🌏

2K 120 3
                                    

"Hei!! Kamu kenapa, Ra?" Seli mengguncang tubuhku. "Eh?" Aku mengucek mataku. Aku bingung. Mengapa tiba-tiba ada Seli membangunkanku?

"Ra!!" Seli mengguncangkan tubuhku lagi. Kali ini dengan lebih kencang. Aku terbangun, duduk. Aku menoleh kesampingku. Seli!?

"Seli?" Aku menyipitkan mata. Seli mengangguk, tertawa. "Kenapa kamu tertawa, heh?" Aku menatap Seli yang tertawa geli.

Seli memajukan bibirnya. Aku menoleh kebelakangku. ALI?!. Heh, ada apa ini. "A-Ali???" Aku menoleh kebelakang. Ali tersenyum, Seli masih tertawa.

"Kenapa, Ra?!" tanya Ali. "A-aku kan tadi baru tidur dikamar, kenapa tiba-tiba aku disini, bersama kalian pula?" tanyaku bingung.

Ali dan Seli tertawa. Aku mengernyitkan dahiku. Hei, ada apa? "Haduh, Ra! Kamu sudah lupa? Tadikan kamu lagi jalan-jalan ditaman bersama kami." Seli tertawa terbahak.

Eh? Apa? Jalan-jalan? Ditaman? Bersama Ali dan Seli? Aku semakin bingung. "Eh, benarkah?" tanyaku penasaran. Seli yang masih tertawa, melanjutkan perkataannya tadi.

"Iya, Ra! Terus tiba-tiba kamu pingsan, jadilah Ali terjatuh, kamu menindihi Ali deh!" Tawa Seli semakin membahana. Apa!!? Gila?!!! Beneran???

Aku menoleh kearah Ali. Mukanya memerah seperti kepiting rebus. Aku menaikkan alisku. Kenapa? Ali hanya tersenyum. Sempat tertawa kecil tadi, melihatku yang kebingungan.

"Lalu, kamu pingsan dipangkuan Ali." Seli melanjutkan tawanya. Aku menatap tak percaya. Benarkah itu? Aku mencubit pipiku. Aws! sakit!! Berarti ini sungguhan, bukan mimpi?!

Tiba-tiba, hujan turun membasahi kami. Mukaku terasa kena cipratan air. Tiba-tiba, ada suara petir. Aku teriak, tapi ternyata, aku terbangun dari tidurku. Aku kembali kekamar. Aku menghembuskan napas perlahan.

Mama disampingku terkejut melihatku berteriak tadi. "Hei, Ra!" Mama berseru. Aku menoleh. "Ini sudah pukul enam lewat!" Mama berseru lagi.

Aku menoleh kearah jam dinding. Benar saja, ternyata udah pukul enam lewat, aku langsung berlari mengambil handuk, segera kekamar mandi.

Setelah itu, aku turun kebawah, melihat Papa yang sudah siap. Aku langsung berlari kearah Papa. "Hei, Ra! Tidak sarapan dulu?!" teriak Mama yang melihatku berlari keluar. "Tidak sempat, Ma!!!" Aku segera menyusul Papa.

"Pahh!!" Aku ngos-ngosan. "Eh, Ra?! Papa kira kamu akan naik angkot, kata mama tadi, kamu masih tidur, jadi Papa tinggal deh." Papa terkekeh melihatku.

Aku hanya tersenyum. "Ayo!" Papa berseru. Aku melangkah masuk kedalam mobil. Selama perjalanan, tidak ada pembicaraan antara aku dan Papa. Papa sibuk dengan setirnya. Sedangkan aku, menatap keluar jendela, melihat kesibukan kota yang gerimis.

"Sudah sampai, Ra!" Papa berseru. "Eh, iya, Pa!" Aku keluar mobil. Lalu mencium punggung tangan Papa. "Terimakasih, Pa!" Aku melambaikan tangan.

Aku segera berlari menuju kelasku. Saat ditangga, aku ditabrak seseorang. Aku pun jatuh terduduk dilantai. "Hei!" tegurku. Aku melihatnya, dia ... "ALI!" Aku melotot padanya.

Ali hanya nyengir, "Eh, maaf, Putri Bulan?" ucapnya, mengulurkan tangan kanannya kepadaku. Aku menerima uluran tangan Ali. Aku dan Ali berjalan bersama menuju kelas.

Tepat setelah Aku dan Ali tiba dikelas, bel masuk berdering. Seli yang melihat kami langsung menyapa. "Hei, Ra, Ali!" sapanya. "Pagi, Seli!" Aku balas menyapanya.

"Ciee, pagi-pagi udah barengan aja!!" Seli berseru dihadapanku. Aku melotot padanya. "Eh, bercanda, Ra! Jangan marah" Seli nyengir, Ali segera duduk dibangkunya, di belakang kelas, lalu tertidur pulas.

RaSeLiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang