Melupakan

14 12 0
                                    

            Beberapa minggu setelah dirinya pergi, aku dapat menjalani semua kuliahku dengan damai tanpa ada bentrokan. Pikiranku seakan sudah terbebas dari bayanganmu tetapi wajahmu selalu terbayang – bayang.

Ternyata, tanpanya tidak buruk juga batinku. Namun sebenarnya, aku masih belum sampai di fase setabah paling tabah. Tetapi aku percaya, entah kapan waktunya, kelak aku akan sampai dan menemukan titik itu. Saat ini, aku hanya harus sedikit kuat saja.

Omongan itu terdengar hanya omong kosong. Buktinya diriku selalu menangisi dirinya. Kepergiannya benar–benar membuat diriku terpuruk. Terjebak didalam jurang yang amat dalam. Gelap. Sesak. Lengkap semua penderitaan di dalam sini.

"Nggak perlu ngelamun. Ngelamunin apa?" Tanya dosen pembimbing.

Aku hanya menggeleng. "Bukan apa–apa pak. Saya cuman bayangin, gimana rasanya nanti sudah kuliah nanti."

Obrolan tak jelas selalu saja terjadi ketika diriku mengobrol dengan orang lain. Diriku benar–benar berbeda. Mencoba untuk membuat mereka tertawa, tetapi mereka malah diam. Jokes yang dibuat diriku ternyata kurang enak didengar daripada yang lain. Jujur, ternyata diriku butuh tawaan.

Melupakan saat ini benar – benar fase yang sulit. Terlalu amat sulit. Bodohnya diriku pernah menolak yang datang, demi mempertahankan dirinya dan yang kini sekarang menghilang ditelan bumi sampai hanya tersisa tulang – berulang.

Banyak hal yang kumantapkan, hal yang dapat melupakan dirimu. Supaya diri ini tak terbiasa dengan bayanganmu. Tak membuat menangisi setiap melihatmu. Tak tahu bagaimana cara melupakan. Sering kutanyakan ke teman sekelas namun jawaban mereka tak sesuai yang kuharapkan ; dengan tidur aja kamu pasti bisa lupain dia ; dengan bunuh diri aja, bisa lupain segalanya ; nggak usah idup aja ; makanya kalau pacaran nggak perlu banyak kenangan ; hidup mah santai aja, nikmatin walaupun pikiran sesak. Begitulah kata mereka.

Mengikuti segala alur kehidupan dengan aliran yang damai. Tentram, walaupun pikiran sesak. Diriku harus tenang. Sebentar lagi akan disambut kelulusan. Bagaimanapun, aku harus lulus dan bekerja untuk membahagiakan, dia.

V O N : Hidup atau HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang