"SELAMAT PAGI SEMUAAA!" Arci berteriak dengan sangat gembira, kakinya menuruni tangga, menghampiri keluarganya yang berkumpul di meja makan.
"Wa'alaikumsalam." Sindir sang Ayah sambil menyesap sedikit tehnya.
Arci nyengir,
"Hehehe, Assalamu'alaikum Ayah, Bunda, Dedek." Arci melemparkan senyuman."Wa'alaikumsalam sayang, dah sana duduk, sarapan dulu." Ujar Bunda yang tiba tiba berdiri di samping Arci.
"Siaap Bunda!" Sahut Arci dan langsung mengambil posisi duduk di samping Yayan yang tengah asik memakan serealnya.
Tyas menyajikan sepiring nasi beserta lauk pauk dihadapan Arci, tak lupa segelas air putih, eh air bening maksudnya.
Arci segera memakan menu sarapannya dengan khidmat.
"Arci masih tetep suka sama Mas Mantan?"
Uhuk uhuk
Arci tersedak makanan yang ia kunyah, terlalu kaget dengan ujaran Bundanya. Buru buru ia meminum air dihadapannya.
Heri menggelengkan kepalanya,
"Bunda... lain kali, kalo makan itu jangan sambil ngomong, kasian itu Arcinya." Nasihat Heri sambil menatap Tyas yang duduk disamping kanannya.Tyas hanya tersenyum malu,
"Maafin Bunda ya Arci."Arci mengangguk saja, ia masih batuk batuk kecil,
"Kaka gak papa?" Tanya Yayan sambil menepuk pelan lengan kanan Arci.Arci tersenyum sambil menggeleng,
"Gak papa kok dek."Pandangan Arci beralih menatap Bunda yang duduk dihadapannya,
"Mas mantan tu siapa sih Bun?""Itu loh, Kakak kelas yang disukai sama kamu, yang wajahnya item,terus tinggi kayak tiang listrik."
Arci menunduk sesaat, ia tau siapa yang dimaksud oleh Bundanya,
"Kak Reinatan Bun, bukan Kak Mantan.""Nahh iya itu.."
"Kok bisa kamu suka sama kakak kelas yang kayak gitu Ci? Yang lebih ganteng itu banyak!" Celetuk Heri.
Ia merasa heran dengan anak gadisnya, kok bisa gitu suka sama cowok yang terlalu biasa , kalo ditanya alasannya, si Arci pasti langsung jawab "love is blind, jadi Arci gak bisa ngerencanain mau suka sama siapa"
Arci ini memang selalu terbuka dengan kedua orangtuanya, hal sekecil apapun yang ia alami ataupun rasakan, pasti ia ceritakan kepada kedua orangtuanya.
"Ayah sama Bunda ini bahas apaan sih? Gak malu apa diliat sama Yayan daritadi?" Arci mencoba mengalihkan pembicaraan, ia kepalang malas membahas tentang Reinatan.
Heri dan Tyas terkekeh bersamaan, Arci sungguh menggemaskan ketika merasa malu.
-------------------------------------
Arci tertawa riang dibonceng oleh Ayahnya, mendengar setiap lelucon yang jarang Ayahnya keluarkan akhir akhir ini.
"Main tebak tebakan yuk!" Ajak Heri.
Arci mencondongkan tubuhnya kedepan, merapat dengan punggung sang Ayah,
"Ayook!"Sambil terkekeh pelan Heri memberi teka tekinya,
"Kalo dicubit dia teriak."Kening Arci mengerut dalam, pertanyaan Ayahnya sungguh tidak masuk diakalnya, apa ya kira kira?
"Mmmm, apaan ya? Kue cubit?"
"Ya masa' kue bisa ngeluarin suara Kak." Celetuk Heri merasa heran.
Arci menarik tubuhnya, mencoba berfikir lebih keras lagi, ia bahkan mengetuk ngetuk kaca helmnya,
"Apaan sih Yah? Emangnya ada ya, benda yang dicubit bisa teriak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulus
Teen Fictionini adalah kisah seorang gadis, yang menyukai seseorang yang terlalu biasa. alhasil, ketika ditanya apa alasannya menyukai sang cowok, ia hanya bisa menampilkan senyuman anehnya. ganteng? tidak, tidak sama sekali kaya? eum, tidak tau keren? mungkin...