Chapter 10

991 180 12
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Happy Reading,

Gedung sekolah yang cukup sederhana dengan dua lantai, disertai lapangan inti, kamar mandi, kantin, ruang guru, ruang kepala sekolah, dan perpustakaan, serta ruangan-ruangan khusus guru dan kelas untuk murid, yang masih berada dalam lingkup ponpes Al Falah, dengan peraturan yang memperbolehkan siswa-siswi berada dalam satu sekolah dikarenakan fasilitas yang kurang maksimal menjadikan santri putri dan santri putra merasa bahagia dengan peraturan tersebut. Tetapi peraturan tetaplah peraturan, santri putri diharuskan memakai niqab atau masker penutup wajah apabila bertemu dengan ikhwan.

"Aduh, gue telat, nih, tapi ya sudahlah, gue enggak peduli," gumam Balqis berjalan santai tanpa menggunakan penutup wajah dengan memakai seragam sekolah serta rok berwarna abu-abu yang sengaja ia kecilkan hingga membuatnya begitu terlihat sangat menjiplak tubuhnya.

Brukk!

"Astaghfirullah, anjeun harusna ati-ati, (Astaghfirullah, kamu harusnya berhati-hati)" ucap seorang ikhwan yang menabrak Balqis, seraya menundukkan kepala ketika melihat seragam sekolah yang dikenakan gadis di hadapannya ini.

"Wah, enggak menyangka, ya, kita di pertemukan kembali," ujar Balqis yang membuat ikhwan tersebut merasa heran dengan perkataannya.

"Afwan, sebelumnya apakah saya dengan kamu pernah bertemu?" tanya ikhwan tersebut yang ternyata adalah Ustadz Aby.

"Iya, kita pernah bertemu, waktu kamu menabrak aku di terminal bus, lalu kamu pergi, yang padahal saat itu aku membutuhkan bantuan," ucap Balqis menggunakan 'aku-kamu'.

"Afwan ukhti, karena waktu itu saya tidak bisa membantu, dan afwan karena saya tidak bisa berlama-lama. Syukron, assalamualaikum," pamit Ustadz Aby dan pergi meninggalkan Balqis.

"Dia bicara apa, sih? Gue enggak mengerti, sepertinya gue harus belajar bahasa ponpes ini, agar bisa membalas perkataan si lelaki tampan itu. By the way, jantung gue kok serasa seperti habis berlari marathon gini, sih, seperti berdetak lebih cepat dari biasanya, apa ini yang dnamakan cinta? BUNDA, AYAH, ILAL! AQIS JATUH CINTA!" gumam Balqis yang diakhiri teriakan, seraya menari-nari tidak jelas.

~~~

Tengg tengg
Bell sekolah berbunyi menandakan waktu istirahat telah tiba, beberapa santri putra dan santri putri berhamburan menuju kantin walau hanya untuk membeli camilan.

"Aduh, Ci. Bagaimana, ya, aku sangat khawatir dengan Kak Balqis. Takut dia enggak memakai niqab atau masker penutup wajah," ucap Azizah gelisah seraya mencari-cari keberadaan Balqis.

"Itu Balqis atau bukan?" tanya Suci menunjuk ke arah siswi yang terlihat seperti tidak menutup wajahnya karena jarak mereka yang cukup jauh.

"Iya, itu Kak Balqis, ayok kita ke sana, Ci! Ya Allah, ternyata benar perkataan aku kalau dia enggak memakai penutup wajah dan lihat seragam sekolahnya! Terlalu menjiplak tubuhnya, astaghfirullah." Azizah menarik tangan Suci agar mengikutinya berjalan menuju Balqis yang sedang memesan makanan.

"Kak Balqis!" Azizah melepas genggamannya pada Suci dan beralih menarik Balqis untuk keluar dari kerumunan.

"Aduh, siapa, sih, yang menarik tangan gue?" tanya Balqis tidak mengenali karena Azizah memakai niqab.

"Aku Azizah. Ya Allah, Kak Balqis kenapa pakai seragam sekolah yang kekecilan seperti ini?" lirih Azizah.

"Memangnya, kenapa? Ada yang salah? Gue, di sekolah lama juga memakai seragam ini kok," ucap Balqis.

"Sekolah Kak Balqis yang lama itu jauh berbeda dengan ponpes ini, Kak. Ini pesantren, tempat seorang murid untuk memperbaiki akhlak, berbeda dengan sekolah Kak Balqis yang lama, hanya tempat untuk mencari ilmu dan mungkin bebas-bebas saja jika ada muridnya yang berpakaian kekecilan seperti ini," sahut Azizah.

Azizah memakaikan niqab untuk Balqis yang sengaja ia bawa untuk berjaga-jaga jika Balqis benar-benar tidak memakai penutup wajah.

"Pakai ini, ya, Kak, dan jangan dilepaskan, karena ini sudah menjadi peraturan ponpes Al Falah," lanjut Azizah mengikatkan tali niqab Balqis.
Balqis ingin meronta tetapi tidak bisa, karena tangannya dipegangi ke belakang oleh Suci.

"Ini wajib dan ini peraturan, bahwa semua santri putri harus memakai niqab atau masker untuk menutupi wajah apabila bertemu ikhwan," ucap Azizah yang tak terbantahkan.

"Ya terus kalau wajah gue ditutup seperti ini, nanti makannya bagaimana?" sahut Balqis gereget.

"Niqabnya bisa disampirkan dan masukkan makanannya ke dalam mulut tanpa harus dilepas, selesai," jawab Azizah santai meninggalkan Balqis yang mengikuti langkah mereka seraya menggerutu kesal menuju tempat duduk yang sudah disediakan di kantin.

"Assalamualaikum, Azizah, Suci," ujar seorang gadis menghampiri tempat duduk mereka.

"Waalaikumussalam, Biah? Huaa, aku rindu tahu," ucap Azizah memeluk Biah.

"Iya, nih, kamu terlalu asyik di kampung sampai kita dilupakan," ucap Suci mendekati Biah dan ikut memeluknya.

"Aku pulang juga bukan untuk main-main, ibu aku sakit dan diharuskan rawat inap," jawab Biah sedih.

"Syafakillah, untuk ibu kamu, kita hanya bisa membantu dengan mendo'akan dari sini," ucap Azizah menenangkan Biah yang sedih.

"Sekarang, bagaimana keadaannya?" tanya Suci pada Biah.

"Alhamdulillah, sudah membaik, dan lusa sudah diperbolehkan pulang," jawab Biah tersenyum.

"Alhamdulillah," sahut Azizah dan Suci berbarengan.

"Ini siapa?" tanya Biah heran karena biasanya hanya mereka bertiga yang duduk di bangku pojok kantin.

"Oh iya kenalkan, ini Kak Balqis. Kak Balqis, ini Biah, dia baru balik ke ponpes setelah izin pulang beberapa hari yang lalu karena ibunya sakit," ucap Azizah menjelaskan siapa Biah pada Balqis.

"Hai, Kak, aku Robiatul Adawiyah. Kak Balqis, bisa panggil aku Biah," ucap Biah antusias seraya mengulurkan tangan memperkenalkan diri.

Robiatul Adawiah, merupakan sahabat Azizah dan Suci. Juga merupakan santri putri yang mengetahui semua yang dirahasiakan Azizah selain Suci.

"Balqis Ufaira," sahut Balqis menyambut uluran tangan Biah dan dibalas senyuman manis Biah.





♡______♡

Assalamualaikum readers🤗 vote comen untuk cerita aku ya😉 tolong kasih saran kalau aku ada kesalahan diceramahnya🙏

Assalamualaikum Aqis✔ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang