Chapter 05

1.2K 211 23
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Happy Reading,

Bandung merupakan salah satu kota metropolitan terbesar yang terdapat di provinsi Jawa Barat. Selain itu, Bandung disebut juga sebagai Paris Van Java karena keindahannya.

"Kita sudah sampai, ayo cepat bawa barang-barang kalian untuk turun dan jangan sampai ada yang tertinggal," ucap Ammar pada kedua anak kembarnya yang sedang tertidur dengan pulasnya.

"Em, iya, Ayah," jawab Billal.

"Kalian mau ke mana?" tanya Balqis dengan nyawa yang masih belum terkumpul, karena baru saja bangun dari tidurnya.

"Mau ke MCK. Cepat bangun! Mau ikut, enggak? Kalau enggak mau, ya sudah kita tinggal, dan itu … oh, ya ampun anak gadis, kok, bikin illfeel sekali, sih, air liurnya sampai ke pipi seperti itu," ucap Billal dengan senyum mengejek, kemudian berjalan meninggalkan Balqis.

"Apa, sih, enggak ada, kok." Balqis mengusap sudut bibirnya hingga pipi.

"Lho, kok, pada turun semua? Pak, kenapa ikut turun? Abang saya itu mau ke MCK. Toilet, Pak. Memangnya, Bapak mau ikut?" tanya Balqis pada salah satu penumpang yang masih tersisa dalam bus.

"Kumaha upami eta? Neng, tingali! Ieu mangrupikeun kota Bandung," sahut penumpang itu sembari menunjuk kearah luar bus.

"Jadi, kita sudah sampai?" tanya Balqis dengan wajah lugu.

"Iya, atuh," jawab penumpang bus tersebut.

"ILAL, BERCANDAAN LO ENGGAK LUCU!"

Balqis bergegas turun dari bus, menghampiri Billal dan ayahnya.

"Aqis, jangan teriak-teriak! Malu kalau didengar orang. Ini bukan daerah kita," ujar Ammar menasihati.

"Maaf, Ayah."

Allahu akbar ….
Allahu akbar ….

"Alhamdulillah, sudah azan ashar. Aqis, Ilal, mari kita salat, baru setelah itu ke apartemen tempat kalian tinggal selama di sini."

"Iya, Ayah," sahut Billal yang mengikuti langkah ayahnya, tetapi harus terhenti karena ayahnya kini berbalik manatap Balqis yang tak kunjung mengikutinya.

"Aqis, ayo kita salat!" ajak Ammar yang merasa heran, kenapa Balqis tidak mengikutinya.

"Ehm … itu, Aqis … ah, perut Aqis sakit, Ayah. Sepertinya Aqis sedang datang bulan, deh," kata Balqis yang berpura-pura menahan sakit sembari memegangi perutnya.

"Kamu tidak sedang berbohong, 'kan? Tadi zuhur masih baik-baik saja, kok. Jangan menjadikan itu suatu alasan kamu untuk tidak salat!" tegas Ammar.

"Be-benar, kok, Ayah. Aqis serius sakit perut, dan sepertinya memang datang bulan, nanti Aqis cari kamar mandi, deh, untuk memastikan. Janji," ungkap Balqis dengan gugup, saat melihat tatapan tajam Ammar.

"Hm, baiklah. Jangan terlalu jauh untuk meninggalkan tempat ini, ingat kamu belum paham dengan daerah sini," ucap Ammar memberikan pesan kepada Balqis. Ammar pun berjalan menuju masjid terdekat dan diikuti Billal di belakangnya.

Assalamualaikum Aqis✔ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang