, tengah membeli makanan di kantin. Mereka bilang, perut mereka udah dangdutan sejak jam pelajaran ketiga.
Anna berjalan sambil mengamit lengan Arci,
"Mmm Ci!" Panggil Anna.Arci yang tengah curi curi pandang ke area kelas XI berdehem pelan menyahuti.
"Cuma mau manggil aja! Mau ngetes kuping lo masih hidup ato nggak!" Sahut Anna.
Sambil mencubit pelan lengan Anna, Arci menyahut,
"Gaje banget sumpah!"Anna merengut sambil mengusap lengannya yang dicubit oleh Arci,
"Ya abisnya! Lo diem mulu daritadi!""Sstt, diem dulu! Gue lagi nyari Kak Rei ini!"
"Ngapain dicari sih? Bukannya udah jelas Kak Rei itu gak kemana mana." Sahut Anna.
Arci menoleh bingung,
"Hah?" Gagal paham maksud dari Anna.Menatap serius Arci, Anna menjawab,
"Iya, tetep stuck di hati lo." Celetuk Anna.Blank
Hanya itu yang Arci lakukan, pikirannya benar benar melayang, jiwanya seakan tertarik keatas. Mungkin terdengar berlebihan, tetapi memang itu yang Arci rasakan.
Bahkan ia tak sadar, jika Anna sudah masuk ke Kopsis dan meninggalkannya seorang diri, jarak Kopsis sudah dekat kok, hanya berjalan sedikit dan belok kiri.
Setelah kesadarannya kembali, Arci menggeleng pelan, dan segera menyusul Anna ke Kopsis dengan berlari kecil.
-------------------------------------
Mereka berempat (Arci, Nadhira, Fay, Anna) tengah duduk selonjoran di tepi lapangan pada jam istirahat kedua, sudah bosan diam di kelas yang pemandangannya itu itu aja.
Arci memejamkan mata, merasakan angin meniup lembut anak rambutnya, sampai tiba tiba, ia merasakan ada tangan yang menepuk pelan bahu kirinya.
Arci menoleh kearah Nadhira, sosok yang duduk di samping kirinya,
"Ada Kak Rei." Nadhira mengatakan tanpa suara, hanya melalui gerakan mulut.Nadhira melirikkan matanya menuju kearah mimbar upacara yang terletak tak jauh dari tempat mereka duduk.
Arci menoleh kearah yang ditunjukkan oleh Nadhira, mencoba bersikap natural. Ya, ada Rei disana. Cowok bertubuh tinggi menjulang itu tengah sibuk tertawa bersama para sahabatnya.
"Nih tangan gue Ci! Remes aja kalo lo udah gak kuat denger suara do'i ketawa." Tawar Nadhira sambil mengulurkan lengannya kearah Arci.
Arci mengalihkan pandangannya sambil meremas gemas tangan Nadhira, ia sibuk menggigit bibir bawahnya agar tidak kelepasan berteriak.
Namun secara mendadak, Fay dan Anna berdiri dari duduknya, mereka berdua meletakkan botol bekas-yang entah didapatkan dari mana- ditengah tengah mereka.
"Mau ngapain lo?" Tanya Nadhira.
"Mau maen sepak bola! Ikutan kagak?" Tanya Fay sambil menoleh kearah Nadhira yang duduk di belakangnya.
"Nggak ah! Ogah banget gue!" Sahut Nadhira.
"Yaudin!" Sahut Anna.
Dan mereka berdua memulai pertandingan mini ala mereka dengan menggunakan alat seadanya.
Mereka hanya saling berebut botol bekas, menendangnya secara bar bar, sampai botol plastik itu penyok tak karuan, botol yang malang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulus
Teen Fictionini adalah kisah seorang gadis, yang menyukai seseorang yang terlalu biasa. alhasil, ketika ditanya apa alasannya menyukai sang cowok, ia hanya bisa menampilkan senyuman anehnya. ganteng? tidak, tidak sama sekali kaya? eum, tidak tau keren? mungkin...