Chapter 21

740 168 40
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Happy Reading,

Suasana kobong begitu panas bagi Balqis, karena hampir semua santri putri sedang menggibah tentangnya, membuat Balqis merasa telah melakukan suatu kesalahan besar, yang sebenarnya ia sendiri tak mengerti dengan kejadian yang telah menimpanya saat ini.

"Itu dia orangnya, mengakunya saja mau berhijrah, tapi sifatnya masih belum berubah. Malu sama jilbab, Neng!"

"Halah, bilangnya mau hijrah, mau istiqomah, prett. Enggak usah bohong, kalau hanya bicara saja."

"Sampah masyarakat, lebih baik hempas saja sana! Jauh-jauh dari kita."

"Eh, si pencuri datang, cepat amankan uang kalian, sebelum ada korban berikutnya,"

Sekiranya begitulah bisik-bisik santri putri, setelah melihat Balqis datang bersama Biah ke lingkungan kobong putri.

"Sabar, ya, kak, atau perlu aku melabrak mereka?" ucap Biah gereget dengan bisik-bisik para santri putri yang merendahi Balqis.

"Enggak perlu, Bi, mungkin ini yang dinamakan sebuah ujian kehidupan, bukan tentang seberapa mampu untuk menahan tangis, tetapi tentang seberapa mampu untuk menahan amarah. Aku merasa enggak bersalah di sini dan untuk apa aku marah? Justru itu membuat mereka semakin yakin, bahwa akulah yang mencuri uang Sasa," ucap Balqis menahan lengan Biah yang akan menghampiri santri putri yang sedang berbisik tadi.

"Memang benar, ya, enggak semua mulut diajarkan untuk mengerti perasaan orang lain. Ayok kita masuk, Kak, ke kobong." Biah menggenggam tangan Balqis untuk memasuki kobong.

Krieett ...

"Assalamualaikum," salam Biah saat memasuki kobong diikuti Balqis di belakangnya.

Waalaikumussalam, Biah, kamu kenapa mengajak si pencuri itu?" ucap Tia yang merupakan sahabat dekatnya Sasa dengan pandangan tidak suka.

"Astaghfirullah, kamu bicara apa, sih, Ti? Kak Balqis bukan pencuri," sahut Biah.

"Mau apa kamu ke sini, Balqis? Belum puas mencuri uang aku? Sekarang apalagi? kamu mau mencuri uang mereka, juga?" ujar Sasa yang bangkit dari duduknya.

"Sasa, cukup! Kak Balqis ke sini karena memang sebelumnya juga kita kan, sekobong, kamu jangan suudzan seperti itu," kesal Biah.

"Tapi aku enggak sudi sekobong dengan pencuri macam dia!" bentak Sasa membuat Balqis menundukkan kepala, menahan amarah yang terkadang mengendalikan dirinya.

"Assalamualaikum, ada apa lagi, ini?" salam Azizah diikuti Suci.

"Zizah, tolong bilang Umi atau Abah, kalau aku enggak sudi untuk tidur sekamar dengan pencuri," ujar Sasa.

"Tapi kenapa, Sa? Kobong yang lain kan, sudah terisi penuh, kasihan Kak Balqis, kalaupun bilang ke Abah atau umi, bisa jadi, mereka akan menyalahkan kamu karena setega itu mengusir Kak Balqis," sahut Azizah.

"Aku enggak peduli, aku berhak mengatur, mama dan papa aku donatur terbesar di ponpes ini, kalau kamu enggak mau bilang Abah atau Umi, biarkan aku saja yang bicara dengannya," ucap Sasa pergi untuk menemui Abah Afif dan Umi Dahlia.

Assalamualaikum Aqis✔ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang