12

1.2K 180 2
                                    

"Nad." Nadia hanya bergumam sebafai jawaban, sementara tangannya sibuk menyalin tugas Abel.

"Gue salah gak sih?"

"Mana gue tau. Hidup-hidup lo, kenapa nanya ke gue?"

Abel mendecak kesal dan memukul tangan Nadia, Nadia balas dengan terkekeh.

"Ya, emang kenapa?" Lanjut Nadia kini lebih serius

"Gue sama Ale. Emang salah kita temenan?"

"Pasti gara-gara fansnya dia kan?" Tuduh Nadia sedangkan tangan dan matanya masih fokus menyalin tugas

Abel melotot kaget. "Kok lo tau?"

Nadia mendecak kemudian mulai membereskan bukunya karena baru saja selesai.

"Ya gimana gatau? Ale bikin heboh semalem lewat story instagram nya."

"Hah? Emang apa?"

Kini giliran Nadia yang melotot kaget. "Lo emang gatau?"

Abel menggeleng.

"Belom temenan di instagram sama dia?"

Abel menggeleng lagi.

Nadia menghela nafas lelah, kemudian membuka ponselnya dan menunjukan pada Abel. Abel lagsung membelalakan matanya dengan mulut yang terbuka lebar, Abel benar-benar tekejut melihatnya.


 Abel lagsung membelalakan matanya dengan mulut yang terbuka lebar, Abel benar-benar tekejut melihatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Pantes aja gue pas tadi baru dateng diliatin tajem banget sama cewek-cewek satu sekolah." Abel mendecak kesal. "Lagian kan ini Bayu yang fotoin, ini juga ada lo, Maura, Dino sama Daffa juga." Lanjutnya

"Tapi yang diposting sama Ale cuma lo berdua."

Abel mengacak rambutnya frustasi, tadi memang ketika baru sampai sekolah abel sudah mendapat tatapan tajam dari seluruh siswi-siswi disekolah ini, kecuali teman sekelasnya yang memilih kepo tapi tetap menjaga privasi.

"Gue harus gimana, Nad? Gue gamau ya punya musuh dimana-mana." Abel terdengar frustasi sambil memandang Nadia dengan melas

"Namanya kalo yang beneran fansnya ya mereka pasti bakal dukung Ale gimanapun lah. Dikira Ale robot yang gapunya hati sama gabisa bergaul sama siapa aja. Itu tuh, ciri-ciri fans fanatik yang mengharuskan idola jadi milik dia."

Abel bergidik ngeri, lalu menopang dagunya dengan tangan dan menerawang kedepan.
"Tapi, komentar netizen lebih tajem dari golok, Nad."

Nadia memegang kedua bahu Abel dengan gemas.

"Bel, denger, gue gak suka nih lo yang lembek kayak gini. Kalo lo kayak gini yang ada mereka semua makin seneng ngehujat lo." Nadia menghela nafasnya. "Jangan sampe kejadian kayak kemarin keulang lagi. Udah cukup Bel gue gamau lo digituin lagi."

Abel memandang Nadia dengan tatapan kosong.

"Emang sih kita gabisa cegah atau istilahnya munafiklah kalo gak sakit hati baca atau denger omongan jahat. Tapi, lo mesti belajar jadi masa bodo buat hal yang gak penting dihidup lo. Anggap aja omongan orang itu jadi pemicu lo untuk jadi lebih baik lagi. Buktiin ke mereka lo bukan orang lemah. Kita hidup bukan buat orang suka sama kita, Bel. Lo dari awal memilih buat temenan dan mungkin udah lebih dari temenan sama Ale gue gatau. Tapi itu adalah salah satu konsekuensi nya lo deket sama orang terkenal. Kalopun mundur gue gamau lo dipandang pengecut, so, let it flow aja. Masih banyak yang dukung lo dibelakang juga, Bel."

Heart BeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang