43 (END)

1.7K 182 61
                                    

Abel menghela nafas pelan kemudian berjalan mendekat menuju makam seseorang yang berarti dalam hidupnya, setelag ziarah ke makam ibu kandungnya Abel tidak lupa berkunjung ke makam nya. Abel meletakkan mawar putih diatasnya kemudian mengelus nisannya dengan air mata yang terus turun dari pipi nya.

"Gak kerasa banget udah sebulan kamu tinggalin aku." Lirih Abel sambil terus mengusap nisan nya

"Makasih buat semuanya, makasih untuk semua kebaikkan yang udah kamu kasih ke aku di sisa hidup kamu."

"Maaf aku telat, ya?" Dengan nafas terengah karena habis berlari, lelaki itu ikut berjongkok disamping Abel dan meletakkan bunga disamping bunga Abel.

Abel tersenyum kecil. "Engga kok."

"Hai bro? Apa kabar? Sorry gue agak telat, tadi abis ada kerjaan dulu baru bisa nyusul kesini."
Abel tersenyum getir kemudian menundukan kepalanya.

"Mungkin kalo ada lo disini gue bakal gengsi banget ngomongnya. But, makasih banyak gatau dengan cara apalagi gue bilang makasih buat kebaikan lo. Gue gak bakal lupain itu sampe kapanpun."

Lelaki itu melirik pada Abel dan tersenyum sambil mengusap rambutnya.

"Udah? Pulang yuk?"

Abel mengangguk dan menerima uluran tangan Ale untuk berjalan beriringan menuju mobil Ale. Sekali lagi Abel menoleh kearah nisan yang bernama 'Devandra Aditama' lalu menghela nafas pelan dan balas tersenyum saat Ale tersenyum lembut padanya.



------



Flashback

Abel mengeryit kemudian dengan cepat mengendarai mobilnya kerumah sakit yang ditempati Ale. Bukan, Abel bukan mau bertemu Ale, tapi Abel baru saja ditelefon bahwa Devan dirawat disana juga dan ingin bertemu dirinya. Setelah sampai Abel mengetuk pintu ruang rawat dan keluar wanita paruh baya cantik yang sedang tersenyum padanya.

"Kamu Abel, ya?"

"Ah, ya tante."

Wanita itu tersenyum lembut. "Masuk aja udah ditunggu Devan, tante mau keluar dulu sebentar."

Abel mengangguk canggung dan mulai masuk kedalam, merasa ada yang datang Devan yang sedang bersandar dikepala ranjang menoleh lalu tersenyum lebar.

"Sakit apa sih kak? Kok baru kabarin sekarang." Ucap Abel dengan khawatir

Devan tersenyum. "Sini duduk dulu."

Abel menurut dan duduk dikursi samping ranjang Devan.

"Kamu tau gak waktu pas itu kita ketemu dirumah sakit pas kamu lagi nangis?"

Abel mengangguk.

"Itu aku lagi check up."

"Terus sebenernya kakak sakit apa?"

Bukannya menjawab Devan meraih tangan Abel dan menggenggamnya dengan lembut.

"Bel, untuk kejadian dimasa lalu aku bener-bener minta maaf ya? Aku minta maaf buat semua hal jahat yang udah aku lakuin ke kamu. Aku pikir aku bisa dengan mudah jalanin hari tanpa kamu, nyatanya gak semudah itu."

"Gak usah bahas yang dulu aku udah maafin kakak."

Devan tersenyum. "Waktu itu kondisi aku bener-bener hancur Bel. Ibu aku meninggal dan selang seminggu Papa aku menikah lagi dan ngelupain aku gitu aja, aku ngerasa bener-bener sendiri didunia ini dan ngerasain hancur setelah ibu aku pergi."

Heart BeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang