بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Happy Reading,
Kobong putri yang terlihat begitu sepi, hanya ada beberapa santri putri yang memang sedang dalam masa datang bulannya, hingga mereka tidak bisa hadir dalam pengajian kali ini, membuat mereka bisa meluangkan waktunya untuk merapikan beberapa barang yang mereka bawa ke ponpes sebagai kebutuhan sehari-hari. Ada yang mencuci pakaian, ada yang menyapu halaman, bahkan ada yang sedang memberi label nama pada peralatan mereka termasuk ember, sandal, pulpen, dan segala macamnya untuk berjaga-jaga agar tidak hilang.
Tetapi berbeda dengan seorang gadis yang kini sedang duduk bersantai seraya mengangkat kakinya tanpa memperdulikan teman santri putrinya yang sedang menyapu halaman, siapa lagi kalau bukan Balqis.
"Eh, kamu. Pergi, sana! Apa enggak melihat kalau saya sedang menyapu? Seharusnya kamu membantu saya, bukannya berduduk santai seperti ini. Enggak sopan sekali. Anak baru di ponpes ini saja, kok, bangga!" ucap Gita merupakan santri putri yang sedang menyapu halaman.
"Apa lu bilang? Gue enggak sopan? Eh, yang ada lo yang enggak sopan, sudah berapa lama, sih, lo masuk pesantren ini? Seharusnya yang namanya santri itu bicaranya juga harus dijaga, bukan hanya sifatnya, angkuh sekali lo bilang kalau gue anak baru, punya kaca kan, di kobong? Intropeksi diri lo! Gue anak baru, jadi wajar kalau masih belum tahu aturan. Sedangkan, lo, sudah lama, tetapi bicaranya enggak sopan. Bisa kan, bicara baik-baik dan enggak perlu mengegas seperti itu," kesal Balqis berdiri dari duduknya.
"Huh, sangat tidak penting, saya berbicara sopan dengan kamu, saya itu sudah mengetahui kalau kamu itu memang anak nakal, dan mungkin juga kurang kasih sayang orang tua, atau mungkin memang menuruni, dengan sifat enggak sopannya orang tua kamu. Seperti kata pepatah, kalau buah jatuh enggak akan jauh dari pohonnya," sindir Gita pada Balqis yang kini mengepalkan tangan menahan amarah.
Plakk!
"Lo boleh kesal dengan gue, tapi jangan pernah membawa nama orang tua gue! Karena kalau sampai lo salah bicara, gue pastikan pukulan kedua akan membuat lo masuk rumah sakit," ucap Balqis menggebu-gebu.
"Haha ... kamu fikir saya takut?" ucap Gita memegang sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah seraya tersenyum mengejek dan beralih menarik jilbab yang dikenakan Balqis.
"Jilbab ini enggak pantas berada di kepala kamu, dan saya akan membuat kamu di keluarkan dari ponpes ini," ucap Gita yang terus mencoba menarik jilbab Balqis tetapi tidak bisa karena Balqis menahannya.
"Ya Allah, Gita, Balqis, hentikan!" ujar Nina santri putri yang melihat perkelahian Balqis dan Gita mencoba melerai keduanya.
"Sana! Lo enggak usah ikut campur!" Balqis mendorong Nina yang berusaha memisahkan, hingga terdorong menjauh.
"Sebaiknya aku panggil Abah atau Umi," gumam Nina pergi meninggalkan Gita yang sedang berusaha menarik jilbab Balqis, dan Balqis yang berusaha melepaskan tarikan Gita pada jilbabnya.
"Aduh, pada ke mana, sih? Aku panggil siapa, ya, untuk melerai Balqis dan Gita? Itu kan, Ustadz Aby sama Ustadz Raif, aku panggil mereka saja, deh. Ustadz, tunggu!" panggil Nina berlari untuk segera sampai di hadapan Ustadz Aby dan Ustadz Raif.
"Astaghfirullah, Nina kamu kenapa?" tanya Ustadz Raif yang melihat Nina berlari dengan napas terengah-engah.
"Aku huh hah ... aku tadi aduh, Ustadz, gawat! Balqis sama Gita hhhh ... aku." Ucapan Nina tidak jelas dengan sesekali terengah-engah menahan lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Aqis✔ [REVISI]
Teen FictionGenre : Religi-Humor-Romance. __________________________ -Balqis Ufaira- "Dalam logika berpikir untuk menyerah, tetapi hati berkata untuk terus berjuang walau sakit." -Abyasa Aktam- "Bersabarlah, Allah mengetahui jika kamu adalah orang yang kuat, ma...