DISSAPOINTED
.Pagi-pagi, mungkin sekitar pukul delapan pagi. Jeno sudah pergi dari rumahnya menuju sekolah barunya menggunakan skateboard.
Iya, spike. Karena keadaan udah memungkinkan Jeno buat menggunakan spike lagi buat alat transportasi.
Kalau sore, Jeno bakal dijemput sama Vernon yang habis bimbingan sama dosen atau sekedar kumpul sama teman satu kampusnya.
Menyusuri trotoar dengan spike, Jeno menikmati semilir angin yang menggelitik pipinya membuat senyum tipis terukir disana.
Menyapa beberapa orang yang melewat terutama orang-orang lanjut usia.
BRUGH!
Tubuh Jeno seketika terhempas keatas trotoar, gawat kalau bajunya sampai kotor Rose bakal mengomel nanti.
Jeno fokus membersihkan seragamnya, untung nggak terlalu kotor. Anak itu bangkit dan berniat meminta maaf sama pejalan kaki tadi.
"Tut mir leid-"
"Hello kids."
Mata Jeno seketika membulat, menarik spike dan berniat langsung melarikan diri darisini.
Panick attack.
Tubuhnya begertar hebat melihat siapa orang didepannya. Mimpi buruk Jeno.
Mimpi buruk yang nggak Jeno harapkan buat terulang kembali.
Tapi tangan Jeno tertahan oleh orang itu, menariknya mundur dan mencengkram kedua tangan Jeno erat.
"Let's play a game, child!"
Jeno berontak. "No. Because I never know who are you!" sentak Jeno sarkas sambil berusaha melepas cengkeraman tangan tersebut.
Pria itu berdecak. "You're lying! Hahaha! You still remember me, right?!"
"Please.. Let me go! Let me go!"
Mata Jeno seketika memerah, kebencian membersit disana entah karena alasan apa.
Kepalanya pusing ketika bayangan masa lalu itu berputar dalam benaknya dan membuat telinganya seketika berdengung.
Keringat dingin bercucuran membasahi wajah dan lehernya tangan Jeno bergetar hebat. Tremor.
"LET ME GO! SOMEBODY HELP ME!" teriak Jeno kencang membuat mereka berdua menjadi atensi pejalan kaki.
Otomatis. Pejalan kaki itu langsung menarik pria yang mencengkram Jeno sehingga anak itu dapat lari darisana.
Membawa Spike di tangan kiri dan berlari cepat menuju sekolah yang ada di seberang jalan.
"Hey! He's my brother!"
Pria bertubuh besar itu menggeleng, dia nggak percaya. "If he's your brother, he is no screams like that." belanya.
Tubuh pria itu seketika memanas, menatap bangunan sekolah yang nggak berada jauh darinya dengan tatapan nyalang.
Germany Australian International School. Pria mengingat-ngingat nama sekolah tersebut dan yakin bahwa Jeno adalah salah satu siswa disana.
Tunggu permainan selanjutnya.
Jeno berlari sampai memasuki gerbang sekolah, setelah itu dia berjalan seperti biasa sambil menenteng spike di tangan kiri. Menangkan nafasnya sambil berjalan di koridor.
Tremornya masih ada dan dia berjalan lemas menyusuri koridor dengan nafas terengah.
Berlari sepanjang tadi cukup membuat Jeno sesak, untung Jeno masih bisa menahannya kalau nggak mungkin Jeno bisa berakhir kayak tragedi Moonbin nemuin Jeno pingsan waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
dissapointed
Short Story꒰ ft. 이제노 . ❛no-daddy, it's not about an apology, but a heart that's already damaged her trust will be hard to come back like all. I am disappointed.❜ cr. 2020