Chapter 01

4.4K 342 54
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم


Happy Reading,

Jika ditanya mengenai kota Jakarta, apa yang pertama kali terpikirkan? Kemacetan merupakan salah satu jawaban paling sederhana. Akan tetapi, Jakarta memiliki kenangan tersendiri ketika Indonesia dalam masa penjajahan dan Jakarta pula memiliki peran penting sebagai Ibu kota Negara Indonesia.

Waktu kian berputar seakan tak rela berhenti, meski hanya satu detik. Sepasang suami-istri sedang melaksanakan salat dhuha yang merupakan sunnah dalam Islam.

Kringg kringg.

Dering telepon rumah berbunyi, menghentikan aktivitas mereka yang baru saja akan berdoa selesai salat.

"Sudah, Bun, biarkan Ayah saja yang mengangkat teleponnya. Bunda tunggu di sini saja," ucap pria itu menghampiri telepon yang berbunyi untuk segera menerima panggilan itu.

"Iya, hallo? Assalamualaikum. Dari siapa dan apa perlu apa, ya?"

".........."

"Oh, dari Kepala Sekolah Billal, anak saya. Iya, saya ayahnya. Kalau boleh tahu, ada keperluan apa, ya?"

".........."

"Bilal berulah di sekolahnya? Iya, baiklah, saya akan segera ke sana."

".........."

"Terima kasih atas infonya, Pak. Waalaikumsalam," jawab pria itu mengakhiri sambungan telepon.

"Ada apa, Ayah? Apakah Ilal melakukan kesalahan di sekolah?" tanya wanita itu dengan perasaan cemas.

"Iya, Bun. Wali murid Ilal diharapkan datang ke sekolah untuk menyelesaikan permasalahan. Bunda tunggu di rumah saja, biarkan Ayah yang ke sana--" Belum sempat pria itu menyelesaikan perkataannya, dering telepon rumahnya kembali berbunyi.

Kringg kringg.

"Assalamualaikum."

".........."

"Iya, saya ayahnya Balqis, ada apa, ya, Pak? Tidak seperti biasa pihak sekolah turun langsung untuk berbicara kepada wali muridnya."

".........."

"Apa?! Balqis diduga memukul siswi teman sekelasnya? Astagfirullah, baiklah, saya akan segera ke sana," ucap pria itu meletakkan telepon rumahnya di atas nakas.

"Aqis kenapa, Ayah?" tanya wanita itu khawatir.

"Bunda tenang, ya? Aqis sama Ilal gak apa-apa, kok, serahkan semua urusannya pada Ayah, Ayah akan menuntaskannya. Ayah pergi dulu, ya. Assalamualaikum," pamit pria itu menahan amarah.

"Waalaikumsalam, Ayah. Hati-hati!" jawab wanita itu menangis.

***
TBC

Assalamualaikum Aqis✔ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang