"Aku akan menikah," ucap gadis manis berambut panjang indigo dengan poni yang menghias dahinya. Namanya Hyuuga Hinata.
Satu kalimat pernyataan itu sanggup membuat dunia Sai hancur. Pemuda keturunan Yakuza itu terdiam dalam waktu yang lama. Menatap wajah gadis manis di depannya yang sejak pertama kali bertemu sudah berhasil mencuri hatinya.
Gerimis di bulan Desember mulai menampakkan diri. Menyapa permukaan bumi yang telah gersang karena kemarau panjang. Udara perlahan terasa sejuk, tapi tidak dengan kondisi hati Sai saat ini.
"Begitu? Baguslah," kata pria berkulit pucat itu santai, sebelah tangannya tersembunyi di dalam kantong celananya. Pemuda jangkung itu terlihat acuh tak acuh.
Hinata mengepal tangannya. Beginikah akhir dari kisah cintanya? Penantiannya setelah tujuh tahun?
Ketika akhirnya mata hitam Sai menatap lurus Hinata. Pemuda itu tersenyum. Bukan sebuah senyum mengagumkan yang biasa ia gunakan untuk menarik perhatian perempuan. Senyum kali ini murni karena hatinya ikut senang, seperti sebuah kemenangan yang kentara. Layaknya seorang Jengis Khan yang berhasil menaklukkan daratan Asia.
Hinata berusaha keras mencari fokus lain, namun berkali-kali gagal. Karena arah pandang matanya selalu kembali menatap sosok pemuda yang enggan keluar dari hatinya. Teringat akan perkataan Sai setahun yang lalu tiba-tiba pemuda itu memutuskan hubungan mereka secara sepihak.
"Kita akhiri saja hubungan ini. Kau harus mencoba untuk menemukan orang yang baik. Aku pun akan menemukan penggantimu. Lupakan aku, Hinata. Aku tak bisa melanjutkan hubungan ini." Meski jauh di lubuk hatinya, Sai tidak mau itu terjadi.
"Kenapa?" Hinata bertanya serak. Cinta 7 tahun yang mereka jalani kenapa harus berakhir seperti ini. Gadis itu akhirnya sadar, air matanya jatuh.
"Terlalu rumit untuk dijelaskan." Sai tak acuh dan meninggalkan gadis Hyuuga yang mematung sendiri di halte bis. Sai benar-benar pergi meninggalkannya. Ia baru saja menyampaikan ucapan selamat tinggal. Gadis itu menangis. Ya, pemuda jangkung itu telah pergi, membawa hati Hinata bersamanya. Shimura Sai benar-benar laki-laki kejam.
Dan setahun berlalu sejak kejadian itu, hari ini Sai menerima sebuah undangan dari mantan kekasihnya. Pemuda Shimura itu tersenyum tipis membaca nama calon mempelai Hinata.
Hyuuga Hinata dengan Sabaku Gaara.
Ah, rupanya Matsuri tidak bohong. Usai perpisahan itu, Hinata menjadi depresi hingga Matsuri membawanya ke psikiater.
Hinata pamit pergi, meninggalkan Sai yang masih terdiam sendiri. Kejadian yang sama persis seperti setahun lalu saat dia meninggalkan si sulung Hyuuga.
Sai tak pernah berpikir bahwa ia akan mengucapkan selamat tinggal begitu mudah kala itu. Satu-satunya hal tersisa hanyalah kenangan yang mereka bangun bersama.
Benar adanya jika orang-orang bilang bahwa mengucapkan selamat tinggal itu merupakan hal yang menyakitkan. Sai meremas bagian dadanya yang terasa sakit. Segalanya telah berakhir. Sesuai dengan rencananya. Namun, air mata yang ia tahan sejak tadi akhirnya menjebol pertahanannya.
Kisah cintanya dikalahkan oleh kanker otak. Kecelakaan di Los Angeles yang telah membuatnya koma selama sepuluh hari. Lalu ketika terbangun dari komanya, vonisan kanker otak dari dokter membuat dunia Sai hancur.
Ia tak punya masa depan dengan Hinata. Ia harus melepasnya.
🍑🍑🍑
Pertemuan pertama Hinata dengan Sai terjadi di perpustakaan sekolah. Saat itu Hinata menggapai sebuah novel romansa, namun tangannya tak sampai meski ia sudah menjinjitkan kakinya. Lalu sebuah tangan lain berhasil mengambilnya dengan mudah dan memberikan novel tersebut padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hinata Hime [On Going]
Fanfiction↔ Don't forget to follow me 😄😄 🔴 Disclaimer : Masashi Kishimoto Pairing : ❤ Naru_Hina [Gomenne]✔ ❤ Gaa_Hina [My Sweet Bloody]✔ ❤ Tone_Hina [Sweet Tanabata]✔ ❤ Shika_Hina [My Dream is You]✔ ❤ Shisu_Hina [Secon Chance in Klevan]✔ ❤ Sasu_Hina [Shado...