• • •
Rosella meletakkan sepedanya di garasi kos - kosan Pangeran dengan cepat. Entah mengapa, setelah dua tahun kembali lagi menjalankan hidup di Indonesia, Rosella jadi senang naik sepeda kalau kemana - mana.
Katanya biar lebih sehat.
Rosella mengetuk - ngetuk pintu rumah Pangeran dengan sedikit kencang. Ia tahu, pacarnya itu pasti masih terlelap dalam mimpi indahnya, padahal satu jam lagi sudah masuk jam mata kuliah.
Gila memang.
"Pangeran!"
Rosella masih terus berusaha menggedor - gedor pintu Pangeran. Karena kesal, Rosella pun mencoba membuka kenop pintu Pangeran walau—
Loh, gak dikunci?
Rosella langsung membuka lebar pintu rumah itu, lalu berjalan dengan cepat menuju kamar Pangeran. Gadis itu semakin marah karena ditambah dengan kenyataan Pangeran tidak mengunci pintu rumahnya.
Kalau diterobos maling gimana?
Rosella berdecak kesal kala melihat Pangeran yang masih tertidur pulas. Entah apa yang dilakukan lelaki itu semalaman sampai pukul sembilan pagi masih belum bangun juga?
"Pangeran, bangun!" Rosella mengguncang - guncangkan tubuh Pangeran. Merasa terusik, Pangeran hanya bergumam tak jelas seraya menepis tangan Rosella.
Rosella kesal bukan main. Rosella langsung mengambil segelas air dari dispenser Pangeran, lalu membawa tepat di depan wajah tampan Pangeran.
Sebelum di siram, Rosella menyibak selimut Pangeran dengan cepat dan—
Byur!
"Apaan sih anj—"
Pangeran tak melanjutkan ucapannya kala melihat Rosella tepat di hadapannya kini. Rosella yang menatap tajam Pangeran membuat bulu kuduknya berdiri.
Mampus, ibu negara murka.
"Duh, La. Kenapa sih?"
"Kenapa - kenapa, liat dong udah jam berapa, Ran?!"
"Gak tau."
Rosella menepuk keningnya dengan cukup keras. Capek juga punya pacar super lemot, kebo dan manja seperti Pangeran ini. Semakin gede, Pangeran jadi semakin banyak tingkahnya.
Rosella mengambil ponsel Pangeran hendak melihat jam berapa kini, namun melihat begitu banyak panggilan tak terjawab dari papa Pangeran membuat Rosella memberikan ponselnya pada lelaki yang masih sibuk mengumpulkan nyawa tersebut.
"Tuh, papa kamu telpon berkali - kali."
Pangeran melihat layar ponselnya dan benar saja, lima belas kali papanya menelpon dan tak ia angkat karena sibuk mengarungi mimpi.
Buru - buru Pangeran menelpon lagi sang papa, harap - harap papanya belum masuk jam sibuknya.
"Halo, Ran?"
"Papa tadi telpon, Eran ya? Kenapa?"
"Mau bilang, duitnya udah papa transfer ya."
"Oh udah? Makasih ya, pa."
"Kamu baru bangun?"
"Iya gara - gara Rosella nih, Pa."
"Masih untuk dibangunin Rosella, bisa—"
"Iya iya udah dulu ya, Pa. Makasih, Pa."
Ppip!
Pangeran mematikan sambungan teleponnya dan menatap layar ponselnya dengan cukup senang. Bukan, bukan karena sang papa sudah mentransfer uang, ya walau salah satu alasan Pangeran senang juga itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD PRINCE ✅
Teen Fiction[ COMPLETED ] hanya butuh kamu untuk menemani malam yang kian semakin semu. copyright 2017 ©heyours