🌏

1.7K 97 2
                                    

"Av, benda apa ini?" Seli bertanya pada Av. Ditangannya ada suatu benda berbentuk seperti gelas? Mug? Cangkir?. "Itu dinamakan 'Cawan Keabadian', Dulunya, Cawan itu menampung obat sakti, berupa cairan tubuh dari pemilik keturunan murni. Putri Bulan waktu itu. Cawan ini milik Klan Nebula. Dan waktu itu terjadilah kerusakan keseimbangan." Penjelasan Av membuat air muka Miss Selena berubah sendu.

Terdapat selarik kesedihan di mata Miss Selena. Av masih menjelaskan sejarah tentang cawan itu. Aku tidak mendengarkan. Aku fokus pada Miss Selena, yang menunduk dalam penuh arti.

"Miss?" panggilku. Miss Selena mengangkat kepalanya, menoleh padaku. "Miss Selena tidak apa?" tanyaku pelan. Sebenarnya aku ragu-ragu bertanya. Tapi aku tidak mau mati penasaran. Aku pun memutuskan untuk bertanya. Belum lagi pertanyaan yang waktu itu belum jadi kutanyakan.

Miss Selena menggeleng pelan. "Aku tidak apa-apa, Ra!" Senyumnya terlihat getir. Seperti terpaksa tersenyum. Aku tidak mau melanjutkan bertanya.

Ali!? Dia sibuk dengan suatu alat prototipe yang diberikan Av padanya. Aku tidak heran, entah apa yang dilakukan Si Biang Kerok itu. Dia antusias sekali menatap layar hologram didepannya.

Aku kembali melihat-lihat perkamen tua di perpustakaan bagian terlarang. Sesekali aku bertanya pada Av. Aku membaca beberapa perkamen dan banyak hal yang tidak kumengerti.

Aku menoleh kearah Miss Selena. Entah mengapa, raut wajahnya seperti sedih, kehilangan, kecewa, marah, atau apalah. Sepertinya dia merasa bersalah terhadap sesuatu.

***

Tidak terasa, hari sudah mulai siang. Aku dan Seli berpamitan untuk pulang kerumah Ilo. Ali?! Dia tidak mau ikut. Dia masih asik dengan prototipe di hadapannya. Aku dan Seli berteleportasi keluar perpustakaan.

"Sel! Kamu tahu? Miss Selena sepertinya menyembunyikam sesuatu?!" Aku berkata pada Seli. Seli menoleh, lantas menggeleng. "Tidak tahu?!" Seli mengangkat bahunya.

Kami pun melanjutkan perjalanan menuju rumah Ilo, sambil sesekali melihat suasana kota Tishri. Banyak keramaian dimana-mana. Hingga saat aku asik menoleh kesana kemari, aku menabrak, tepatnya ditabrak oleh seseorang.

Bruk!! Aku terjatuh. Seli membantuku berdiri. "Kamu tidak apa, Ra?!" Seli berseru cemas. Aku mengangguk. Aku tidak apa-apa. Betapa terkejutnya Aku dan Seli saat melihat siapa orang yang menabrakku.

"Ily?!!!!" Aku dan Seli berseru bebarengan. Aku membulatkan mataku. Menatap Ily. Ini sungguhan?? Aku masih tidak percaya, begitu juga dengan Seli.

Seli mengucek matanya beberapa kali. Memastikan ia tidak salah lihat. Memang benar, Seli tidak salah lihat. Aku juga melihat sosok Ily didepan kami sekarang.

"I-Ily? Apakah kamu sungguh Ily???!!" Aku menatap tidak percaya. Orang di depanku itu hanya tersenyum. Senyum yang manis. Membuatku semakin menatapnya tidak percaya.

"Ily!!!!" Seli menangis dalam pelukannya. Seli memeluk Ily erat sekali. Aku ikut menangis terharu. Tapi ini beneran Ily 'kan? "Ily?" Aku masih bertanya-tanya. Orang di depanku itu mengangguk. Menyatakan kalau dia benar-benar Ily.

Orang di depanku itu tersenyum padaku. Membenarkan kalau dia itu benar-benar Ily. Aku sungguh tidak percaya. "Bagaimana kabar kalian, Raib, Seli?!" Dia bertanya.

Suaranya. Jelas sekali. Kami mengenal suara itu. Benar-benar persis seperti suara Ily. Aku menangis bahagia. Suaraku tercekat setelah mendengar suara Ily. Seli semakin histeris dalam pelukan Ily.

RaSeLiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang