BAB 3

68 7 6
                                    

"Baiklah anak-anak, terima kasih atas partisipasinya dalam kegiatan belajar kita hari ini. Semoga ilmu yang kita dapatkan hari ini bisa bermanfaat, saya akhiri Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Ucap Bu Siti selaku guru mapel BI.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab siswa siswi x mipa 2 secara serempak.

Setelah memastikan Bu Siti sudah keluar, langsung saja Fay dan Anna menghadap kebelakang, kearah bangku Arci dan Nadhira.

"Bentar lagi jamnya apa?" Tanya Fay kepada Nadhira yang sibuk membenarkan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan.

Nadhira menoleh, lalu setelahnya ia menggeleng,
"Gak tau, lupa gue."

"Heh ci! Bentar lagi jamnya mapel apa?" Tanya Fay kepada Arci.

Arci tak langsung menjawab, ia mengambil salah satu buku tulisnya dan menunjukkan buku itu di depan wajah Fay,
"Bisa baca kan?"

Fay membaca tulisan yang ada disampul buku Arci,
"Ohh... fisika toh."

"Lagian lo ya, udah 5 bulan sekolah disini, masih gak bisa ngapalin jadwal? Belajar gak sih lo dirumah?" Tanya Arci, sepertinyaa sebentar lagi akan ada sesi baku hantam.

Fay menghela nafas pelan,
"Ya belajar lah bahlul! Gue juga pengen punya masa depan yang cerah." Sahut Fay.

"Hilihh... bicit kimi nyit!" Celetuk Arci tak bersahabat.

"Lo kenapa sih ci? Sakit gigi?" Tanya Anna memandang aneh Arci yang memamerkan deretan giginya.

"Diantara banyaknya alasan si Arci ngomong gak jelas, kenapa harus sakit gigi sih Na?" Tanya Nadhira kepada Anna yang masih memamerkan wajah konyolnya.

"Yakan biasanya, kalo sakit gigi tuh susah buat ngomong Ra." Sahut Anna.

"Iyain deh iyain, biarin dia seneng buat hari ini." Fay menanggapinya.

"Ekhem ekhem cek cek! WOY GUE MAU NGUMUMIN SESUATU NEH!" Teriak sang ketua suku x mipa 2, panggil saja ia Okta.

"Apa'an?" Tanya Bani, si cowok gamers.

"Fisika hari ini jamkos, tapiii jam Bahasa Inggris wajib dimajuin, jadi kita akan belajar bahasa inggris di jam ini,dan jam bahasa inggris di jam terakhir, kita jamkos, ulululululu." Sang ketua kelas mulai mengeluarkan suara gaib-nya.

"Gue bingung mau seneng apa sedih." Celetuk Nadhira.

"Gue udah capek capek ngeluarin buku fisika, malah gak jadi pelajaran, sabarr sabarr, Arci sabar nanti kalo udah gede bakalan pedang pora'an sama Kak Rei." Dumel Arci sambil memasukkan bukunya kedalam tas, dan mengambil buku bahasa inggris dari dalam tasnya.

"Masih sempet-sempetnya ngehalu!" Anna tak habis pikir dengan pemikiran gadis berinisial Arci ini.

"Heh heh! Miss Ida dateng!" Instruksi Fay dengan suara toanya, membuat semua siswa siswi heboh mengeluarkan buku dari dalam tasnya masing masing.

"Good afternoon class." Sapa Miss Ida sambil tersenyum.

"Good afternoon Miss." Sahut siswa siswi.

"Oke, silahkan buka buku paket halaman 53." Ujar Bu Ida sambil duduk di tempat singgasana-nya.

"Belum apa apa udah disuruh buka buku." Keluh Nadhira dengan suara setengah berbisik.

"Yaiyalah disuruh buka buku, emangnya lo mau buka apalagi? Buka terop*?" Celetuk Arci dengan suara yang sedikit tinggi, membuat Nadhira, Fay, dan Anna yang mendengarnya harus rela menggigit bibir mereka agar tidak menyemburkan tawa mereka.

Setelah itu, suasana kelas menjadi hening, para pelajar sibuk membaca salah satu description text yang ada di buku paket.

Saat membuka halaman selanjutnya, Arci merasa tertarik dengan sebaris kalimat yang tercetak di buku paketnya.

The amazingly bright stars as the only lights for the night.

Arci memang merasa tertarik dengan semua hal yang bercahaya dan berkedip kedip, terlebih kepada bintang. Gadis itu akan rela mendongak hingga lehernya sakit, hanya untuk melihat ribuan bintang yang bersinar di langit malam yang sedang tidak berawan. Itu terlihat.... mengagumkan.

Ia memiliki nama dengan arti bintang di dalamnya.

Afsheen

Nama itu diambil dari bahasa Arab yang mempunyai arti bintang. Oleh karena itulah, ia selalu mengklaim dirinya sebagai bintang.

"Bintang akan menyinari langit, hanya diwaktu malam hari, jadi... bukankah langit akan membutuhkan bintang untuk menyinari gelapnya?" Batin Arci.

Ia melamun sebentar, sebelum secercah ide muncul diotaknya, ia tersenyum simpul,
"Ya! Dia! Dia adalah malamku! Kak Rei!"

Akhirnya.... ia bisa menemukan julukan yang pas untuk lelaki yang ia kagumi selama sebulan terakhir ini.

"Kak Rei, let me be your bright stars, to light your darkness." Ucap Arci dalam hati dengan bersungguh sungguh.

"Kak malam." Lirih Arci tanpa didengar oleh siapapun, bahkan Nadhira.

"Well, finally i meet my night, and it's you!" Lanjutnya lirih sambil tersenyum tipis.



-------------------------------------


Sepulang sekolah, Arci tak melunturkan senyuman manisnya, ia menyapa siapapun yang ia kenal di jalan. Bahkan satpam sekolah, hal ini membuat orang orang yang mengenal ia menjadi sedikit aneh, biasanya gadis itu hanya akan menampilkan wajah flat naturalnya ketika tidak ada yang menyapa maupun mengajaknya bicara.

Arci memutuskan memesan ojek online lewat handphone-nya, Bundanya tidak bisa menjemput seperti biasa, wanita itu sedang mengantar adiknya yang masih TK untuk mengikuti lomba mewarnai di salah satu pusat perbelanjaan.

Tidak lama kemudian, sang driverpun datang dan berhenti tepat di depan Arci yang sedang berdiri di depan rumah orang.

"Dek Arci kan?" Tanya sang driver sambil menatap Arci.

Arci tersenyum, lalu mengangguk,
"Iya, bapak... pak Aiman kan?"

"Iya dek, bener." Sahut Pak Aiman sambil memberikan helm dengan logo ojol terkemuka.

"Makasih." Ucap Arci, lalu memasangkan helm itu dan menaiki motor matic Pak Aiman.

Di sepanjang jalan, Arci menoleh kanan kiri sambil tersenyum manis, membuat Pak Aiman yang melirik Arci dari kaca spion ikut tersenyum.

"Dek Arci lagi seneng ya?" Tanya Pak Aiman dengan meninggikan suaranya,  takut Arci tidak mendengar.

Arci sedikit mencondongkan badannya kedepan,
"Hehehe, iya nih Pak."

"Wahh pantesan, dari tadi Dek Arci senyum manis terus."

"Iihh bapak ngeliatin saya ya?" Tanya Arci pura pura ngambek.

"Eh eh maaf dek, saya gak akan ngeliatin adek lagi." Ucap Pak Aiman dengan nada bersalah.

"Hahaha, nggak papa kok pak! Saya cuma bercanda." Sahut Arci sambil tertawa ringan.

"Si Adek jahil pisan! Saya kan jadi takut beneran ini!" Celetuk Pak Aiman sambil menunjukkan ekspresi lega.

Arci hanya tersenyum, lalu tangannya mengambil handphone yang ada di saku seragamnya, mau update status dulu.

Let me be your bright star, to light your darkness:)

Setelah itu, ia meletakkan kembali ponselnya.

Kenapa rasanya sebahagia ini?
Rasanya seperti... menemukan rumah yang selama ini ia cari.

-------------------------------------

*terop= tendanya pernikahan, dari bahasa jawa.

TulusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang