Shadow of Thief - 3 End

1.7K 218 22
                                    

"Hinata," Suara panik Naruto terdengar ketakutan saat melihat pemandangan di kamar rekannya.

Mata Hinata meredup. Deru napasnya lambat-lambat. Tubuhnya banjir keringat Sasuke. Beberapa waktu lalu sang kekasih menggagahi tubuhnya, membiarkan si tampan itu menggerayangi dan menerkamnya tanpa ampun. Ia tak mengenakan apapun. Pakaian berserakan di lantai.

Apa yang ia rasakan selain rasa sakit yang maha dahsyat? Area bawahnya seperti ditusuk ribuan pisau. Suaranya hilang, bahkan air matanya sudah kering. Ia ingin mati, lelah dengan apa yang ia alami. Sang Pencuri Bayangan menyentuhnya kasar. Pria itu dengan nafsu memuncak berhasil menyalurkan hasrat iblisnya. Ia menerkam sang gadis dengan kekuatan setan. Jika dulu darah perawan yang Sasuke koyak, kini justru pendarahan hebat yang ia berikan pada gadis malang itu. Berbeda saat ia bercinta dengan Sasuke si kutu buku.

Naruto mengambil selimut lalu menutupi tubuhnya. Ia segera mencari pil pelangi agar kekuatan gadis itu pulih kembali.

Hinata ingin mati, tapi ia harus bertahan karena usai melakukan hal itu Sasuke berbisik di telinganya. 'Jangan mati, tugasmu belum selesai. Aku masih membutuhkan tiga batu mulia lagi. Dan kau harus melayaniku kapan pun aku mau'.

"Ayo telan obat ini. Ini adalah pil pemulih tenaga, minumlah jika kau tak ingin mati." Naruto berusaha menepuk pipinya dan memberikan obat itu, tapi mata Hinata keburu tertutup. Dengan terpaksa ia memberikan obat tersebut pada gadis malang itu melalui mulutnya.

Lima menit kemudian, keadaan Hinata sudah kembali normal. "Gadis bodoh!"

💎💎💎

Semenjak tahu Sasuke adalah Shadow of Thief, Hinata mulai ragu apa ia mencintai pria itu? Sepanjang pencarian batu mulia, Sasuke selalu menuntut hasratnya dipuaskan sebagai ganti nyawa kedua keluarganya.

Batu mulia Emerald kini berada di tangan Sasuke. Tinggal dua lagi. Mata hitamnya berubah biru sesaat tanda ia sangat senang. Ia berjalan menuju perpustakaan mencari Hinata dan menemukan gadis itu sedang duduk membaca buku. Irisnya berubah menjadi jingga. Ia mendekati Hinata, duduk di sampingnya lalu berbisik, "Aku sedang bernafsu."

Bagai di sambar petir, Hinata merinding. Ia memejamkan matanya takut. "Sa-Sasuke-kun kumohon jangan di sini. Ini perpustakaan dan banyak teman-teman ...,"

"... aku tak peduli," potongnya cepat, "di mana pun tempatnya tak masalah bagiku." Detik itu juga Sasuke menghentikan waktu. Ia menyeringai puas ketika semua makhluk di sekitarnya berhenti bergerak.

Hinata menatap sekeliling yang diam tak bergerak. Bercinta di atas meja perpustakaan dengan dengan Sasuke, di antara ribuan buku, keberadaan teman-temannya yang tak bergerak. Oh Tuhan, kegilaan apa yang direncanakan iblis di depannya ini.

"Aku tak suka ekspresi wajahmu yang ketakutan seperti itu. Bukankah kita akan bersenang-senang?" Sasuke bergumam. Ya, bersenang-senang bagi Sasuke, tapi pemerkosaan bagi Hinata.

Gadis manis itu menatap pantulan wajah lelahnya di cermin. Ia merasa perutnya mual, detik selanjutnya ia memuntahkan isi perutnya. Usai menyeka mulut, tubuhnya tegang seketika karena Naruto mendadak muncul tepat di belakangnya, seperti hendak memeluknya, gadis itu memejamkan matanya takut kala bibir Naruto mampir di telinganya. "Saranku, nikmati saja setiap percintaanmu dengan Sasuke daripada kau terus tersiksa di setiap melakukan hal itu, tapi ingat ...," Sorot mata Naruto berubah tajam, "jangan libatkan perasaanmu karena Sasuke tak pernah mencintaimu. Dia hanya berambisi menjadi demon seutuhnya."

Tangan Hinata bergetar, ingin menampar wajah pemuda jangkung itu, tapi Naruto sudah menghilang bagai asap. Di dekat kran ada sebutir pil pelangi. Meski omongan Naruto kasar, justru dia yang paling perhatian padanya.

Hinata Hime [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang