Delka - 20

138 7 1
                                    

"Kalau boleh tukar posisi, lo bisa jadi gue. Supaya merasakan sulitnya mendapatkan hati seseorang yang mengharapkan masa lalunya kembali."

-Delvin.

°°°

Delvin dan Kayla telah sampai di salah satu restoran di Kota Bandung. Delvin membukakan pintu mobilnya untuk Kayla. Gadis itu hanya membalasnya dengan senyuman.

"Selamat malam, Mas dan Mba. Meja dengan nomor sebelas sudah dipersiapkan secantik mungkin." Ucap salah satu karyawan restoran tersebut.

Benar saja di meja tersebut benar-benar dihias dengan sangat cantik. Kayla kagum melihatnya. Delvin memang romantis, tetapi entah mengapa dirinya belum bisa membuka hati untuknya.

"Vin, gue mau tanya. Boleh?"

"Silahkan,"

"Lo kenapa mau lakuin ini itu buat gue? padahal sebelumnya lo belum pernah lakuin."

"Udah?"

Kayla mengangguk. Delvin menarik napasnya dalam lalu menghembuskannya dengan rasa berat. Pria ini menatap lekat wajah gadis tersebut.

"Jawabannya simpel kok,"

"Apa?" Tanya Kayla penuh rasa penasaran.

"Ya lo juga tau kan kalau gue ini ada rasa sama lo. Hari ini dan usaha yang kemarin adalah perjuangan gue buat dapetin hati lo. Meskipun itu sulit. Dan juga lo pasti tau kalau gue belum pernah sama sekali dekati perempuan, kecuali lo. Terkadang gue menganggap orang lain itu mudah untuk mendapatkan hati seseorang yang disayangnya, ga kaya gue gini. Bodoh banget ga sih gue suka sama orang yang masih mengharapkan masa lalunya?"

"Kalau boleh tukar posisi, lo bisa jadi gue. Supaya merasakan sulitnya mendapatkan hati seseorang yang mengharapkan masa lalunya kembali." Lanjut Delvin.

Kayla bungkam. Delvin benar-benar mencurahkan isi hatinya langsung kepada dirinya. Yang diucapkan oleh Delvin memang benar. Namun ia tidak tau mengapa masih mengharapkan Nando. Pria yang sudah mengkhianati perasaannya.

"Sorry, jadi curhat gini."

Makanan dan minuman pun datang. Ada satu piring yang tertutup entah apa itu isinya, Kayla berpikir mungkin milik Delvin. "Ini buat lo."

Ternyata Kayla salah, itu memang dipesan Delvin, tetapi untuknya. Kayla semakin penasaran apa yang ada di dalam piring itu hingga tertutup rapat.

"Buka, Kay."

Dan ternyata sebuah hidangan makanan namun ada hal ada menarik. Sauce berbentuk love dan huruf u. Love u, baca Kayla dalam hatinya.

Tak ada respon apapun setelah Kayla mendapat hidangan tersebut. Mungkin kebanyakan orang yang sedang dekat dengan seseorang akan merasa terkejut dan bahagia. tapi tidak untuk Kayla. Justru dirinya berada dalam posisi merasa bersalah, ia merasa tak enak pada Delvin karena percakapan tadi.

"Ayo makan, Kay." Ucap Delvin.

Pria dihadapannya ini telah menyantap makanannya. Sesekali Kayla melirik pada Delvin memerhatikan dirinya. Dirinya sanga tidak tahu mengapa sampai saat ini masih menggantungkan harapan Delvin. Apa yang kurang darinya? Delvin itu seseorang yang pintar, tampan, pernah menjabat sebagai Ketua OSIS, ramah, selalu menjadi juara pertama di setiap perlombaan dalam mewakili sekolahnya.

Kayla benar-benar tak fokus.

•••

Pukul 21.00 pria itu tepat waktu dalam mengantar gadis cantik untuk kembali ke rumahnya. Selama dalam perjalanan tak ada yang berbicara hingga sampai didepan gerbang rumah Kayla.

"Kalau gitu, gue balik dulu, Kay." Ucap Delvin memecahkan keheningan antara keduanya.

"Iya." Kayla langsung turun dari mobilnya.
Delvin baru akan menaiki kaca mobilnya, namun Kayla membuka suara. "Hati-hati, Vin." Pria itu menggangguk dan langsung menancapkan gas mobil nya untuk pulang.

"Pulang kencan kok cemberut gitu sih, Tuan Putri?" Sindir Adi.

"Diem lo."

Adi menghampiri adiknya ini yang baru saja tiba di rumah. Kayla memilih duduk dulu di tengah rumah sambil menonton televisi. "Kenapa, lo?"

"Ditanya kakak itu dijawab!"

"Gapapa."

"Bohong. Gue tau lo bohong."

"Serius."

"Sampai kapan sih masih ada rasa sama Nando?"

"Kenapa jadi bahas itu sih?"

"Karena perlu."

"Adik abang ini dikasih pelet apa sih sama Nando? Kok lama banget move on nya." Lanjut Adi dengan rasa gemas.

"Abang kenapa tiba-tiba tanya gini?"

Sebenarnya Adi melihat saat Kayla diantar pulang oleh Delvin dan memperhatikan kecanggungan antara keduanya. Adi merasa tak tega melihat adiknya terus-menerus seperti ini.

"Kurangnya Delvin itu apa? Ga ada ya, Kay? oh iya, Delvin manusia hampir sempurna."

Tak hanya Adi yang mengatakan bahwa Delvin manusia hampir sempurna, tetapi seseorang yang mengenal Delvin memiliki pendapat yang sama. Tak sedikit yang iri pada Kayla. Faktanya bahwa Delvin adalah tipe pria yang sulit untuk di dekati oleh kaum hawa.

"Kayla ke kamar dulu, mau istirahat. Capek banget,"

Baru saja dalam hitungan lima langkah dari sofa, Adi sudah memanggilnya. "Kay, lo harus ingat ini."

"Apa?"

"Jangan sampai lo udah bisa move on dari Nando ketika Delvin udah pergi jauh dari hidup lo. Waktu terus berputar dan perasaan setiap orang bisa berubah juga. Gue cuma takut aja, kalau suatu hari Delvin bosan dengan ketidakpastiannya selama ini. Ketika dia mulai bosan lalu perlahan pergi, lo baru sadar kalau lo butuh keberadaan Delvin."

"Adinata ini cuma ga mau adik tersayangnya menyesal." Lanjut ceramah Adi.

Gadis itu terdiam beberapa saat tanpa ada respon sambil menatap lekat pada Adi. Tak berapa lama Kayla memilih untuk pergi ke kamarnya. Dan Adi tetap berdo'a supaya adiknya tak salah dalam mengambil keputusan di hidupnya.

Tatapan sendu menatap dinding langit kamarnya. Pikiran Kayla tak bisa berhenti mengulang perkataan dari Adi. Memang ada benarnya juga. Namun bagaimana lagi, diri ingin berkata iya tetapi hati tidak. "Kenapa sih, kisah cinta gue ini rumit banget?"

Kayla menutup matanya mencoba untuk beristirahat dan melupakan semua masalah hari ini. Namun bukannya tidur tetapi terbayang wajah Delvin yang selalu tersenyum ketika menghampiri dirinya di sekolah.

"Kok jadi mimpiin Delvin gini sih? Duh, ya, gue kenapa coba?" Kayla semakin teriak-teriak tidak jelas.

Pintu kamar terbuka, Adi berdiri didekat pintu kamarnya sambil tertawa. Dengan wajah sinis Kayla melihat pada Adi.
"Ada yang lucu gitu sampai ketawa?"

"Ada. Lo kalau tidur itu baca do'a jangan mikirin Delvin terus!"

"Sok tau, males."

"Eh bukan sok tau, suara lo itu kedengeran sampai kamar gue. Lo teriak-teriak kenapa bisa mimpiin Delvin, kan?" Adi tertawa.

"Kay, gue pernah dengar di acara ceramah gitu kalau kita memimpikan seseorang berarti kita ada rasa sama dia entah rasa kangen atau yang lainnya, atau juga kita ga mau kehilangan orang tersebut." Lanjut Adi.

Justru Kayla melempar bantal mini miliknya kepada Adi yang masih tertawa puas melihat adiknya tertangkap basah memikirkan Delvin.

"Fix, lo udah ada rasa sama dia. Gengsi aja yang lo besar-besarin, udah kehilangan orangnya baru nangis!"

"Bang, boneka gue masih ada nih. Mau gue lempar lagi?" Gemas Kayla sambil meremas bonekanya.

"Iya-iya, Tuan putri. Gue keluar. Selamat mimpi Delvin kembali." Adi menutup pintu kamarnya.

•••

Terimakasih yang sudah membaca, lanjut baca ke chapter selanjutnya ya! Happy Reading:)

Jangan lupa untuk vote dan komentar kalian di cerita ini:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DELKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang