"Panas banget yawla." Keluh resti, teman sekelas Arci yang kebetulan berdiri tepat dibelakangnya.
Saat ini, semua masyarakat sekolah SMA GARUDA tengah mengikuti rangkaian upacara bendera yang rutin dilaksanakan setiap hari senin.
Di depan, sang pembina upacara yang dengan gagahnya berdiri diatas mimbar upacara, tengah menyampaikan amanat.
Arci terpisah dari para sahabat bobroknya, karena ketika upacara, barisnya ditentukan menurut tinggi badan, dengan cowok di depan dan cewek dibelakang.
Nadhira, selaku sahabat Arci yang paling tinggi, berdiri pas dibelakang barisan para cowok, Anna berdiri dua baris setelah Nadhira, dan Fay yang berdiri disamping Anna, barisnya dua dua.
Sedangkan Arci harus ikhlas berdiri di baris nomor lima dari belakang bersama Fida, spot yang cukup panas, dan strategis untuk melihat sang pujaan hati yang tingginya menjulang.
Arci bahkan tak henti hentinya menatap Rei yang berdiri cukup jauh darinya, panas tak ia hiraukan, asalkan ia bisa melihat sosok yang memiliki alis runcing itu.
Dari jauh sana, Rei yang menjadi pemimpin barisan XI MIPA 3 tengah serius mendengar amanat pembina upacara, tak seperti Arci yang masuk telinga kanan, belum sampek telinga kiri udah keluar lagi.
"Heh!" Tegur Fida yang berada disamping Arci, ia merasa jengah melihat Arci yang terus menerus melihat ke spot yang sama.
Arci menoleh kaget kearah Fida,
"Apaan sih? Ngagetin aja tau gak?" Protes Arci sambil membenarkan letak topinya.Fida mendengus,
"Lo tuh ngapain melotot terus kearah sana? ada yang lo incer ya?""Sok tau lo!" Sahut Arci sambil kembali menghadap Rei.
Namun secara kebetulan, Rei menoleh kearah barisan kelas Arci, mereka sempat eyes contact selama dua detik.
"Astaghfirullah." Pekik Arci sambil memalingkan mukanya.
"Lo kenapa sih Ci?" Tanya Fida yang benar benar jengah.
Merasa ditatap penuh selidik oleh Fida, membuat Arci menggeleng heboh,
"Eh-eh gue gak papa! Iya gue gak papa! A-ada capung tadi nabrak mata gue! Makanya gue kaget! Sialan banget tuh capung!" Arci berargumen.Fida mengedikkan bahu tak peduli.
-di sisi lain-
"Busetdah! Si Angkasa tinggi banget!" Batin Fay sambil menatap Angkasa yang berdiri tak jauh darinya. Angkasa ini teman sekelas Arci, Nadhira, Fay, dan Anna.
Sedangkan gadis yang berada disampingnya, tengah sibuk menoleh kearah barisan para kakel, tengah mencari seseorang.
"Apa dia gak masuk ya?" Tanya Anna dalam hati.
Siapa sih Na?
Berbeda dengan Anna, Nadhira tidak perlu repot repot mencari Kak Dwi-nya, cowok yang ia kagumi itu tengah menjadi pemimpin upacara. Malah sedari tadi, ia sibuk menyembunyikan senyuman tipisnya agar tak terlihat. Biasa, terlalu berbunga-bunga.
Ini mereka pada janjian ngefangirl apa gimana?
beberapa menit kemudian........
"PENGUMUMAN PENGUMUMAN!" Komando sang protokol membuat para siswa siswi yang sudah bersiap bubar barisan menjadi mengeluh kesal.
"EKHEM CEK! UNTUK PETUGAS UPACARA MINGGU DEPAN SEPULUH MIPA DUA!"
Pengumuman dari pembina upacara sanggup membuat kelas yang dimaksud kompak membuka mulut mereka kaget.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tulus
Teen Fictionini adalah kisah seorang gadis, yang menyukai seseorang yang terlalu biasa. alhasil, ketika ditanya apa alasannya menyukai sang cowok, ia hanya bisa menampilkan senyuman anehnya. ganteng? tidak, tidak sama sekali kaya? eum, tidak tau keren? mungkin...