twenty three : apology

9.7K 1.1K 105
                                    

DISSAPOINTED
..

Hubungan Jaehyun dan Rose belum bisa disebut membaik, mereka berdua berlagak bail baik saja didepan Jeno hanya setelah Jeno tertidur mereka akan seperti dua orang yang nggak saling mengenal.

Jaehyun yang berusaha tanpa henti tapi Rose selalu bersikap acuh.

Seperti sekarang, hari sudah malam dan Jeno baru saja menyelesaikan makan malamnya.

Anak itu tertegun. "W--wait.. Why.. Tangan Jeno kenapa?" lirih Jeno sedikit terkejut.

Selama dua hari bangun dari masa kritis, Jeno nggak sadar kalau ada perban yang melilit sekitaran lengan dan bahu nya.

Jaehyun menghela nafas. Rose bingung mau menjelaskan kepada Jeno seperti apa.

"Mom.. Dad.. Just answer it.."

Jaehyun yang mulanya duduk diatas sofa sambil mengerjakan pekerjaannya di laptop itu bangkit, lalu duduk disebelah bangsal Jeno.

Jeno terus memperhatikan tangannya yang tertutupi perban dan itu sedikit ngilu.

"Tangan kamu patah, Yuno. Bahu kamu j-juga retak." jawab Jaehyun berusaha bersikap setenang mungkin.

Jeno mendongak, matanya menatap keduanya bergantian. Nggak percaya.

"A-apa?"

Rose menghela nafas samar, mendudukan tubuhnya diatas bangsal anaknya.

"Sadly.. We can't lie about the fact.." kata Rose.

"Daddy bakal berusaha biar kamu bisa panahan lagi." ucap Jaehyun sambil mengelus pundak putranya.

Tubuh Jeno langsung melemas detik itu juga, menatap lengannya dengan tatapan nanar yang sulit diartikan.

"I can't?"

Jaehyun tersenyum tipis, kepalanya menggeleng. "You will rest from archery for a while."

"Tapi... Jeno bisa? A-apa Jeno nggak bisa panahan lagi?" tanya anak itu dengan suara yang kian melemah.

Rose menarik tangan Jeno ke pangkuannya, mengelusnya lembut sambil tersenyum tipis.

"Kalo kata dokter Doyoung.. Kemungkinannya kecil sayang.."

"H-hah.."

"Tapi gini, kalo Jeno mau berusaha. Jeno bakal bisa jadi panahan lagi. Kalau luka ini udah sembuh, kamu bisa lagi kok." ujar Rose meyakini.

Jaehyun mengangguk. "Daddy bakal lakuin apa aja buat Yuno bisa panahan lagi, inget itu."

"Are you okay?" tanya Rose hati hati.

Jeno yang semulanya terus menunduk kini memberanikan diri menatap kedua orang tuanya, tersenyum nanar. Ada rasa pahit dalam senyumnya.

Dia berbohong kalau dia baik baik saja, ini lebih sakit dari dadanya yang biasanya diremas setiap malam. Ini terlalu mendadak baginya.

dissapointed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang