🌏

3.3K 191 6
                                    

"Let's kill this love! Tet terett ... Tereett ..." Seli asik bernyanyi sambil mendengarkan musik dari headshet dikepalanya.

"Hei, berisikkk!!" gerutu Ali dengan wajah kesal. Aku tertawa melihatnya.

"Dynamite! Whoa uh o!"

"I can't stop me can't stop me!"

"Turn it up! Turn it up!"

"Bonce like that!"

"Dance! Dance! Dance get up dance!"

"SELI!!! DIAMLAH!" teriak Ali dengan kesal. Tapi sepertinya Seli tidak mendengarkannya. Dia justru menaikkan volume bernyanyinya.

"Emm, Ali, kapan kita bisa keluar? Persediaan makanan juga pasti akan habis." Aku teringat sesuatu.

"Mungkin kita memang tidak bisa keluar, tapi alatku ini bisa. Kuharap." Ali menunjukkan tutup besi kemarin.

"Ini adalah alat teleportasi buatanku. Masih dalam masa percobaan. Mungkin jika hanya makanan dan minuman bisa menembus tameng ini," jelas Ali dengan raut wajah menyebalkannya.

"Miss Selena bilang, tameng itu bisa mencegah siapapun masuk atau keluar, bukan apapun. Dan dia juga bilang, kalau teleportasi jarak dekat masih bisa ditembus," lanjutnya.

Mulutku ternganga. Kenapa tidak bilang dari kemarin?, "Tapi, bagaimana kita membelinya?" tanyaku.

"Hehee, sebenarnya Miss Selena sudah bilang soal ini. Dia sengaja membuat tameng otomatis setelah pesan darinya terbuka." Ali menyengir.

"Dia telah memikirkan matang-matang lokasi markas kita, yaitu basementku. Tapi aku juga tidak tahu apa isi pesan dari Miss Selena. Yang aku tahu, Miss Selena memasang tameng canggih, yang ternyata tidak bisa membawa kita ke klan lain." Ali memberitahuku.

"Untuk persediaan makanan, aku telah menyiapkannya diatas. Diruang dapur rumahku. Alat ini bisa berpindah tempat mengambil makanan untuk kita." Ali menekan tombol. Dan tutup besi itu menghilang.

Sesaat kemudian, tutup terbang itu kembali membawa setumpuk makanan dan minuman.

"Miss Selena menyerahkan antena ini, ini satu-satunya alat yang bisa menembus tameng. Tapi seperti yang kukatakan tadi, hanya jarak beberapa meter saja." Ali menunjukkan sebuah antena yang dia pasang ditutup besi.

"Kalau begitu, tolong ambilkan pakaian ganti dirumahku, bisakah?" Alimengangguk, "Tapi, kamu harus bilang ke mama kamu, agar mamamu menyiapkannya terlebih dahulu." Ali memberikan ponselku dari atas meja.

"Tapi, bukankah kita kemarin kehilangan signal?" Aku mengusap layar ponselku.

"Lihat dulu," celetuk Ali. Baiklah, kulihat dilayar ponselku. Ternyata signalnya kembali. Aku segera mengirim pesan kepada mama agar menyiapkan baju ganti.

"Sel! Kamu mau diambilkan baju ganti tidak!?" Aku berseru kepada Seli yang masih asik dengan musik K-pop itu.

"Eh, Apa, Ra? Kamu tadi bilang apa?" tanya Seli menengok kearahku. "Kamu mau diambilkan baju ganti tidak, Seli?" Aku mengulang pertanyaanku.

Seli mengangguk. "Beri kabar ke orangtuamu agar menyiapkan baju gantimu. Nanti alatnya Ali akan datang didepan rumahmu mengetuk pintu layaknya tamu."

Seli mengusap layar ponselnya dan menulis pesan kepada mamanya. Meminta disiapkan pakaian ganti.

"Sudah?" tanya Ali kepadaku dan Seli. Kami mengangguk. Ali menempelkan antena ketutup besi lalu menekan tombol.

Beberapa detik kemudian, alat itu muncul kembali dengan dua tas berisi pakaianku dan Seli.

Kami sekarang tidak perlu mengkhawatirkan soal persediaan makanan dan pakaian ganti. Sekarang aku bingung mau ngapain.

RaSeLiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang