🌏

2.2K 120 5
                                    

"Ma, aku pamit ya!" Aku mencium punggung tangan Mama, diikuti Ali. "Hati-hati dijalan, jangan pulang sampai larut malam ya!" Mama berseru kearahku dan Ali. Kami mengangguk.

Aku dan Ali naik ILY. Aku masuk kedalam ILY, ILY langsung menyapa kami. "Hai, Tuan Muda Ali, Putri Raib. Apa kabar?" tanya ILY. Aku tertawa, "Kabarku baik, ILY." "Tuan Muda?" ILY menegur Ali. "Heh, jangan ganggu aku." Ali menonaktifkan ocehan ILY.

ILY mendesing pelan. Tidak lupa, Ali mengaktifkan mode menghilang. Aku dan Ali serta ILY menuju rumah Seli. Sepanjang perjalanan, Aku dan Ali tidak saling bicara satu sama lain. Aku sibuk menatap keluar, sedangkan Ali sibuk dengan tombol-tombol didepannya.

Aku melamun, membayangkan selarik kesedihan yang ada dimata Miss Selena. Aduh, kenapa aku kemarin tidak berterus terang sih! Aku kan jadi penasaran sendiri!. Aku mengomel pada diriku sendiri.

Entah sejak kapan, ada yang mengguncangkan tubuhku, "Ra!!" seru Ali. "Hei, Ra!!" seru Seli yang ternyata sudah duduk didalam kapsul ILY. Seli dan Ali mengguncang tubuhku lebih keras.

Aku menoleh, "Apa!" jawabku ketus. Sungguh menyebalkan mereka ini! "Eh, kamu sih melamun!" Ali nyengir, diikuti Seli yang juga tertawa melihatku.

"Hm, hai, Seli!" sapaku pada Seli. Seli tertawa. Aku mengerutkan dahi. Apa ada yang salah? Ali kembali fokus pada kemudinya, menyisakan tawa Seli.

Aku mendelik pada Seli yang akhirnya diam. Tidak lama kemudian, Ali membawa kami ke sebuah taman ditengah kota. Aku bahkan tidak menyadari ada taman ini ditengah kepadatan kota.

Ali memarkirkan ILY didekat pohon (masih dalam mode menghilang.) Setelah itu, Seli keluar, diikuti Aku dan Ali. Aku menarik napas panjang, menghembuskannya.

"Taman yang indah," gumam Seli. Aku mengangguk pertanda setuju. "Ayo!" Tiba-tiba, Ali berseru menarik tanganku dan Seli. Aku terkejut, mengapa Ali terburu-buru?

Ali membawa kami kesebuah restoran romansa. Ternyata Ali telah memesan meja. Kami duduk disalahsatu kursi, pelayan langsung membawakan kami minuman.

Tempat ini diisi orang-orang yang sedang pacaran, aroma lilin terapi tercium disudut ruangan, banyak sekali hiasan bunga mawar, tempat ini sungguh amazing. 'Daebak' kalau kata Seli.

"Ali, kamu gak salah bawa kita kerestoran ini?" bisikku. Ali menggeleng. Seli disebelahku cemberut, "Seli? Kamu kenapa?" Aku bertanya padanya.

Seli hanya menghela napas tertahan. Lantas tertawa kecil.

"Sepertinya aku akan menjadi obat nyamuk sekarang!" seru Seli setengah kesal yang sudah tertawa terpingkal-pingkal. "Eh?" Aku menatap Ali-yang juga sedang menatapku.

"Apaan sih?" seru Ali dengan muka memerah. "Aku sengaja membawa kalian kesini, kita kan sahabat sejati?!" Ali nyengir. Aku hanya mengangguk saja.

Makanan pun datang, Dimeja didepan kami telah tersaji beberapa makanan yang sepertinya lezat, baunya harum. Kami langsung menyantapnya.

"Kali ini, Aku yang traktir." Ali nyengir menatap Aku dan Seli. Seli yang masih sibuk makan hanya mengangguk. Aku tertawa melihat tingkah sahabatku itu.

Selesai makan, Ali membawa kami kepinggiran sungai kota. ILY mendesing diatas permukaan air sungai. Kami menatap lantai dasar ILY yang sekarang sebening kaca.

RaSeLiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang