30

1.2K 183 22
                                    

Abel memasuki rumah setelah mengucapkan salam, dilihatnya diruang keluarga ternyata orangtua angkatnya sudah pulang dan juga ada Tata disana, Abel langsung menyalami semuanya dan duduk disebelah Tata, dihadapan orangtua angkatnya.

"Gimana terakhir UN nya?" Tanya Ayah pada Abel

Abel tersenyum. "Lancar Yah."

"Tinggal tunggu kelulusan ya, nak?"

"Iya, Bun."

"Tumben gak main dulu sama Maura Nadia?" Abel menoleh pada Kakaknya lalu menggeleng

"Capek aku Kak, nanti aja deh gampang."

Ayah didepan sana berdehem membuat semuanya beralih menatap Ayah.

"Ayah baru sempet ngomongin ini sekarang, untuk masa depanmu. Ayah sudah memikirkan kalau kamu yang akan meneruskan perusahaan Ayah, karna cuma kamu harapan Ayah sekarang, Tata gak bisa karna dia jadi chef."

Abel melongo dan menatap Ayahnya tidak percaya.

"Sebelum ada kamu Ayah juga bingung mau meneruskan perusahaan Ayah sama siapa, Tata sudah menolak dari awal dan tadinya Ayah mau minta bantuan Bintang. Tapi ternyata rencana Tuhan beda sama rencana Ayah, ada kamu yang bisa meneruskan perusahaan keluarga."

"Kamu keberatan atau engga, nak?" Tanya Bunda menatap Abel lembut

"Aku gak keberatan sama sekali Bun, aku siap untuk nerusin perusahaan Ayah."

"Yakin? Kamu ada cita-cita lain atau gimana?" Kini giliran Tata yang bertanya

"Engga Kak." Abel tersenyum menatap Tata.

Meskipun Abel memiliki cita-cita lain tapi Abel tidak mungkin melakukannya, Abel tidak mungkin bisa menolak permintaan Ayah. Sudah dikuliahkan dan diangkat anak saja Abel benar-benar bersyukur.

"Untuk kampusnya semua terserah kamu." Tambah Ayah Tata

"Mau satu kampus sama Tata atau gimana?" Tanya Bunda

Abel berpikir sebentar, kalau dia ikut Tata pasti bertemu dengan Ale lagi, niat untuk move on nanti malah gagal. Abel teringat percakapannya dengan kepala sekolah tadi, Abel membuka tasnya dan memberikan amplop itu pada Ayah dan Bunda.

"Aku sebenernya dapat beasiswa Yah, Bun."

Bunda terbelalak kaget dan Ayah langsung mengambil amplop putih tersebut dan membukanya, mata Bunda berbinar dan Ayah tersenyum lembut.

"Kamu bener-bener anak yan cerdas, nak." Puji Bunda pada Abel

"Oxfor university." Ayah mengangguk-ngangguk sambil terus membaca isi surat tersebut

Tata membelalakan matanya. "Wow, keren."

"Tapi kalo kamu disana mau sama siapa? Bunda gak tega ninggalin kamu sendiri di negara orang."

"Ah, aku inget!" Semua menatap Tata. "Aku punya temen kuliah disana, Renata adek tirinya Arga."

"Loh, bukannya Ka Renata di Paris ya, Kak?"

Tata menggeleng. "Itu rumahnya, dia kuliahnya di Oxford."

"Ah, Renata yang itu ya?"

Tata mengangguk menjawab Bundanya.

"Ah, Bunda tenang kalo ada orang yang kenal disana."

"Tapi kamu setuju?" Tanya Ayah memastikan

"Boleh, Yah? Biar aku bisa mandiri jauh dari semuanya."

Ayah tersenyum. "Kalo kamu oke biar Ayah urusin semuanya."

"Nanti aku kabarin Renata secepatnya." Tambah Tata

Heart BeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang