1. Sapu Tangan

605 42 5
                                        

Kelvin memarkir mobilnya di dekat sebuah taman agak jauh dari jalan raya agar orang yang mengenalinya ataupun mobilnya tidak dapat menemukannnya. Turun dari mobil setelah merasa keadaan lebih aman untuknya keluar. Bergegas masuk ke dalam minimarket yang terlihat sepi. Hanya ada seorang pemuda sedang duduk di kursi yang berada di depan minimarket sambil menatap ponselnya dan sang kasir yang juga sibuk dengan ponselnya. Pria muda yang masih berdiri di balik meja kasir itu bahkan tidak menyapanya seperti yang biasa di lakukan oleh karyawan minimarket pada umumnya.

Sungguh menguntungkan bagi Kelvin menilik penampilannya saat ini. Jaket hodie berwarna ungu dibalut jaket hitam, masker menutup sebagai besar wajahnya serta kupluk hitam yang ditutupi oleh penutup hodie yang hanya menunjukan kedua matanya, di saat cuaca Ibu kota sedang panas-panasnya. Kecil kemungkinan ada yang mengenalinya, namun lebih baik dia berhati-hati.

Kelvin menuju ke lemari pendingin di sudut minimarket, mengambil sekaleng cola dan langsung meneguknya. Rasa segar menjalar ke tenggorokannya, dan seketika Kelvin bersendawa.

"Alhamdulillah."

Soda merupakan minuman favorit Kelvin entah sejak kapan. Cairan itu sangat addictive baginya dan sebanyak apapun diminumnya, tidak pernah cukup. Untung Adi selalu saja mengingatkannya.

Kelvin mengerutkan keningnya ketika menoleh keluar. Dari posisinya berdiri dia dapat melihat dengan jelas seorang pria mendekati pria yang masih duduk di kursi depan minimarket tersebut, bertukar sesuatu yang Kelvin tahu dengan pasti apa itu. Terlihat dari kaca tembus pandang di depannya.

Ketika salah satu pria menoleh ke dalam minimarket, Kelvin mundur selangkah demi bersembunyi di balik etalase minimarket.

Tidak lama berselang kedua pria tersebut pergi entah kemana, membuat Kelvin bergegas mengambil air mineral yang paling dekat dengan posisinya, membayar minumannya dan keluar dengan tergesa hingga tanpa sengaja menabrak seseorang.

Kelvin menoleh dan menemukan seorang gadis muda sudah terbaring di jalanan dengan posisi sangat tidak sedap dipandang. Kakinya baru saja mendarat di tanah setelah terjungkal, kedua tangannya menutupi wajahnya agar tidak langsung mencium bumi. Bisa dibayangkan bagaimana kerasnya Kelvin menabraknya.

Dengan cepat Kelvin mendekat.

"Lo gak papa?" tanya Kelvin sambil membantu seorang gadis muda untuk bangkit berdiri. Kelvin ikut meringis melihat gadis muda itu yang menahan sakit namun ketika matanya bertemu mata Kelvin gadis itu malah tersenyum menunjukan deretan giginya yang putih.

"Gak papa kok." jawab gadis itu masih dengan senyumannya sambil membersihkan diri dengan menepuk-nepuk jeansnya.

Kelvin menunduk demi mengambil botol air mineralnya yang jatuh ke tanah dan menghadap ke gadis itu.

"Sorry gue buru-buru." Kelvin meneliti fisik gadis itu sekali lagi, membuatnya merasa tidak nyaman ditatap dengan intens oleh pria asing yang berpakaian serba tertutup di siang bolong dimana matahari sedang menunjukan kekuasaannya.

"Gak papa kok." gadis itu berbalik meninggalkan Kelvin. Merasa ngeri dengan penampilan pria itu yang mirip dengan penjahat di drama korea.

"Hey, dek!" Kelvin menyusul langkahnya. Mencoba meraih tangan gadis muda itu namun langkahnya yang terlalu cepat membuat Kelvin tidak dapat meraih tangannya.

"Lo berdarah." ucap Kelvin yang berjalan beberapa langkah di belakangnya demi meraih perhatian gadis berambut panjang tersebut.

"Hah?" Gadis itu langsung berhenti melangkah. Berbalik kembali menghadap Kelvin, menutup bahagian belakang tubuhnya menggunakan tasnya dengan wajah memerah. Selain karena kulitnya yang putih terbakar sinar matahari karena seharian mendapat tugas lapangan, seorang pria mendapatinya sedang haid dan tembus ke celana bukanlah hal yang membanggakan bagi seorang perempuan.

IDOL : The HeirsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang