35

1.4K 190 28
                                    

Ale benar-benar menepati ucapannya. Sudah seminggu lebih setelah acara mengantarkan Abel pulang dan mulai besoknya Ale benar-benar mencoba kembali untuk mendekati Abel lagi, dimulai mengantar dan menjemput yang selalu ditolak Abel, mengirim pesan, menelfon, bahkan selalu mengajak untuk makan bersama.

Abel menghela nafas lelah ketika pulang dari lokasi pemotretan ternyata diluar sedang hujan deras.

"Lagi ngapain?" Tanpa menoleh pun Abel sudah tau suara disebelahnya ini milik Ale

"Jualan siomay."

Ale mengangguk sambil menahan tawa. "Pulang bareng gak?"

Abel menggeleng, tapi tangannya sudah memeluk dirinya sendiri akibat hujan angin yang sangat kencang membuat tubuh Abel benar-benar kedinginan. Ale melirik dan mulai menarik Abel menuju mobilnya, Abel ingin protes tapi dia tidak punya tenaga untuk melawan. Didalam mobil Ale memakaikan jaketnya pada tubuh Abel yang sudah menggigil.

"Kita kerumah gue ya? Kalo kerumah lo kejauhan." Memang lokasi pemotretan nya ini hanya berjarak sekitar 15 menit saja dari rumah Ale.

Abel hanya mengangguk pelan dan mulai merapatkan jaket Ale pada badannya.

Setelah ganti baju pakai punya Adel dan kini digenggamannya ada satu cangkir besar coklat panas Abel memandangi sekitar dengan waspada. Abel benar-benar terpaksa kalau saja tadi dia tidak menggigil pasti Abel sudah sampai selamat dirumahnya, bukan dirumah Ale yang hanya diisi oleh Ale dan Abel karna keluarganya sedang tidak ada dirumah.

"Kenapa ngeliatin gue gitu? Emang mau gue apain?"

Abel makin mengeratkan genggaman pada cangkir coklat panas nya dengan semu merah dipipinya dan ditambah kini Ale menyetel lagu random dari ponselnya. Abel langsung mengalihkan pandangannya keluar jendela dan hujan masih sangat deras.

"Siapa tau aja." Balas Abel

Ale terkekeh kemudian berdiri dan berjalan meninggalkan Abel, Abel mengeryit ketika Ale meninggalkannya, tidak lama Ale balik lagi dan memberi handuk kecil pada Abel.

"Apa, nih?"

"Handuk, tolong keringin rambut gue dong." Ale langsung duduk dikarpet membelakangi Abel yang duduk disofa. "Gue gak bisa ngeringin sendiri." Lanjutnya

Abel mendengus keras kemudian menyimpan cangkirnya diatas meja, lalu mulai mengeringkan rambut Ale dengan pelan.

"Manja." Decih Abel

Ale menenggakan kepalanya agar Abel lebih mudah mengeringkan rambutnya.

"Gapapa, sama lo ini."

"Sejak kapan kalimat lo jadi keju gitu?"

"Sejak lo ninggalin gue."

Abel mendengus dan lanjut mengeringkan rambut Ale.

"I'm sorry that I hurt you, It's something I must live with everyday, And all the pain I put you through, I wish that I could take it all away."

"Hah?"

"Gue nyanyi, kok."

"Suara lo bagus juga."

"Mau gue nyanyiin?"

"Engga, makasih."

"Tau band ini gak?"

"Tau, hoobastank?" Band kesukaan lo kan? Lanjut Abel dalam hati

Ale tersenyum. "Itu salah satu band kesukaan gue."

Abel langsung memberikan handuknya saat dilihatnya rambut Ale yang mulai mengering.

"Laper gak?" Tanya Ale sambil nengok kebelakang

Heart BeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang