15. Hectic day

102 12 12
                                    

Gue tersadar pukul empat dini hari. Bangkit dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi. Hari ini adalah hari H konser Kelvin di Singapura. Jam 10 pagi ada fanmeeting untuk 200 orang dan konsernya dimulai pukul 07:00-09:00 malam. Pengalaman pertama untukku sebagai PA-nya.

Semalam kami masih harus meeting di jam dua belas karena ada beberapa masalah teknis yang harus segera diselesaikan. Meeting berlangsung hingga pukul dua dan aku tertidur hampir pukul tiga. Kelvin juga ikut meeting meski dia terlihat tidak peduli akan apa yang team bicarakan. Sepanjang meeting berlangsung dia hanya bermain dengan boneka kecil berjanggut putih -entah darimana didapat- kemungkinan pemberian dari fansnya. Adi memintanya kembali ke kamarnya untuk istirahat namun pria itu tidak bergerak dari posisi duduknya di sudut ruangan meeting.

Setelah membersihkan diri, gue kembali berbaring, masih kurang dari dua jam lagi kami harus ke Venue fanmeeting sekaligus konser. Briefing lagi di pukul tujuh pagi dengan team lapangan dan masih banyak lagi urusan yang bikin gue sedikit disorientasi. Gue belum terbiasa tapi gue akan usaha sekuat tenaga agar bisa bekerja semaksimal mungkin agar uang yang diberikan Kelvin ke gue sebanding dengan hasil kerja gue meski itu gak mungkin. Setidaknya gue gak ngerasa 'terlalu' terbebani dengan uang sebanyak itu.

Karena gue merasa tidak akan bisa tertidur kembali, gue bangkit, membuka jendela menuju ke balkon hotel demi menghirup udara segar. Memandang kebawah ke jalanan yang tetap ramai meski sekarang masih dini hari.

Suara seseorang mengaduh kesakitan membuat gue menajamkan pendengaran untuk beberapa saat dan kembali mendengar umpatan tertahan. Gue beringsut menuju tembok pemisah balkon. Memanjat kursi demi mengintip dari sela-sela tembok. Mengingat asal suara tepat disebelah kamar gue yang berarti itu Kelvin. Apa yang pria itu lakukan pukul empat dini hari di balkon kamarnya. Bukannya seharusnya pria itu beristirahat, mengingat dia juga masuk ke kamarnya hampir pukul tiga dini hari.

Dari sela lubang udara di tembok gue melihat Kelvin duduk di kursi menggosok lututnya dengan wajah kesakitan. Setelah beberapa saat pria itu berdiri dan mulai melakukan gerakan dance untuk salah satu lagunya dengan earphone terpasang ditelinganya.

Astaga, pria ini!

Jam empat dini hari dia latihan?
Kenapa saat jadwal latihan pria itu malah sering bercanda tidak pernah terlihat serius?

Gue gak bisa berkomentar lagi deh.

Dengan perlahan gue turun dari kursi dan kembali masuk ke kamar. Membuka laptop, mencoba kembali membaca tugas-tugas gue hingga pukul lima. Bergegas mandi dan langsung keluar bertemu beberapa staff diruangan yang sudah disiapkan untuk meeting sebelum ke venue.

Begitu memasuki ruangan, Kelvin sedang duduk sarapan di salah satu meja bersama Bang Adi. Gue menuju coffee maker dan mengambil roti untuk mengalas perut.

"Yurr.. " panggil Bang Adi memberi gestur agar gue ikut bergabung di meja mereka.

"Bisa tidur gak?" tanya Bang Adi begitu gue duduk.

"Sejam."

"Syukurlah. Gue belum tidur."

"Ngapain?"

Adi melirik Kelvin sebelum menjawab "Biasalah."

Gue sebenarnya gak ngerti apa yang menjadi kebiasaan Bang Adi hingga dia tidak sempat tidur.

Gue mengangguk meski tidak mengerti. Bang Adi mulai mengobrol ringan, mengajak Kelvin bercanda meski pria itu menanggapi dengan dingin candaan Bang Adi.

Fan meeting berakhir sesuai jadwal dan kami para staff mulai konsentrasi ke konser yang akan dimulai dalam beberapa jam saja.

Setahu gue fan meeting akan penuh dengan hadiah-hadiah dari fans untuk idolanya. Namun hari ini gue baru menyadari jika Kelvin meminta YD Entertainment untuk melarang fans memberinya hadiah. Menurut salah satu staff, Kelvin tidak ingin menyusahkan fansnya. Sudah terlalu banyak hadiah yang didapatnya selama ini. Kecuali hadiah berupa surat atau post card.

IDOL : The HeirsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang