seventh : flashback

8.5K 1.2K 42
                                    

DISSAPOINTED

.

"Daddy! Daddy!-BRUK!"

"YUNO!"

Jaehyun terduduk, nafasnya memburu bersamaan dengan peluh yang membasahi keningnya. Jaehyun terbangun dari tidurnya.

Matanya mengerjap pelan, dirasa ternyata dia masih berada di ruangannya. Hari sudah masuk tengah malam dan Jaehyun masih setia duduk didepan layar laptop yang masih menampilkan email yang entah berisikan apa.

Matanya menoleh, sedikit terkejut ketika jam dinding menunjukkan pukul sebelas malam. Pastinya kantor sudah ditutup tapi tenang, Jaehyun punya jalan lain keluar darisini.

Memilih membereskan laptop juga berkasnya, setelah selesai dia keluar dari ruangan masuk ke dalam lift dan langsung memencet tombol basement.

Mobil SUV dari brand terkenal itu membelah jalan malam, Jaehyun mengendarakannya setengah sadar karena rasa kantuk masih begitu menempel dikedua matanya.

"Daddy..."

"This is hurt.. D-daddy.. H-h-hurt.. Hiks.."

CKITTT!

Jaehyun mengerem mobilnya mendadak dipinggir jalan, menutup kedua wajahnya dengan telapak tangan.

Pikirannya sedang berantakan, benaknya malah memutar memori yang jelas tokohnya sangat dia rindukan secara terus menerus.

Memikirkan nya saja membuat rasa bersalah Jaehyun semakin membesar, melihat buah hatinya merintih kesakitan itu bukan kenangan indah yang terekam dalam benaknya. Bukan.

Buruk. Sangat buruk. Membuat Jaehyun merasa gagal menjadi seorang ayah di bumi, ayah yang paling gagal menjaga buah hati satu-satunya.

Kepalanya mendongak, matanya mulai memanas. Dia menoleh ke samping, entah kenapa mobilnya berhenti tepat didepan gerbang perumahan nya dulu.

Tangannya membelokkan stir, masuk ke dalam perumahan yang sudah dia tidak pernah datangi dalam beberapa tahun terakhir.

Mobilnya berhenti. Didepan rumah minimalis berwarna putih, dengan halaman depan yang luas juga ayunan disana. Itu permintaan anaknya, dulu.

Langkahnya membawa dirinya masuk ke dalam, memerhatikan satu persatu barang disana. Masih sama, tidak ada yang berubah. Semua foto foto mereka masih terpajang dengan jelas di dinding.

Dia mendudukan tubuhnya diatas sofa ruang tengah, beberapa mainan anaknya masih tersusun rapih didekat televisi.

Piano, gitar, dan drum masih tertata rapih disudut ruangan.

Sesak. Rasanya terlalu sesak untuk mengingat semuanya. Jaehyun nggak mampu, Jaehyun terlalu lemah.

Matanya berair, pundaknya mulai naik turun. Jaehyun menangis sendirian.

Didalam rumah yang dulu menjadi tempat dimana mereka membuat kisah, tempat yang menjadi sanksi anaknya tumbuh dan lahir.

"Speel it!"

dissapointed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang