Delka - 16

95 7 0
                                    

Tak semua orang pandai menutupi kesedihannya dengan senyuman.

°°°

Delvin Ardian: Hai cantik!❤

Mengirim pesan tersebut pada Kayla sudah hampir dua jam namun tak ada balasan apapun. Delvin semakin penasaran mengapa ia tak membalas pesannya?

Biasanya Kayla akan membalas pesan Delvin meskipun dengan balasan jutek. Tapi kali ini tidak. Delvin berpikir, apakah ini karena kejadian siang hari tadi disekolah yang bertengkar dengan Allisya atau bukan.

Kayla masih tetap berada dikamarnya. Rian dan Fira pun tak di bukakan pintu kamar oleh Kayla. Adi yang baru saja pulang dari kampusnya merasa heran tak ada Kayla di ruang makan untuk segera makan malam.

"Kayla mana?"

"Adik kamu dikamar terus dari sepulang sekolah. Ayah ga tau apa penyebabnya." Sahut ayah.

"Kamu mau kemana, Adi?"

"Aku mau liat Kayla, Bun."

"Lebih baik kamu mandi dulu."

Adi mengikuti saran dari bundanya untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu. Setelah selesai mandi dan bersiap-siap selama dua puluh menit, ia menuju ke kamar Kayla.

"Kay, buka dong."

Hampir tiga kali Adi mengetuk pintunya tapi tak ada respon darinya. Ia mengirimkan pesan padanya.

Bang Adi: Kay, buka pintunya. Gue mau bicara.

Sosok laki-laki yang tak pernah menyakiti hati Kayla adalah ayahnya dan Adinata. Mata Kayla sembab karena ia sempat menangis sambil mengingat kejadian tersebut.

"Lo nangis?"

"Ga, Bang."

"Jujur sama gue, Lo nangis kenapa?"

"Gue ga bisa cerita sama lo."

"Ya kenapa, Kay?"

Adi masih terus memaksa Kayla supaya ia menceritakan semuanya. Namun apa boleh buat Kayla akhirnya mengikuti nasehat Adi dan menceritakan kejadian yang terjadi disekolah.

"Berani-beraninya itu cewek labrak adik gue didepan umum!"

"Bang---"

"Gue mau kasih dia pelajaran!"

"Bang Adi, udah stop! Tadi Abang udah janji, kalau aku cerita nanti Abang ga akan emosi."

Bagaimana ia tidak emosi kalau adik kesayangannya dipermalukan didepan umum seperti itu. Pintu kamar terketuk, Fira memanggil mereka berdua untuk makan malam.

Rian memperhatikan putrinya tak bersemangat dan matanya sembab. Tangan Rian sedikit menyentuh lengan Adi, tapi Adi hanya menggelengkan kepalanya dan mengangkat bahu seolah-olah tak mengetahui apa-apa.

"Kayla, kamu gapapa kan?"

"Gapapa kok, Ayah."

"Mata kamu kenapa?"

"Oh ini, ini... Tadi abis nonton drama korea. Alur ceritanya sedih, jadi aku ikut nangis."

"Syukurlah, bunda sama ayah takut kamu ada apa-apa."

'Lo pinter banget menutupi kesedihan dengan senyuman, Kay.'

Pak Anis menghampiri Reza dan keluarganya yang sedang menyantap makanan. Ia memberitahu kalau ada tamu untuk bertemu Kayla.

"Biar aku aja yang ke depan, mungkin itu Riko teman sekelas aku yang mau kasih tugas kelompok buat presentasi."

"Tugas kelompok? Kamu kan sebentar lagi lulus." Tanya Rian.

"Ada ujian praktik yang belum selesai, aku satu kelompok sama Riko."

Ketika Kayla membukakan pintu rumahnya ternyata bukan Riko yang datang, melainkan Delvin. Ia hendak menutup pintunya kembali namun tangan Delvin menahannya.

"Kay, ada yang mau gue bicarakan."

"Lebih baik lo jangan ganggu gue lagi. Gue ga mau ada masalah di akhir masa putih abu-abu."

"Ini cuma salah paham. Lo harus dengerin dulu penjelasan gue."

"Jauhi gue, Delvin!"

Mata Adi tak bisa melihat ke arah yang lain selain menatap Kayla dan Delvin di pintu rumahnya. Ia segera meninggalkan meja makan lalu berlari pada Kayla.

"Jadi lo yang bikin adik gue nangis?"

"Bang, gue ga ada maks---"

"Seberapa populer sih lo di sekolah sampai harus mempermalukan adik gue?!"

"Bang, gue bisa jelasin..."

"Gue udah pernah bilang sama lo, jangan sekali-kali menyakiti dia! Tapi kenapa lo mempermalukan dia?!"

"Kalau lo sayang sama gue, tolong jauhi gue."

"Tapi Kay..."

"Lo bisa kejar Allisya yang punya rasa sayang sangat tulus."

Tangan Adi menahan tubuh Delvin ketika hendak mengejar Kayla yang berlari menuju kamarnya. Rian segera menghampiri putra sulungnya, sementara Fira memasuki kamar putrinya.

"Lebih baik anda pergi dari sini, sebelum saya memanggil satpam."

"Tapi om saya mau ketem---"

"Apa yang harus kamu jelaskan lagi pada anak saya? Kalau sayang, seharusnya kamu tak membuat dirinya menangis seperti ini."

Waktu semakin malam, akhirnya Delvin memutuskan untuk pergi dan tak ingin membuat keributan dirumah tersebut.

"Kalau begitu saya permisi, salam buat Kayla."

"Pergi lo sana!"

"Udah Adi, kita masuk."

Rian menutup pintu rumahnya dan mengajak Adi menuju kamar Kayla. Fira sebagai bunda berusaha menenangkan hati putri kesayangannya. Ini memang bukan pertama kalinya Kayla merasa patah hati, tapi pertama kalinya dipermalukan didepan umum.

"Yang tadi pacar kamu?" Tanya Rian.

"Bu...bukan, Ayah."

"Bukan? Terus kamu kenapa nangis?"

"Wah...wah... Jangan bilang lo mulai sayang sama dia?" Goda Adi.

"Jangan sok tau ya lo!"

"Ya buktinya itu lo sampai sedih segala waktu cewek itu suruh lo menjauh dari Delvin."

"Lo jangan ngara---"

Belum selesai berbicara, mereka berempat mendengar suara dari halaman rumahnya sebuah teriakan yang mengejutkan ditengah derasnya air hujan.

"Kaylaa, gue sayang sama lo!"

Ternyata Delvin belum benar-benar pergi dari rumahnya. Ia masih tetap menunggu Kayla dibawah derasnya hujan. Mereka berempat menatap ke halaman rumah, melihat Delvin masih tetap berdiri.

"Bunda rasa... Dia benar-benar tulus punya rasa sama kamu."

"Sebagai Abang yang baik hati dan tidak sombong, gue bahagia liat lo udah bisa move on dari Nando."

"Udah malam, ayo kita tidur."

Rian tak ingin membuat putrinya tambah sedih dalam keadaan seperti ini. Ia mengajak Adi dan Fira untuk keluar dari kamar itu.

Sudah hampir satu jam Delvin berdiri menunggu Kayla namun gadis itu tak kunjung keluar dari rumahnya dan menemui dirinya. Sedangkan Kayla tak bisa tidur. Gadis itu melihat kembali pada halaman rumahnya, Delvin memasuki mobilnya dan pergi.

•••

Terimakasih yang sudah membaca, lanjut baca ke chapter selanjutnya ya! Happy Reading

Jangan lupa untuk vote dan komentar kalian di cerita ini:)

Follow Instagram wattpadku : tiastory_

DELKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang