"Bu, maaf. Mayang hamil, sudah empat bulan," kata Mayang suatu hari. Sang ibu yang terkejut tak mampu menahan air mata. Hatinya berkata ingin memukul Mayang, tapi juga merasa bersalah. Ia gagal menjaga anak perempuan satu-satunya itu.
"Siapa yang melakukan itu, Nak?"
"Azmir," jawab Mayang gemetar. Tangannya mengepal geram, takut-takut ia menatap mata ibunya.
Brak!
Piring yang sedang dibersihkan itu mendarat kasar ke lantai. Mayang terkejut, menatap perlahan wajah ibunya yang memerah; geram. Harusnya bulan depan Mayang bahagia, cincin pertunangan melingkar di jari manisnya kelak. Namun, sebuah tragedi yang sudah menjadi rahasia umum. Mayang telah ternoda, bahkan sebelum janji sehidup semati itu diucapkan.
"Kenapa kalian bisa melakukan dosa besar itu, hah? Kamu itu yang bodoh! Sudah tahu salah masih dilakukan! Ke mana ajaran kedua orangtuamu dulu? Masuk telinga kanan keluar telinga kiri aja?" Emosi Mawar membuncah. Sedangkan Mayang di sana hanya mampu terdiam. Ingin rasanya ia berteriak dan lari sejauh mungkin dari sini. Namun, apa daya, tidak ada yang akan mendengar kenyataan sebenarnya.
Ia diperkosa, dipaksa.
"Bu, dengar dulu penjelasan Mayang. Mayang tahu ini dosa besar dan memalukan, tapi ini bukan kesalahan Mayang sepenuhnya!"
"Kamu ingat dulu waktu Bapak menasehati soal zina? Ibu jelas-jelas bilang di situ, 'kan? Kalau sampai kamu melakukan, bunuh kedua orangtuamu langsung saat itu juga. Supaya hanya kamu yang menanggung malu!"
Mawar berjongkok dan mengambil pecahan kaca itu. Menyadari sesuatu yang buruk akan terjadi, Mayang menangis dan menepis tangan Mawar. Beling itu kembali jatuh ke atas lantai.
"Ini, 'kan yang kamu mau? Malu-maluin keluarga!"
Sakit.
Ribuan duri sedang menusuk dadanya saat ini. Hatinya hancur menjadi keping-keping keputusasaan. Ia telah berpacaran dengan Azmir selama tiga tahun lamanya. Namun, selama itu Azmir tak pernah meminta yang aneh-aneh. Baru kali ini, dua bulan menjelang hari pertunangan. Malam itu menjadi riwayat kelamnya kehidupan. Nafsu lelaki yang tak bisa dikendalikan, dan Mayang yang lemah tak mampu melawan.
***
"Akh!"
Mawar seperti manusia kesetanan, ia mengambil beling itu bukan untuk melukai dirinya. Namun, untuk memukul kepala Mayang sampai terluka. Perempuan yang ternoda itu hanya bisa meringis di bawah kaki ibunya. Darah mengalir dari atas dan mengucur deras. Napasnya tersengal, ia mulai kehilangan kesadaran.
"Keluar!"
Mayang menggeleng. Tatapan Mawar begitu tajam hingga nyalinya ciut. Jika diusir dari rumah, dengan siapa ia tinggal? Azmir belum punya rumah sendiri, tak mungkin tinggal di rumah calon mertuanya. Alasan apa yang diutarakan nanti jika ditanya? Mengapa sampai diusir dengan luka yang cukup parah?
Tidak, Mayang memikirkan nasib bayi di dalam kandungannya ini.
"Bu, siksa Mayang sampai emosi Ibu reda. Asal jangan usir Mayang dari rumah. Bagaimana nasib anak di kandungan Mayang nantinya? Jangan pikirkan Mayang, pikirkan janin ini, Bu!" ucap Mayang mengiba. Mawar terdiam untuk sesaat, jalan keluar untuk masalah rumit ini. Ia bisa saja bersikap seolah tak terjadi apa-apa, tapi bagaimana mengelabui suaminya?
Jika suaminya sampai tahu akan hal ini, petaka besar akan terjadi.
"Jaga rahasia ini jangan sampai Bapakmu tau! Apalagi nenek kakekmu. Bisa habis babak belur dihajar Bapak nanti. Paham?" ucap Mawar dengan nada tinggi.
"Bukan cuma kamu yang dihajar nanti. Aku juga, bodoh!" lanjutnya. Mayang mengangguk pelan, tetesan air mata jatuh seiring dengan pertahanan tubuhnya yang mulai lemah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mayang [END]
Misteri / ThrillerTELAH TERBIT || Part Dihapus Acak! Order novelnya agar bisa membaca keseluruhan -Versi mini seri segera ditayangkan!- Plagiator Harap Menjauh! Pelajari undang-undang hak cipta agar Anda tidak dijatuhi hukum. *** Luka .... Bisakah aku menahannya? Sa...