"Siapa St4r dan Sp4rk?" tanya Av memecah lengang. Kami menoleh. "Eh, mereka itu ... Kami bertemu mereka di suatu restoran. Katanya sih mereka sedang dalam misi menyelamatkan tempat mereka dari kekuasaan Ratu Calista." Ali menjawabnya.
Av mengangguk, tanda mengerti. "Ilo, bolehkah aku menumpang ke toilet?" tanya Batozar, Ilo mengangguk. Lalu mengantarkan Batozar ke toilet rumahnya.
Menyisakan Aku, Seli, Ali, Miss Selena, dan Av. "Emm, Sekarang kita mau ngapain?" celetuk Seli. "Av? Bolehkah kupinjam proyektor tadi untuk beberapa waktu ke depan?" tanya Ali pada Av.
Av mengangguk. "Bolehkah Aku, Eh, maksudku, kami permisi duluan?" tanya Ali. Miss Selena dan Av mengangguk. "Ayo!" Ali menarik tanganku dan Seli.
"Aku mau menunjukkan sesuatu kepada kalian!" seru Ali antusias. Aku dan Seli saling tatap tidak mengerti. "Apa yang mau kamu tunjukkan?" tanyaku.
"Tunggu saja, lihat saja nanti!" Ali menyeringai lebar. Sesampainya di kamarku dan Seli, Ali menyalakan proyeksi transparan yang dia pinjam dari Av tadi.
"Woahh!!" Aku dan Seli menatap benda itu tanpa berkedip. Canggih sekali. Benda kecil itu, setelah Ali mengaktifkannya, muncullah peta, atau lebih tepatnya hologram, memenuhi ruangan.
Sebenarnya kami pernah melihat alat seperti ini saat di Klan Bintang. Juga saat di basement Ali. Tapi kali ini berbeda. Hologram ini berwarna dan sungguh indah. Aku merasa menjadi raksasa disini.
"Hei, lihat itu!! Banyak sekali sungainya!" Seli berseru menunjuk kearah distrik sungai-sungai jauh. Aku menoleh kearah yang ditunjukkan oleh Seli tadi. Memang benar-benar indah.
"Ali! Bisakah kau bawa kita kesana? Sepertinya menarik!" pintaku sambil memperbesar wilayah sekitar sana. Seli mengangguk, memasang puppy eyes pada Ali. Aku tertawa melihatnya.
"Boleh saja, asalkan Miss Selena mengizinkan." jawab Ali, terkekeh. Kami pun kembali melihat-lihat. Jadi, proyeksi itu adalah hologram peta Klan Bulan. Kami menikmati pemandangannya.
***
Kami menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyisir beberapa wilayah Klan Bulan. Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam disini. Aku menguap lebar.
"Hoamm!!!" Aku menguap dan mengucek mataku. Begitu juga Seli. Dia terlihat mengantuk. "Sel, Kita tidur yuk!" Aku berseru dengan nada mengantuk.
Seli menyipitkan matanya, dan mengangguk. Ali? Dia masih sibuk dengan proyektor itu. "Hei, kalian mau kemana?" tanyanya saat melihat kami beranjak berdiri.
"Tidur, Kamu buruan kemasi prototipe itu!" Aku berseru, malas menanggapi Ali. Ali mengumpat sambil mematikan hologram peta Klan Bulan. Ia bersungut-sungut meninggalkan kamar kami.
Aku menatapnya tidak peduli. Sekarang aku mengantuk. Setelah Ali keluar, Seli menutup pintu kamar. Aku dan Seli pun langsung tertidur pulas di atas kasur empuk.
***
"Hei, Ra! Mana jawaban ujianmu!" Seli berbisik kearahku. Aku terperanjat. "U-jian apa, Sel?!" Aku melipat dahiku. Aku baru menyadari kalau aku sedang duduk di kelas.
Tunggu, Apa? Apakah aku tadi ketiduran? Ini masih di kelas? Dan, Ujian!? Hah??? Yang benar saja! Apakah ini masih Ujian!? Seketika mataku terbelalak terbuka lebar. Aku melihat sekitarku.
Aku menatap kertas di depanku. Aku melotot. Apa?! Belum kukerjakan! Aku langsung mengambil kertas ujian Seli. Menyalin jawaban Seli tanpa persetujuannya.
Aku tidak sempat memeriksa jawabannya. Aku langsung menyerahkan kertas ujianku dan Seli kepada Seli. Aku tersenyum kecut. Seli? Untungnya dia sahabat baikku. Dia tidak keberatan aku menyonteknya barusan.
Seli hanya terkekeh. "I-ini" kataku menyerahkan lembar jawaban. Seli menerimanya, lalu maju kedepan, menyerahkan lembar ujian kami kemeja guru.
Aku menghembuskan napas panjang. Bagaimana bisa aku ketiduran di kelas? Bukannya aku udah liburan. Bukannya aku semalam ada di Klan Bulan!? Apakah aku hanya bermimpi!?
Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri. "Hei, Ra! Jangan melamun!" Seli membuyarkan lamunanku. "Eh?!" Aku menoleh kearah Seli.
"Kamu memikirkan apa, Ra?!" bisik Seli, "Mikirin Ali yaaa!!!!" Seli menahan tawanya. "Enak saja!!!!!!!" Aku menentang dengan suara yang cukup keras.
Seluruh pandangan tertuju padaku. "Apanya yang 'enak saja', Raib?!" seru Miss Selena yang sedang menjelaskan rumus matematika di depan kelas.
"Eh, anu. B-bu-bukan apa-apa." Aku menunduk, malu. "Ups!" Seli mendesis. Baiklah! Aku memutuskan diam. Kembali menatap papan tulis di depanku. Memperhatikan pelajaran Miss Selena yang justru membuatku semakin mengantuk.
Tapi, tiba-tiba terjadi peristiwa yang janggal juga menyeramkan. Saat Miss Selena sedang menjelaskan, muncullah portal yang semakin lama semakin membesar, muat untuk orang dewasa di depan kelas.
Mataku terbelalak. Tapi tidak dengan murid lainnya. Semuanya diam seperti biasa saja, seperti tidak terjadi apa-apa di depan sana. Miss Selena pun begitu, dia masih sibuk menulis rumus-rumus di papan tulis.
Betapa terkejutnya aku melihat orang yang keluar dari portal itu, Tamus! "Hei, gadis kecil?" Suaranya membuatku bergidik ngeri. "Ta-Tamus!!?" Aku menatapnya tidak berkedip. Aku melongo.
"Mengapa? Terkejut melihatku?" Tamus terkekeh. Aku mengernyitkan dahi. Aku menoleh ke samping, kanan kiri, atas bawah, depan belakang, semua normal. Tidak ada yang terkejut. Bahkan sepertinya mereka tidak melihat, atau tidak peduli sama sekali? Tidak mungkin.
Hei bagaimana mereka tidak melihat kehadiran Tamus? Miss Selena pula?! Seli dan Ali?! Mereka sama sekali tidak melihat Tamus??. Hei! Yang benar saja!. Aku mengumpat di dalam hatiku.
Aku kebingungan sendiri. Aku pun memejamkan mataku. "Ra!" Seli berseru keras sekali. Memekakkan telingaku. "Ra!!! Bangun!!! Woyy!!!" Aku merasa tubuhku berguncang. Tidak salah lagi, diguncangkan keras oleh Seli.
"Ra!! RAIB!! Bangunlah!!" Seli mengguncang tubuhku semakin keras. "Huhh!!! Apa sih Sel!" Aku berseru kesal. Lalu membuka mataku. Eh?!
Aku terperanjat kaget. Aku berada di kamar? Dirumah Ilo?? Aku bernapas lega. "Hei, kamu kenapa sih, Ra!" Seli melotot kearahku. Aku yang merasa dipelototi Seli balas melotot padanya.
"Ngapain melotot segala, hah?!" Aku berdecak kesal, tidak menghiraukan Seli. "Eh?!" Seli mengalihkan pandangannya dariku. "Kamu tadi kenapa, Ra?" tanyanya, kali ini dengan lebih pelan dan lembut. Tidak seperti yang tadi.
"Kenapa apanya?" Aku mengernyitkan dahiku. "Kamu tadi, bergumam sendiri! Aku khawatir tau! Mana kamu keringat dingin lagi!" Kali ini Seli ikut berdecak sebal.
"Eh!? Benarkah!" tanyaku pada Seli. Seli mengangguk. "Iya! Sampai-sampai kamu hampir jatuh dari ranjang tadi! Entah kamu mengigau apaan!" Seli berseru padaku.
"Kamu tadi mimpi apa sih!" Seli memandangku. "Be-bertemu Tamus di depan kelas!" seruku tak kalah keras dari Seli. Seli melongo. "Apa?!" Dia memekik.
"Eh, tenang, Sel! Cuma mimpi!" Aku nyengir. Seli pun tersadar dari kagetnya. "Ya, sudah kamu buruan mandi gih! Aku tunggu di meja makan!" Seli sudah keluar dari kamar.
Aku pun bergegas bangun, menuju kekamar mandi. Aku pun membersihkan diriku. Aku mandi, menggunakan udara tentunya. Menurutku sih, lebih segar pakai udara dari pada pakai air.
KAMU SEDANG MEMBACA
RaSeLi
AventuraSebelumnya, terima kasih karena sudah mau berkunjung !!! Alur cerita 'sedikit' berubah :) Tiga remaja SMA berperan penting dalam dunia paralel? Raib dari Klan Bulan dengan kemampuan menghilangnya, Seli dari Klan Matahari dengan teknik kinetiknya, d...