File 02

78 31 7
                                    

Kalem aja bacanya. Jangan dibawa serius.
Judulnya cerita ini sedih.

***

Mungkin ekspektasi mu setelah membaca bagian judul sudah tahu kalau ending ceritanya bakal berakhir bahagia. Tapi tak apa, kali ini aku ingin menceritakan yang membuat kamu bersedih. Kuyakin, hanya aku yang mengalami hal ini. Dan kamu pasti tidak akan sedih, karena sudut pandang kita berbeda.

Aku memang telah mengalami kebahagiaan saat ulang tahunku kemarin, tapi aku ingin menceritakan sesuatu yang menyedihkan. Bukan hal sesudah acara itu, tapi sebelum aku gagal dalam ujian sbmptn.

Walaupun waktu itu adalah acara yang merupakan sebuah kebahagiaan, tapi aku tidak bisa berlama – lama karena aku masih memikirkan apa yang dimaksud dengan kata berguna. Apa benar, jika dirimu berguna bagi orang lain kamu harus melakukan apa yang mereka mau, juga? Mungkin tidak. Aku tahu kamu orangnya sangat aktif dalam hal apapun karena saat itu aku melihat dari pandangan dan cara bicaramu. Kamu berbeda dari yang lain.

*

Sewaktu masa SMA, aku pernah tidak menginginkan satu hal. Yaitu jika aku lulus, aku tidak ingin gagal dalam sbmptn. Tapi harapan itu berbanding terbalik dengan kenyataan yang kualami. Kamu mungkin sudah membaca cerita pada nomor satu. Aku pernah mensuratkan bahwa aku pernah mengalami keterpurukan. Aku bukan terpuruk karena gagal sbmptn tapi akan karena satu hal.

Masa SMA adalah masa – masa banyak kenangan. Tapi bagi diriku, apa yang harus kukenang? Diriku selalu terkucilkan. Bukan terkucilkan sepertinya, tetapi aku yang tidak ingin bergaul dengan mereka. Karena rata – rata temanku saat masih SMA memiliki sifat yang tak ingin kutemui. Aku sempat bahagia karena masih mengingat Liza karena ia salah satunya yang bisa mengerti diriku.

Saat itu keadaan kelas memang sunyi, karena tugas yang biasanya diberikan ketika ada jam kosong tak kunjung datang. Memang sepi bagiku, namun ramai bagi mereka semua. Mereka seperti membicarakan hal yang menyenangkan tanpa aku disana. Pernah aku mencoba bergabung dengan mereka tapi, sontak pembicaraan itu berhenti.

“ Kok udahan? Padahal aku baru datang.” Aku menanyakan hal itu.

Mereka hanya terdiam, tak ada yang merespon kalimatku seolah aku ini tidak dianggap. Padahal aku termasuk bagian dalam kelas ini. Aku sempat terkejut. Setelah kurang lebih sepuluh menit tak ada yang merespon, salah satu dari mereka angkat bicara.

“ Kamu belum tahu kalau kamu belum berguna? Makanya kami tidak ingin mengajak kamu bergabung. Takut kami juga tidak berguna akan nantinya." Jawab Tora.

Mereka semua menatap Tora lalu salah satu diantaranya menepuk bahu Tora. Dan mengucapkan ; bagus Tora, dia mungkin akan sadar. Begitulah kalimat yang keluar dari mulutnya yang tak sengaja kudengar. Apa berguna itu? Apa aku hanya diam saja saat ditanya guru? Apa aku tidak bisa melakukan apapun dalam kerja kelompok? Lantas, kenapa aku harus dilahirkan di dunia ini kalau ujung ujungnya aku akan terpuruk.

Kalimat yang terlontar dari mulutnya itu membuat aku selalu memikirkan bagaimana cara bisa berguna bagi mereka. Aku sempat berpikir tentang empat kawanku yang menganggap diriku berguna sewaktu SMP. Tapi aku yakin, anak – anak dikelas ini memang benci akan kehadiranku. Aku sempat ingin berpindah sekolah, tapi orangtuaku melarang karena tidak punya kenalan ataupun saudara didaerah lain.

*

Saat diperjalanan pulang, aku terus memikirkan bagaimana cara aku berguna. Makanya, saat itu aku masih bingung apa arti kata berguna. Dikota yang kusinggahi ini sangat indah pemandangannya jika sudah saatnya senja tiba atau saat matahari naik ke permukaan.

Cahaya matahari sangat membuat aku terpukau mungkin bukan aku saja, kamu juga sepertinya. Aku akan mengajakmu suatu saat ke tempat yang tinggi dan melihat senjatanya senja.

V O N : Hidup atau HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang