first : night with hug

22.1K 1.6K 35
                                    

DISSAPOINTED

.

"What are you do-still studying, dear?"

Suara itu berhasil membuat Jeno menoleh, menatap ke arah dimana ada seorang wanita dengan stelan piyama tidur berdiri di ambang pintu.

Jeno tersenyum kecil, kepalanya mengangguk. "Yes! But-why mommy come in? You should sleeping, mommy." katanya.

Rose terkekeh kecil kemudian berjalan mendekat ke arah meja belajar anak semata wayangnya.

"Jeno, this is enough?"

"Mommy.."

"Sayang, kalau kayak gini terus nanti minus kamu nambah. Kamu mau?" ucap Rose sedikit kesal.

Anak berusia sepuluh tahun itu hanya bisa terdiam membisu, nggak berniat untuk bergerak sama sekali. Hanya diam.

"For today enough, okay? You still have two days before the exam begin.." Rose berujar lembut sambil mengelus surai pirang Jeno, anak itu mengangguk patuh.

Membereskan semua buku-buku yang dia pakai dan disusun kembali ke raknya masing-masing, Jeno juga melepas kacamatanya dan menyimpannya di meja belajar.

"Mom, nggak kembali ke kamar?" tanya Jeno bingung.

"Nggak. Mommy mau nemenin Jeno sampai bobo." jawab Rose yang sukses mengundang rengekan dari anaknya.

Jeno menggeleng. "Mommy, you shouldn't do that. I'm ten years old now, not a child again." rengeknya.

Rose tertawa lalu membawa Jeno ke dalam pelukan hangatnya sambil mengecup keningnya berkali-kali.

"You still my babies, Arjeno. Enggak bakal berubah pokoknya!" tegas Rose tersenyum lebar.

"Aaaa!! Mommy! Berhenti menganggapku bayi! Aku sudah besar!" jawabnya masih dengan nada merengek.

"Mommy!! Jeno mau tidur!!"

"Jangan tidur kalo enggak sama mommy!"

"Fine, with mommy!"

Akhirnya Jeno melunak, naik ke atas kasurnya dan langsung menarik selimut sampai leher, memberikan sebagian ruangnya untuk Rose.

Saat Jeno memejamkan matanya, dirinya ditarik kembali ke dalam pelukan seseorang dimana--itu Rose ibunya sendiri. Tebakan Jeno biasanya nggak pernah meleset, Rose sedang tidak dalam keadaan yang baik.

"Mom, are you fine?"

"Yes, because i'm still have you right now."

Dia tahu, itu bukan jawaban yang sebenarnya. Itu hanya alibi. Ibunya sedang nggak baik-baik saja.

"Mom, a-ar-are you miss him?" tanya Jeno terbata-bata dengan suara lirih.

Cukup lama wanita itu terdiam dan hanya mengelus pundak putranya sampai akhirnya Rose menjawab.

"I can't lie, right? But i'm so lucky to have you, you're my happiness." bisiknya sedikit bergetar.

dissapointed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang