🌐 Spoiler*BIBI GILL

4.7K 111 49
                                    

*Tentang 'G'

Raib dan Seli baru saja tiba di basemen rumah Ali.

"Hei, Ali, kamu lagi apa?" Raib bertanya--tersenyum ramah.

"Memangnya kamu tidak lihat aku lagi apa, heh?. Aku lagi baca. B-a-c-a." Ali menjawab ketus, tanpa menoleh. Wajahnya masih menatap halaman-halaman buku tua.

Seli tertawa pelan.

"Eh, aku tahu kamu lagi baca, maksudku kamu baca apa?" Raib sedikit kesal, padahal tadi dia sudah baik2 menegur Ali, baik2 tersenyum padanya.

"Memangnya kamu tidak tahu ini buku?" Ali mengangkat bukunya sedikit, menunjukkannya,

"Ini b-u-k-u, Ra. Kamu belum pernah lihat?. Anak TK saja tahu ini buku. Aku lagi baca buku."

Raib menepuk dahinya pelan.

"Dasar rese, tukang ngajak bertengkar." Mendengus pelan.

Seli tertawa tambah lebar, "Kalian berdua kenapa sih nggak pernah akur?"

Ali mengangkat bahu merasa tidak ada masalah.

"Akur gitu loh. Ali misalnya, apa susahnya coba dijawab saja dengan lurus pertanyaan Raib."

"Dia tahu aku sedang baca buku, kan, kenapa pula dia harus basa-basi bertanya, hei Ali, kamu sedang apa."

"Tapi tidak apakan basa-basi. Antar teman itu, basa-basi biasa loh. Bahkan kadang terlalu basa-basi jadi basi betulan, tidak masalah. Itulah serunya berteman."

"Kamh kenapa jadi ikutan sok tahu, Sel." Kelakuan menyebalkan Ali sepertinya bersiap mengarah ke Seli.

Seli tertawa lagi--mengabaikannya.

"Kita pulang saja, Sel." Raib menyikut bahu Seli.

"Eh, kita baru sampai, Ra."

"Pulang saja. Lihat itu Tuan Muda Ali sedang bad mood hari ini. Mungkin dia sedang kesal, ditinggal lagi keluar negeri oleh orang-tuanya. Entah itu orang-tua betulan atau hanya imajinasi."

Seli menggeleng--duduk santai di salah-satu kursi kosong. Mereka berdua datang justru karena Ali ingin memberi tahu sesuatu.

"Nah, Tuan Muda Ali, apa informasi yang penting sekali itu?"

Ali memperbaiki posisi duduknya. Di atas meja, di depan mereka, menumpuk buku-buku tua.

"Kalian tahu ini buku-buku apa?"

"Buku-buku tua, bukan?" Seli menatap buku-buku yang kecoklatan, dimakan rayap, satu-dua tidak utuh lagi.

"Itu betul. Tapi ini buku dari Klan Bintang, ruangan Padang Sampah. Ingat dengan petugas-petugas tempat itu? Zaad? Yang menyimpan buku-buku tua yang dibuang ke ruangan itu? Yang menyimpan benda-benda penting dari incaran sekertaris dewan kota Zaramaraz? Ini buku2 tersebut."

"Oh itu, aku ingat." Seli mengangguk-angguk.

"Nah, aku sedang membaca salah-satu bukunya, yang menarik sekali. Buku ini."

"Apa isinya, Ali?." Seli bertanya. Raib ikut memajukan posisi badan, melihat buku yang sejak tadi dibaca Ali--meskipun dia masih kesal kepada si Biang Kerok itu, dia ikut tertarik.

"Tentang G."

"G? Itu nama seseorang?"

"Yeah. Namanya hanya disebut begitu, G." Ali membuka salah satu halaman yang separuhnya sudah robek. Mulai membaca--dengan bantuan alat penerjemah.

'Dia adalah petarung hebat dunia paralel, sekaligus pengintai tiada tanding. Tidak banyak yang tahu tentang sejarah hidupnya. Tidak ada yang mengenal latar belakangnya. Seberapa jauh dia pernah berpetualang di dunia paralel.

Dia hanya dikenal dengan nama G. Sepanjang hidupnya dia menyamar menjadi seorang ibu-ibu tua, memakai tongkat, rambut beruban, wajah keriput, lebih mirip dengan tetangga kalian, tapi jangan keliru, dia memiliki teknik bertarung mematikan. Salah-satunya yang amat mahsyur, yang terus dicatat dalam buku-buku penting, adalah Teknik Beku. G tidak perlu menggerakkan satu jari pun, sekejap, sekitarnya telah membeku.

Menurut kesaksian, dalam sebuah pertarungan kolosal, G pernah membekukan radius dua kilometer di sekitarnya. Itu peristiwa horor mengerikan. Saat puluhan ribu Pasukan yang sedang berperang tewas seketika.

Tidak ada yang mengetahui secara pasti di mana G sekarang berada. Entah di klan mana. Entah sedang melakukan apa. Boleh jadi dia adalah ibu-ibu yang kalian lihat setiap hari saat berangkat kerja. Atau ibu-ibu yang tinggal di sebelah rumah kalian. Dia hidup dalam penyamaran yang abadi. Menyimpan rapat sejarah dan teknik mematikan miliknya.'

Catatan berikutnya terpotong, kertas itu robek.

"Wow." Seru Seli setelah mendengarkan Ali.

"Itu sungguhan?" Raib ikut berseru--sekaligus bertanya.

"Tentu saja. Buku-buku ini tidak akan disimpan Zaad ratusan tahun kalau hanya menulis dongeng atau fantasi."

"Itu berarti, banyak sekali petarung hebat dunia paralel di luar sana." Seli mengangguk-angguk.

"Apakah G jahat? Baik?"

"Aku tidak tahu."

"Dia jelas petualang dunia paralel."

"Yeah, dan boleh jadi besok lusa kita bertemu dengannya."

"Teknik Beku. Itu terdengar keren," Seli menoleh pada Raib, "Bukankah Raib juga bisa melakukannya?"

"Ini berkali-kali lipat jauh mengerikan, Seli. Hasil latihan ratusan tahun. Raib sih hanya bisa membekukan balok es. Untuk jualan es batu sih bisa."

"Enak saja." Raib berseru ketus.

"Betul kan? Dan itu hanya terjadi kalau dia terdesak, baru keluar teknik beku Raib."

"Ali, kamu mau kupukul dengan pukulan berdentum, heh?"

Seli tertawa lagi, menatap dua temannya.

"Bisa nggak sih kalian akur setengah jam saja?"

*Tere Liye.

**Karakter G, bisa kalian temui kisahnya di SELENA dan NEBULA. Karakter G mudah saja menghabisi Selena, persis di pertemuam mereka yang terakhir. Tapi dia memutuskan tidak melakukannya.

16 Desember 2019






























































Buat penggemar serial BUMI (Ali, Raib, Seli).

Setelah buku ke-8 (SELENA) dan ke-9 (NEBULA) rilis, karakter paling kuat di dunia paralel itu bukan lagi Ceros. Melainkan Bibi Gill. Dalam wujud penyamarannya sebagai ibu-ibu kantin di Akademi Bayangan Tingkat Tinggi dia sudah sangat mematikan; apalagi wujud aslinya.

Dan saya bisa mengonfirmasi (meski di SELENA dan NEBULA hanya disinggung selintas lalu), Battozar dulu adalah mahasiswanya Bibi Gill.🙂

*Tere Liye.

31 Januari



































RaSeLiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang