14.hati yang membeku

17 12 0
                                    

~kau pernah menorehkan luka yang begitu besar hingga sulit untuk diobati~

~Nurlaela~


♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Saat aku sampai di gerbang sekolah dengan 2 temanku.

Aku berjalan dengan wajah datar.tidak ada lagi wajah ceria ataupun tersenyum dariku.

Sekarang inilah aku.

Aku,indah dan wati berjalan memasuki sekolah.

Sesekali aku tersenyum kepada cewek yang menyapaku.

Ingat cewek bukan cowok.

Setelah sampai dikelas aku langsung duduk dan fokus dengan bukuku.

"Pagi lia"ucap wina.

"Pagi"ucapku.

"Pagi-pagi udah datar aja"ucap wina sedikit mengejek.

Aku mengubah ekpresi wajahku dengan ramah.

"Gitu dong kan cantik"ucap wina dengan tersenyum lebar.

"Wina kamu udah belajar?"tanyaku.

"Akumah engga usah belajar juga pasti bisa mengerjakan soal"ucap wina sombong.

Bisa di percaya karena otak wina pintar.

"Sombong amat mbak"ucapku.

"Bercanda"ucap wina menampilkan deretan giginya.

"Udah ah aku ingin belajar"ucapku mencoba mengusir wina.

"Gitu amat sama gue"ucap wina.

"Ya udah gue pergi"ucap wina dengan wajah yang di sedih-sedihkan.

"Wina gue bercanda"ucapku menarik tangan wina yang akan pergi dari hadapanku.

"Udah ah gue mau kebangku gue"ucap wina ceria.

"Ya udah sana"ucapku kembali mengusir dia.

"Bye"ucap wina melambaikan tangannya.

Aku kembali membaca buku yang ada dihadapanku.

Wina tidak pernah mengungkit ataupun memberi tau orang lain tentang deris.

Aku bersyukur karena mulut wina tidak ember.

Wina itu pikirannya dewasa dari pada aku yang kekanak-kanakan.

Aku tidak lagi bergabung dengan aci,indah,asri dan ganknya.

Karena aku rasa tidak sebanding dengan mereka.

Saat ku sedang serius ada lelaki yang menyapaku.

"Pagi lia"ucap lelaki itu.

Aku mendongkak kepalaku untuk melihat siapa yang menyapanya.

Dan itu adalah alwi.

"Pagi"ucapku datar.

"Aku mau nanya?"ucap lagi alwi.

"Boleh"ucapku sambil membulak-balikan buku.

"Sekarang pelajaran apa?"tanya alwi.

Aku menatap alwi dengan dahi mengerut.

Kenapa dia bertanya itu.

Tapi maklum lelaki engga pernah mencatat jadwal pelajaran.

"Matematika sama bahasa indonesia"ucapku kepada alwi.

"Oh makasihnya"ucap dia sambil tersenyum.

Hening

Beberapa menit dia terus saja menatapku.

Yang ditatap merasa risih dengan tatapan itu.

Tring...tring....

"Selamat"batinku

Suara bell masuk sudah berbunyi.bell menyelamatkanku dari tatapan yang membuatku risih.

"Aku kekelas dulunya"ucap alwi.

Aku mengangguk mengisyaratkan iya.

"Semangat ulangannya"ucap alwi sebelum keluar kelas.

Aku sedikit terkejut.

"Kenapa dia?"batinku.

Aku dan alwi tidak sekelas karena dia diruang 1 aku diruang 2.

Tapi kenapa dia bertanya sama aku padahal banyak teman sekelas kami diruangan itu.

Apa itu hanya modus.

Saat mendengar alwi berbicara begitu aku hanya biasa saja hatiku juga tidak bergetar sama sekali.

Sekarang hatiku benar-benar membeku.

Entahlah siapa orang yang akan mencairkan hatiku kembali.

Hanya waktu yang akan menjawab.

My love storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang