🌏

1.7K 104 3
                                    

Pagi ini aku bangun pukul 05:00. Kulihat Si Putih masih tertidur lelap. Aku bergegas mandi dan siap-siap. Aku menyisir rambutku yang sudah lumayan panjang.

Setelah bersiap, aku turun ke lantai bawah. Aku melihat mama yang sudah memasak di dapur, "Pagi, Ma!" Aku berseru mengagetkan Mama. "Pagi juga, Ra! Aduh, kamu ini, mengagetkan Mama saja!" celetuk Mama yang sedang memotong beberapa sayuran.

"Ada yang bisa Ra bantu, Ma?" tanyaku. Mama menggeleng. "Kamu sudah rapih sekali, Ra!" Mama tersenyum menatapku. Menghentikan pekerjaannya sejenak.

"Maafkan Mama ya, Ra." Mama memelukku. Maaf? Maaf untuk apa? Aku jadi bingung, "Eh, iya, Ma? Mama minta maaf untuk apa?" Aku akhirnya bertanya. Mama menggeleng, melanjutkan kerjanya.

Sebenarnya aku sudah siap, tinggal berangkat. Tapi Mama menyuruhku sarapan terlebih dahulu. Aku sudah mengenakan pakaian hitam desain Ilo.

"Ini, Ra! Makan dulu." Mama tersenyum memberiku roti panggang. Aku menerimanya. "Terimakasih, Ma!" Aku pun langsung melahap roti tersebut. Tidak lupa, mama menyiapkan segelas susu.

Aku meneguknya, tidak lama, Papa turun dengan pakaian rapi nya. Hari ini Papa tetap berangkat bekerja kekantornya. "Aduh, anak gadis-nya Papa sudah rapi saja pagi-pagi!" Papa bergurau.

"Kan mau ketemu pacarnya, Pa!" Mama menaik-turunkan alisnya menggodaku. Aku melotot kearah Mama. Pacar? Siapa? "Eh, Raib sudah punya pacar kah Ma?? Siapa, Ma?" Papa tersenyum menggodaku.

"Papa menyebalkan!!" Aku cemberut. "Eh, jangan cemberut begitu dong, Ra! Nanti cantiknya hilang." Papa menggodaku lagi. "Sudah, sudah! Ini Papa sarapan dulu!" Mama menengahi. Memberikan seporsi sarapan untuk Papa.

Papa menangguk, menerimanya, lantas menyantap sarapannya. "Ma, Pa ... Ra sudah selesai sarapan. Ra berangkat sekarang ya??" Aku berdiri menyalimi tangan orang tuaku.

"Hati-hati, Ra!" seru Mama. "Iya, Ma!!" Aku balas berseru. Aku segera berteleportasi menuju rumah Seli. Sekarang sudah pukul 05:49. Cukup melakukan dua kali teleportasi, aku tiba di halaman belakang rumah Seli.

Seli terlihat sedang berbincang-bincang dengan orang tuanya. "Pagi, Om, Pagi, Tante!" Aku langsung menyalimi tangan kedua orang tua Seli.

"Pagi juga, Ra! Kamu mengagetkan kami saja!" seru Papa Seli. Aku hanya tersenyum lebar. Aku duduk disamping Seli. Berarti sekarang tinggal menunggu Si Biang Kerok a.k.a Tuan Muda Ali. Atau perlukah ku sebut dengan 'Tuan Genius' ?

Lima menit kemudian, ILY mendesing pelan, turun di halaman belakang rumah Seli. Yap! Si Genius eh maksudku Si Biang Kerok itu datang membawa ILY. "Pagi, Ra, Sel! Pagi, Om, Tante!" Ali menyapa kami.

"Pagi juga, Ali." Kami membalas sapaannya. Setelah beberapa saat, Muncul portal yang semakin lama semakin besar. Disana muncullah Miss Selena dengan penampilan pengintainya.

"Kita berangkat sekarang!" ujar Miss Selena setelah bersalaman dengan orang tua Seli. Miss Selena menatapku. Aku langsung mengeluarkan buku kehidupan.

Seperti biasa, Ada suara merambat ditanganku. 'Putri bulan, hendak kemana' tanya buku kehidupan itu. "Rumah Ilo, Klan Bulan." Aku menjawab antusias.

Plop!
Muncullah portal menuju klan Bulan, tepatnya dirumah Ilo. Kami langsung naik kekapsul ILY. Lalu Ali menggerakkan tuas kemudi. Kami masuk kedalam portal.

Hanya beberapa detik, kami telah tiba dirumah Ilo, Klan Bulan. Saat kami turun, kami mendapati Ilo, Vey, Ou, dan Av tersenyum ramah menatap kami.

"Kak Seli!!" Ou terbirit-birit berlari memeluk Seli. "Kak Raib, Kak Ali!" seru Ou. Aku menoleh, Ou memelukku. Aku balas memeluknya. Oh iya, aku teringat sesuatu.

RaSeLiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang