Ting nong
Bel terakhir di minggu ini, sebagai tanda berakhirnya masa belajar mereka hingga dua hari kedepan. Mayoritas para pelajar langsung menghela nafas lega,akhirnya mereka sukses melewati masa belajar di minggu ini.
"Lo ekskul kan Ra?" Tanya Arci kepada Nadhira yang masih sibuk merapikan bukunya kedalam tas.
"Yo'i." Sahutnya semangat.
Arci mendengus kesal,
"Semangat bener yang mau ketemu gebetan." Sindir Arci.Nadhira nyengir sesaat,
"Woyajelas dong! Gue udah bayangin nih! Nanti pas gue masuk ruangan, gue bakalan disambut sama senyuman manis do'i." Nadhira mulai menghalu."Yayaya, apapun khayalannya, minumnya tetap teh botol sosro." Si Arci malah ngiklan.
Nadhira tetap mempertahankan senyuman manisnya tak terganggu dengan tingkah gaib sang kawan,
"Yaudah! Gue ekskul dulu ya! Bye Arci!" Pamit Nadhira sambil berjalan tergesa gesa. Tangannya masih berusaha menggendong ransel armynya.Fay menatap aneh Nadhira yang menghilang di tikungan kelas sebelah,
"Napa temen lo Ci?" Tanyanya pada Arci yang tengah berdiri, plonga plongo persis orang tolol."Biasa, satu spesies sama lo kalo udah siangan." Sahut Arci.
"Yuk Ci!" Ajak Nindi, teman satu ekskul Arci, seseorang yang sedari tadi ditunggu oleh bucin nomor satunya Reinatan.
"Maksud lo?" Tanya Fay, gagal faham dengan kalimat Arci.
Arci mengangguk serius,
"Iya, sama sama sawan."-------------------------------------
Dua orang senior sains club tengah asik menjelaskan tentang penerapan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari hari di depan sana, tak terkecuali Nadhira, gadis itu juga tengah fokus menerima materi yang diberikan oleh para seniornya. Ya... meskipun ia harus menahan rasa berdebarnya akan kehadiran sosok berkulit sawo matang itu di pojok ruang kelas.
Saat sedang fokus fokusnya menyimak materi,
"Permisi dek, boleh saya duduk sini?" Tanya Dwi yang sekarang berdiri tepat disamping Nadhira.Nadhira berdehem pelan, suaranya seperti tercekat di tenggorokan,
"Iya, boleh Kak." Izinnya sambil tersenyum manis.Dwi membalas senyuman Nadhira,
"Makasih ya..." Dwi menatap bingung Nadhira."Nadhira kak." Untung saja Nadhira itu cukup peka.
"Ah.. iya, Nadhira, maaf ya saya masih susah ngapalin nama nama anggota sains club." Jawab Dwi sambil mendudukkan diri disamping kanan Nadhira.
Nadhira mengangguk maklum,
"Iya kak, gak papa kok."Setelah itu, hanya terjadi kecanggungan diantara mereka berdua, sama sama menyimak materi.
INI GIMANA CERITANYA GUE BISA DUDUK SEBANGKU SAMA DO'I?! JANTUNG GUE APA KABAR?!-Teriak Nadhira dalam hati.
Sang kakak senior pembawa materi menjeda sebentar pembahasan mereka, salah satunya ada yang sedang menerima telepon.
"Ekhem!" Deheman Dwi berhasil menarik atensi Nadhira.
Nadhira menoleh sambil mengangkat kedua alisnya,
"Ada apa kak?""Nggak, cuma mau nanya aja, kamu kelas berapa?" Tanya Dwi mencoba mengakrabkan diri, karena diantara 24 anggota sains club, hanya Nadhira saja yang tidak pernah berbincang panjang dengannya, paling paling interaksinya cuma senyum sama jabatan tangan antar anggota.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tulus
Roman pour Adolescentsini adalah kisah seorang gadis, yang menyukai seseorang yang terlalu biasa. alhasil, ketika ditanya apa alasannya menyukai sang cowok, ia hanya bisa menampilkan senyuman anehnya. ganteng? tidak, tidak sama sekali kaya? eum, tidak tau keren? mungkin...