Chapter 17

715 164 13
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Happy Reading,

Rutinitas pagi hari di pondok pesantren yaitu mengantre untuk memasuki kamar mandi, bukan tentang siapa yang terlebih dahulu sampai di sana, akan tetapi tentang siapa yang tercepat maka dia yang akan dapat memasuki kamar mandi, terlebih dahulu.

"Aku sangat senang sekali, hari ini," ucap Biah ceria membuat ketiga sahabatnya heran.

"Senang, kenapa?" tanya Azizah.

"Halah, Biah setiap harinya juga selalu ceria," sahut Suci.

"Aku senang karena suasana kali ini, kita semua berdamai seolah tidak pernah ada kata pertengkaran di antara kita, dan aku berharap kita juga akan selalu seperti ini. Kalian tahu, apa yang paling utama membuat aku senang?" tanya Biah dan dijawab gelengan kepala oleh Azizah dan Suci, sedangkan Balqis tidak terlalu peduli.

"Jawabannya adalah karena Kak Balqis sudah mau berhijrah," ujar Biah antusias hingga membuat Balqis beralih menatap Biah.

"Huaa, sini-sini, Biah mau memeluk kalian," lanjut Biah memeluk Balqis dan diikuti Azizah dan Suci.

"Hm, aku juga senang sekali, ini impian aku sejak awal, kalau aku mau Kak Balqis berhijrah bersama aku, Biah dan Suci. Supaya kita bisa sama-sama saling memberikan dukungan untuk selalu beristiqomah," ucap Azizah yang memeluk ketiga temannya.

"Iya, aku juga berdo'a, semoga kita bisa selalu istiqomah," ucap Suci menimpali.

"Hm, terima kasih, ya, untuk kalian yang selalu ada buat Aqis, dan Aqis berharap jika suatu saat Aqis melakukan kesalahan, kalian bisa selalu mempercayai Aqis, bukan terpengaruh dengan perkataan orang lain," ucap Balqis yang tidak merasa risih dengan pelukan ketiga santri putri yang kini menjadi sahabatnya.
Tanpa mereka sadari bahwa ternyata ada seseorang yang sedang mengepalkan tangannya, pertanda ia tidak menyukai persahabatan antara Balqis, Azizah, Biah, dan Suci.

Liat saja, sampai di mana persahabatan kalian akan selalu berdamai, dan aku bisa pastikan kalau hidup kamu tidak akan tenang, Balqis, selama kamu masih berada di ponpes Al Falah, batin seseorang.

~~~

Bell istirahat sekolah berbunyi, siswa-siswi berhamburan, ada yang menuju kantin untuk mengisi perut mereka, ada yang menuju perpustakaan untuk sekadar membaca buku, dan bahkan ada yang tetap di dalam kelas karena terlalu malas untuk berjalan.

"Ke kantin, yuk!" ucap Biah mengajak ketiga sahabatnya.

"Kalian saja, deh, Aqis mau ke toilet, nanti Aqis menyusul," ucap Balqis yang diiyakan oleh Azizah, Biah, dan Suci.

Di koridor yang cukup ramai, terlihat seseorang yang begitu menarik perhatian Balqis.

"Ustadz Aby, Aqis rindu. Eh? maaf, Ya Allah, Aqis khilaf. Sudahlah, Aqis mau ke kamar mandi," gumam Balqis.

"Assalamualaikum, Aqis," salam Ustadz Aby yang menghentikan langkah Balqis.

"Eh, iya. Wa-waalaikumsalam," jawab Balqis gugup.

Hm, Aby kepengin mengetahui sudah seberapa jauh tekad Aqis untuk beristiqomah dalam hijrahnya, batin Ustadz Aby.

"Aqis, mau ke mana?"

"Em, Aqis ma-mau ke kamar mandi, permisi, Ustadz. Assalamualaikum," ucap Balqis yang segera pergi meninggalkan Ustadz Aby.

"Waalaikumussalam, Aqis," jawab Ustadz Aby menggelengkan kepala seraya tersenyum tipis dan semua itu tak absen dari penglihatan Hanin.

Di toilet yang minimalis, di sertai wastafel dan tempat untuk berwudhu terlihat cukup bersih.

Krieet ....
Krekk krekk ...

"Pintu sudah terkunci, sekarang saatnya untuk melabrak perempuan sok jagoan itu," gumam seseorang menunggu pintu kamar mandi terbuka.

Kreekk ...

"Sedang apa lo di sini?" tanya Balqis yang tanpa sengaja menggunakan 'lo-gue'.

"Wah, ternyata kamu masih pakai 'lo-gue', berarti hijrahnya palsu, ya?" ucap seseorang tersebut.

"Cukup Allah yang mengetahui, hijrah Aqis palsu atau enggak, dan kamu enggak usah mengalihkan topik pembicaraan," sahut Balqis.

"Bukan hal yang aneh kalau saya membenci kamu, selama kamu masih mondok di sini, saya pastikan hidup kamu tidak akan tenang. Saya lihat, sepertinya kamu menyukai tunangan saya, ya?" tanya orang tersebut.

"Tunangan? Memangnya ada, ya, laki-laki yang mau bertunangan dengan perempuan bermuka dua seperti kamu," sahut Balqis membuat Hanin mengepalkan tangannya kesal.

"Ada, Ustadz Aby, yang dengan senang hati menerima kekurangan saya," jawab Hanin tersenyum angkuh.

"Apa? Ustadz Aby?" ucap Balqis tidak menyangka.

"Iya, Ustadz Aby itu tunangan saya. Kenapa? Terkejut? kecewa? Atau mau menangis sepanjang malam? Sayang sekali, saya tidak peduli," ucap Hanin seraya tersenyum miring.

"Sayang sekali, semua itu enggak perlu Aqis lakukan. Yang terpenting, kamu jaga Ustadz Aby, dan jangan sampai kamu menjadikan dia sebagai alat untuk kamu membalas dendam ke Aqis. Karena Aqis enggak akan pernah membiarkan itu terjadi," sahut Balqis.

"Oh ya ampun, kamu pintar ternyata, ya. Kita lihat saja nanti, apa yang akan terjadi dan silakan menunggu tanggal mainnya," ucap Hanin meninggalkan Balqis, sedangkan Balqis pergi menuju kantin, tempat di mana ketiga sahabatnya berada.




♡______♡

Assalamualaikum readers🤗 vote komennya jangan dilupa! see you next chapter..👏

Assalamualaikum Aqis✔ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang