Wajah Minato terlihat kesakitan. Ini sudah kesekian kalinya pemuda bermarga Namikaze itu berteriak histeris ketika tim medis berusaha memasang gips di kari kirinya. Suaranya yang keras mengguncang isi rumah sakit hingga beberapa dokter kewalahan menghadapinya. Biar bagaimanapun dia adalah cucu sang pendiri rumah sakit Senju tersebut.
"Tuan Muda, mohon tenanglah! Suara Anda bisa mengusik kenyamanan pasien lain," ucap salah seorang perawat laki-laki sabar, karena teriakan Minato membuat seisi rumah sakit tak nyaman.
Minato menarik kasar perawat laki-laki itu. "Tenang?" Mata itu menatap kesal seolah meminta jantungnya. "Kau pikir aku sedang mengikuti paduan suara? Menikmati suaraku, begitu?"
"Kau memang berisik, Jiisan," ucap Hinata santai. "Hanya kena tendangan kecil seperti itu saja, kau sudah merengek seperti anak kecil yang kehilangan permen."
Minato menunjuk kesal pada gadis jelmaan Annabel di depannya yang malah santai mengungah biji kwaci.
Hinata tak peduli makian Minato yang dilontarkan padanya begitu sadis. Yang jelas hatinya sangat puas menendang tulang kering kaki pemuda yang dianggap preman sekolah.
Beberapa perawat dan dokter yang menangani keadaan Minato undur diri.
"Kau harus bertanggung jawab atas kakiku!"
Putri Hyuuga Hiashi itu hanya menatapnya sekilas. Malas sekali. "Jangan khawatir, aku akan terus ada di sisimu untuk memantau keadaanmu."
"Aku tidak butuh! Akan kupastikan keluargamu rata dengan tanah."
Hinata tertawa keras hingga memperlihatkan deretan giginya yang putih. "Aku sudah bilang, aku akan bertanggung jawab. Tak perlu khawatir, aku melakukannya dengan sangaaat ... senang hati, Jiichan."
"Jangan memanggilku Jiisan!" hardik Minato tak terima. Dirinya yang masih muda dan tampan malah dipanggil jiisan oleh gadis di depannya. Yang benar saja, akan hancur imej seorang Namikaze Minato yang disukai banyak gadis tiba-tiba dipanggil paman.
"Atau kau mau kupanggil Niisan?" Hinata mendekatkan dirinya.
Minato melengos sebal. Gadis bermarga Hyuuga di depannya ini sungguh besar nyalinya. Selama ini belum ada seorang gadis pun yang begitu berani padanya. Semuanya takut dan begitu segan. Namun, itu tak berlaku bagi Hinata. Sepertinya gadis itu memiliki dendam kesumat yang dia sendiri tidak tahu apa penyebabnya.
"Jiisan," panggil Hinata pelan tepat di telinga Minato.
Sontak pemuda itu merinding, dia tidak tahu kenapa gadis di depannya ini begitu menakutkan. 'Sejak kapan dia jadi dekat seperti ini? Aku bahkan tak mendengar langkahnya.' Boneka jelmaan Annabel di depannya berbisik hingga menyentuh telinganya. Untuk pertama kalinya Minato meremang, dia jadi susah bernapas melihat kelakuan berani Hinata.
"Benar kata papa, kau sangat menyebalkan saat muda." Hinata berdiri, mengibaskan rambut panjangnya. Di saat yang bersamaan datang seorang wanita baya yang masih cantik dengan penampilan elegan dan rambut yang sama dengan Minato.
"Minato," wanita itu mendekat dengan wajah cemas melihat keadaan Minato. "Apa yang kau lakukan? Kau berkelahi dengan siapa lagi? Ya Tuhan ... kau pasti sudah gila. Kemarin lenganmu terkilir, sekarang kakimu patah, besok apa lagi?!"
Hinata melihat ada rasa putus asa dari wanita di dekatnya yang kini melihat keadaan Minato. "Permisi, apa Bibi ini ...."
Wanita itu menoleh. "Kau berkelahi karena merebut gadis ini dari kekasihnya?"
"Bukan!" Untuk pertama kalinya mereka kompak menjawab. Mereka sama-sama melengoskan wajahnya.
Wanita itu melipat kedua tangannya, menatap Hinata lamat-lamat dari atas hingga bawah seolah gadis itu akan mengikuti audisi super model. "Kau siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hinata Hime [On Going]
Fanfic↔ Don't forget to follow me 😄😄 🔴 Disclaimer : Masashi Kishimoto Pairing : ❤ Naru_Hina [Gomenne]✔ ❤ Gaa_Hina [My Sweet Bloody]✔ ❤ Tone_Hina [Sweet Tanabata]✔ ❤ Shika_Hina [My Dream is You]✔ ❤ Shisu_Hina [Secon Chance in Klevan]✔ ❤ Sasu_Hina [Shado...