Chapter 18

731 159 11
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Happy Reading,

Tengg Tengg ...

Bell pulang sekolah berbunyi, para santri putra maupun santri putri bersiap menuju Masjid untuk melaksanakan sholat dzuhur.

Ceramah singkat yang rutin di laksanakan ba'da dzuhur dengan sangat terpaksa harus di ulur karena saat ini merupakan hari tepat di mana semua ekskul berlatihan, setelah satu minggu cuti karena adanya akreditasi sekolah dari dinas pendidikan.
Selesai sholat dzuhur, para santri putra maupun santri putri menuju tempat ekskul mereka masing-masing. Seperti ekskul, baca tulis Al Qur'an di mushola, ekskul paskibra di lapangan utama, dan sebagainya sesuai dengan ekskul apa yang mereka ikuti.

"Kak Balqis, tunggu!" ujar Biah mencoba menyejajarkan langkahnya dengan langkah kaki Balqis.

"Hm?" Balqis hanya berdehem singkat.

"Kak Balqis mengikuti ekskul apa?" tanya Biah.

"Ekskul tidur, ada enggak? Kalau ada, Aqis mau daftar paling awal," ucap Balqis dengan wajah datarnya membuat Biah menahan untuk tidak tertawa.

"Ih, Kak Balqis bikin aku gemas, deh. Mau mencubit pipi Kak Balqis jadinya," sahut Biah disertai cubitan di pipi Balqis, Balqis mendadak meringis menahan nyeri di pipinya, wajahnya sedikit cemberut.

"Maaf-maaf, habisnya aku gemas sekali. Lagipula, Kak Balqis kenapa bertanya seperti itu?"

"Memangnya ada yang salah dengan pertanyaan Aqis?"

"Enggak ada yang salah, sih, tetapi mana ada ekskul tidur? Yang aku tahu, adanya ekskul pramuka, silat, taekwondo, memasak, paskibra--"

"Oh, berarti enggak ada, ya? Kalau ekskul karate ada enggak di sini?"

"Enggak ada, Kak, adanya silat dan taekwondo kalau dari segi bela diri," jawab Biah.

"Enggak modern sekali, sih, masa enggak ada ekskul karate.

"Tapi kan, masih ada silat dengan taekwondo, Kak, sama kok, bela diri juga."

"Zizah dan Suci mana?" tanya Balqis.

"Mereka sudah lebih dahulu ke tempat ekskul."

"Kamu dan mereka mengikuti eskul apa?"

"Aku, Zizah, dan Suci mengikuti ekskul memasak, Kak."

"Tempat ekskul silat di mana?" Balqis mencari-cari letak keberadaan tempat ekskul silat dengan melihat ke kanan dan kiri.

"Wah, Kak Balqis mau mengikuti ekskul silat, ya?" tanya Biah antusias.

"Hm," sahut Balqis menggedikkan bahunya.

"Tempatnya di lapangan basket, Kak, karena hampir semua tempat digunakan dengan ekskul yang lain."

"Sudah, ya, Kak, aku takut ekskul memasaknya sudah dimulai." Biah hendak melangkah pergi, tetapi tangannya ditahan oleh Balqis.

"Tunggu! satu pertanyaan lagi. Ustadz Aby mengajar ekskul apa? Dan di mana tempatnya?" tanya Balqis.

"Ustadz Aby mengajar ekskul Baca Tulis Al Qur'an yang biasa disingkat dengan sebutan BTQ, di mushola, memangnya kenapa, Kak?"

"Eng-enggak, kok. Ya sudah kalau gitu, Aqis pamit, ya. Assalamualaikum," pamit Balqis yang mau menghindar dari pertanyaan Biah.

"Dasar, Kak Balqis, padahal Biah yang mau pamit lebih dahulu," gumam Biah.

Mushola terlihat begitu sepi, karena kebanyakan dari beberapa santri ponpes Al Falah, lebih memilih untuk mengikuti ekskul yang lain daripada, ekskul BTQ.

"Sangat sepi, Ustadz Aby di mana, ya?" gumam Balqis di sebalik pohon mangga, seraya memperhatikan mushola yang terlihat sepi.

Pukk.
Tepukan di bahu Balqis membuat gadis itu terkejut.

"Eh, kucing berenang!" latah Balqis hingga membuat Ustadz Aby tertawa lepas seraya memegangi perutnya.

Gantengnya calon imam, Aqis, kalau sedang tertawa sumringah seperti ini, batin Balqis.

"Haha ... astaghfirullah. Maaf-maaf, habisnya kamu lucu sekali, sih. Mana ada kucing berenang, di mana-mana kucing itu takut dengan air," ucap Ustadz Aby mengusap air mata yang keluar karena terlalu lepasnya ia tertawa.

"Ada, Ustadz, kucing Aqis setiap pagi berenang."

"Serius? Kamu memiliki kucing peliharaan?"

"Iya, namanya Pretty. Tapi sangat disayangkan, dia sudah mati karena Aqis mengajaknya berduel," ucap Balqis santai.

"Tunggu, apa? Kucing kamu ajak duel?" tanya Ustadz Aby heran dan dijawab anggukkan kepala Balqis.

"Sudahlah, Ustadz, enggak usah membahas masalah kucing, nanti Aqis kembali berduka. By the way, Ustadz, kenapa mengejutkan Aqis, sih?" ucap Balqis mengalihkan topik.

"Oh iya, tadinya saya mau bertanya. Kamu sedang apa di sini? Mau mengikuti ekskul BTQ?"

"Eh? Eng-enggak, kok, Ustadz. Aqis--" jawab Balqis yang belum menyelesaikan perkataannya.

"Sudah, tidak usah malu-malu seperti itu. Justru saya senang, murid ekskul saya bertambah. Mari ke mushola," ucap Ustadz Aby yang membuat Balqis mau tak mau mengikutinya menuju mushola.

Aduh, bagaimana, ya, kalau Ustadz Aby mengetahui ternyata Aqis enggak bisa mengaji, niat Aqis ke mushola kan, hanya untuk melihat calon imamnya Aqis, bukannya mau mengikuti ekskul BTQ, batin Balqis.


♡______♡

Assalamualaikum readers🤗 vote komennya jangan dilupa! see you next chapter.

Assalamualaikum Aqis✔ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang