19

1K 160 58
                                    

Besoknya setelah menjenguk Tata, Abel kembali bekerja dan Nadia mengajaknya untuk menjenguk Tata lagi hari ini bersamanya, Abel mengiyakan dan Nadia pamit pergi ingin berkencan dengan Bayu. Abel melihat kepergian Nadia dengan muka mengejek kearahnya  dan Abel hanya memutar bola matanya malas. Abel lanjut fokus dibalik kasir dan melayani pelanggannya, pintu caffe berbunyi tanda ada yang masuk, Abel tersenyum ramah pada yang baru datang, tapi tiba-tiba senyumannya luntur dan berganti raut datarnya.

"Ada yang bisa dibantu?"

Orang itu mendongkak dan terkejut saat melihat Abel, tapi tidak lama orang itu menghela nafas lega.

"Iced cappuccino aja."

Abel mengangguk. "Ada lagi tambahan, Kak?"

Orang itu menggeleng, lalu berjalan menuju kursi dipojok ruangan, dia tidak mau mengganggu waktu kerja Abel dan juga dia tidak mau membuat Abel tidak nyaman dengannya.

"Ini pesenennya, Kak." Orang itu mengangkat kepalanya yang tadi sibuk dengan ponselnya, lalu mengeyit karena yang mengantar pesanannya bukan Abel.

"Kenapa gak dia yang anter?" Tanyanya sambil menunjuk Abel yang masih sibuk dibalik meja kasir.

"Maaf Kak. Saya emang waitress disini, dan yang disana bagian kasirnya."

Orang itu mengangguk mengerti lalu mempersilahkan pelayan itu pergi. Oke, mungkin dia akan menunggu sampai pulang.

Abel mendesah lega karna sekarang sudah pergantian shift yang akhirnya dia bisa pulang sekarang. Sesekali Abel mendecak kesal sambil berjalan keluar, karna sedari tadi Nadia mengirim chat bahwa mereka akan janjian didepan rumah sakit.

"Anna?" Suara berat itu mengangetkan Abel dari fokus pada ponselnya, Abel menatap kedepan dan ternyata bertemu dengannya lagi.

"Punya waktu sebentar?" Lanjut orang itu

"Engga." Abel melangkah maju tanpa memperdulikan orang dibelakangnya yang terus mengikutinya.

"Sebentar aja, serius."

Abel tidak peduli dan terus berjalan untuk menuju bis didepan sana.

"Aku bakal terus ikutin kamu kalo kamu masih gini aja."

Abel membalik dengan muka memerah menahan marah.

"Mau lo apa?" Tanya Abel dengan sangat kesal

"Aku minta maaf, untuk semuanya." Orang itu menatap Abel dengan sedih, Abel memutar bola matanya malas.

"Lo cuma mau ngomong gitu doang? Gak penting banget, sumpah." Abel segera berbalik, sebelum melanjutkan langkahnya, lelaki itu berlari dan berdiri dihadapan Abel.

"Denger, Na. Kejadian kemarin itu mau aku jelasin, aku.." Belum sempat orang itu melanjutkan kalimatnya, Abel mengangkat tangannya menyuruh orang itu diam.

"Denger juga ya, Devandra Aditama. Untuk kejadian lo dan gue dimasa lalu gue udah bener-bener lupa! Lo gausah merasa bersalah sama gue, karna gue udah gamau bahas itu lagi. Sekarang lo minggir."

Devan, nama panggilan lelaki itu kini menampilkan ekspresi datar dan menatap kepergian Abel yang setengah berlari untuk menuju bis itu.

'Oke, perjuangan gue baru aja dimulai' batin Devan



----



Nadia sudah siap mengomel pada sahabatnya yang telat 15 menit dari waktu janjian mereka, tapi melihat wajah Abel yang kusut membuat Nadia mengeryitkan dahinya bingung.

"Telat 15 menit ya, tolong." Nadia berdehem ketika Abel sudah dihadapannya

"Ada problem tadi. Ayok, masuk." Abel berjalan terlebih dahulu yang membuat Nadia mendecak sambil mengikutinya

Heart BeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang