🌏

1.4K 91 2
                                    

"Jadi, tadi setelah kau berteleportasi meninggalkan kami ..." Seli bercerita dengan nada sedikit mengejek Ali. Aku hanya memutar bola mataku. "Kami segera menyusulmu. Karena letak rak-rak nya sudah berubah, aku dan Ily berhenti berteleportasi. Kami memutuskan berjalan biasa saja. Lain halnya dengan Ali, karena sudah merasa pandai, dia malah mempercepat teleportasinya. Dan alhasil, dia menabrak salah satu rak buku didepannya. Ali pun terjatuh." Seli menahan tawanya.

"Saat Ali terjatuh, banyak pandangan yang tertuju ke arahnya. Bahkan karena benturan tersebut, tuh ada benjolan dijidatnya!!" Seli menunjuk luka memar di dahi Ali. Ali mendesis sebal pada Seli. Seli terus saja tertawa tanpa memedulikan Ali yang kesal.

"Kamu ada-ada aja sih, Ali!" Aku berseru ketus sambil mendekatinya. Ali mengekspresikan muka bingung saat aku di depannya. Aku tertawa dalam hati. Dan aku memiliki ide jahil.

Aku menampilkan smirk kecil. Mengepalkan tanganku, menariknya kebelakang. Saat sudah dibelakang kepalaku, aku seolah-olah bersiap untuk mengeluarkan pukulan berdentum kearah Ali. Sontak Ali pun terkejut.

Seli yang tadinya tertawa, langsung berhenti dan ekspresinya berubah menjadi cemas. Ily juga menatapku bingung. Av dan Miss Selena bahkan hendak menghentikan tanganku.

Sepersekian detik kemudian, aku benar-benar mengarahkan tanganku yang mengepal ke dahi Ali. Namun, bukan pukulan berdentum yang kulepaskan. Melainkan teknik penyembuhan.

Sebelumnya Ali menatapku ketakutan. Aku hanya tersenyum miring. Wajah Ali seolah mengatakan 'Ra, apa yang akan kau lakukan padaku!!?' Aku hanya bisa tersenyum jahat padanya. Aduh, maaf, Ali. Hihihi ...

Dan saat ku arahkan tanganku ke wajahnya, tiba-tiba dia berteriak histeris yang secara otomatis membuat kami semua ternganga. Ali berteriak layaknya wanita yang sedang berdiri di tengah jalan dan akan ditabrak mobil. Kalian bisa membayangkannya bukan?,9 Antara percaya dan tidak percaya.

Iya, Ali. Dia berteriak seperti itu, yang membuat kami menoleh kearahnya. Seolah kami tidak percaya jika yang berteriak itu adalah seorang Ali yang genius dan sok tampan.

Kami terkejut. Sedangkan aku tidak peduli akan hal itu. Aku tertawa dalam hati. Dan tepat saat tanganku mendarat di dahi Ali, Ali memejamkan matanya. Seolah dia benar-benar akan ku pukul.


Aku menggunakan teknik penyembuhanku pada dahi Si Biang Kerok itu, mengelusnya perlahan. Aku menatap wajahnya yang ketakutan sampai-sampai dia memejamkan matanya begitu. Aku menahan tawaku.

Av dan Miss Selena tersenyum menatapku. Sedangkan Seli, dia tersenyum geli, menahan tawanya. Ily hanya menggelengkan kepalanya sekilas dan tersenyum. Aku menghela napas pelan. Ku pandangi wajah Ali yang lucu dan menggemaskan.

Aku pikir benar kata Seli. Jika saja Ali lebih rapi, rambutnya disisir atau dibiarkan berponi seperti oppa-oppa korea yang digemari Seli, dan dia mau merawat dirinya dengan baik, dia memang termasuk dalam 'Gwi Yeo Wun'.

Aku mengakui ada sedikit ketampanan di wajahnya. Dia memang cute dan imut, apalagi saat berteriak histeris tadi. Aku bahkan tidak menyangka dia bisa menjerit ketakutan layaknya perempuan. Aku pun tersenyum geli. Dan saat itu juga, Ali membuka matanya perlahan.


Dia menatapku lamat-lamat. Entah apa yang dia pikirkan sampai sebegitunya menatapku. Aku yang merasa dipandangi Ali, balas tersenyum canggung kepadanya. Dan itu membuatnya melamun menatapku.

RaSeLiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang