nineth : what if..

7.9K 1.1K 44
                                    


//dutch = Netherlands

DISSAPOINTED

.

Sehabis natal nanti, Rose akan segera pindah ke Melbourne bersama anaknya. Mengenai cafe, dia memilih Lisa untuk memegangnya sampai keadaan membaik dan Rose kembali ke Melbourne.

Semua barang sudah dia siapkan dari jauh-jauh hari, beberapa buku dan barang penting pun sudah dikirim dari beberapa hari lalu ke alamat ayahnya disana.

Berkas penting juga keterangan Jeno pindah dan akan melanjutkan sekolahnya di Melbourne pun sudah selesai ketika pembagian raport berlangsung.

Kini mereka berdua tinggal menunggu tanggal keberangkatan saja, kemudian memulai sesuatu yang baru disana.

Sekarang, Jeno tengah menunggu pengumuman pemenang memanah. Lomba yang dia ikuti terakhir kali disini sebelum pergi.

Dia duduk diruang tunggu bawah tribun sendiri, teman-temannya sedang berkumpul dengan keluarganya masing-masing diatas sana, Jeno dapat melihatnya dengan jelas darisini.

"Arjeno."

Jeno menoleh. "Coach Woo?"

Eunwoo tersenyum tipis, duduk disamping anak didiknya yang mencetak skor hebat untuk hari ini.

"Enggak ke tribun? Kok sendirian disini?" tanya Eunwoo sambil menyodorkan sebotol air mineral padanya.

"Gapapa, mommy belum datang jadi buat apa Jeno ke tribun?" tanya anak itu.

"Oh, kirain coach kamu sengaja duduk sendiri disini gak nyamperin mommy kamu." ucap Eunwoo.

"Ik haat het om alleen te zijn, coach." (aku benci sendirian)

Tangan kekarnya mengusak surai coklat terang anak disebelahnya sambil terkekeh kecil.

"I know, but in another side you like it? That's correct?"

Jeno mengangguk. "Of course, klopt." (benar)

"Maak je geen zorgen, kamu menang untuk hari ini." celetuk Eunwoo tiba-tiba yang membuat Jeno membulatkan mata. (kamu jangan khawatir).

"Apa coach? Bercanda terus deh, coach kan gak boleh spoiler." elak Jeno tidak percaya.

Pria itu tertawa. "Enggak spoiler, emang benar. Walau score kamu sama Alex gak beda jauh sih.." jawabnya.

"Tuh kan,"

"Alex yang menang pasti." ucap Jeno yakin sambil menatap iri pemandangan teman-temannya yang sedang bercengkerama.

Sepuluh menit lagi pengumuman pemenang diungkapkan, Jeno semakin gelisah dan cemas ditambah sejak selesai pertandingan pikirannya tiba-tiba kacau tanpa sebab.

Sebagian badan Jeno pegal luarbiasa, apalagi lengan juga jari-jarinya tapi anak itu berusaha menahan. Mungkin itu hanya pegal sesaat, pikirnya begitu.

Semua pemanah sudah diperintahkan kumpul ditengah lapangan indoor ini, berbaris sesuai asal sekolah juga jenjang mereka. Jeno semakin cemas, Rose belum datang juga.

dissapointed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang