Di Bandung, bayanganmu selalu menghantui pikiranku saat ini. Kuharap kamu segera beranjak dari sana. Kampus sama saja seperti rumah yang kusinggahi. Indekos sama saja seperti hati ini. Sepi, tak ada yang mengisi kecuali kita sendiri.
Indekos yang jaraknya tidak jauh dari kampus. Tetapi jarak kini diantara kita sangat jauh. Hujan sudah tidak berpotensi untuk membawa kita menjadi satu lagi. Semesta selalu punya rencana tersendiri. Posisiku sangat terpuruk. Rasanya ingin membenturkan kepala ini ke dinding.
Tugas dari dosen ada beberapa yang kuabaikan. Tak sanggup lagi mengerjakan jika aku hanya memikirkannya. Mencoba membuka jendela agar mendapat ketenangan hati namun tak bisa. Sejenak aku merebahkan diri. Aku menatap langit - langit kamar ini. Hanya ada lampu bohlam saja yang kulihat. Sontak kau datang menggantikan apa yang kulihat. Kita saling bertatapan dan saling tersenyum.
" Aku baik - baik saja. Suatu saat kita akan bertemu."
Itulah kalimat yang keluar dari mulutnya walau tak bersuara. Aku terkejut karena ia berkata seperti itu. Ia masih mengingatku batinku dibarengi senyum tak jelas. Saat aku sadar, bayangan itu hilang. Baru saja aku ingin menanyakan dimana ia sekarang tapi ia sudah terbawa arus angin keluar kamar.
Aku mulai memikirkan kalimat yang ia ucapkan.Jika ia baik - baik saja dan suatu saat pasti kita akan bertemu, sebaiknya aku memberikan sesuatu jika kembali bertemu dengannya. Namun aku bingung, apa yang akan kuberikan. Aku tak ingin menghamburkan uang demi hadiah seseorang. Sontak aku mengingat sesuatu kalau ia ceroboh. Maka dari itu, aku membuat sebuah pesan. Tapi pesan akan membuatnya bosan terkecuali saling mengirimi pesan dan memunculkan notifikasi.
Pikiran tentangnya hilang tetapi kini apa yang harus kuberikan. Aku mencoba menanyakan kepada Liza. Liza tak kusangka ia tidak sibuk. Mungkin ia sedang luang.
" Halo Nam. Ada apa? Tumben banget" tanya Liza yang terheran.
" Halo Liz. Emm, menurut kamu hadiah buat seseorang yang ceroboh dan kayaknya dia butuh beberapa amanat. Apa ya yang cocok?"
" Kamu mau ngasih hadiah buat seseorang?" Ia cengengesan. Akupun mengangguk tapi percuma kalau aku mengangguk. Toh, ia tak akan lihat." Kalau emang benar mau ngasih seseorang, karena orangnya juga ceroboh dan butuh beberapa amanat. Kamu coba bikin cerita tentang hidupmu. Tapi yang bermakna. Haduh nggak percaya aku temen SD ku jadi bucin gini".
Aku hanya terbungkam dan hanya mengucapkan terimakasih. Dan aku langsung memutuskan aliran telepon itu. Kupikirkan beberapa cerita yang bermakna untuknya. Terbesit beberapa cerita yang akan ku ketik. Kuambil laptop di dalam tas. Kunyalakan laptop itu. Dengan rasa semangat aku siap memulai mengetik cerita, untuknya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
V O N : Hidup atau Harapan
Teen FictionKamu itu egois. Sikapmu tak bisa dijaga dengan baik. Musibah bisa saja datang setiap saat kepadamu jika kamu tetap memiliki sifat itu. Cerita ini bukan hanya sekedar cerita. Jika kamu membaca dengan jelas dan tenang pasti kamu akan mendapatkan makna...