"Neji, mengalah pada adikmu. Berikan mainanmu pada Eichi," tegur Hinata pada anak lelaki berusia 8 tahun, yang duduk di kursi samping kemudi ayahnya. Setiap pagi selalu ribut saat mobil akan mengantar mereka ke sekolah masing-masing. Hinata yang SMA kelas 3, Neji yang masih SD kelas 3 dan si kecil Eichi yang masuk play group.
Neji bersikap tak peduli. Anak lelaki itu tetap asyik dengan gaget-nya, sementara Eichi, balita 3 tahun itu semakin merengek.
"Neji!!"
"Kenapa aku harus mengalah padanya? Dia bukan adikku! Aku tak punya adik seperti dia!!" teriak Neji.
"HYUGA NEJI!" bentak Hinata kesal.
Anak 8 tahun itu tak kalah kesalnya menatap sang kakak dan adiknya. Lalu tatapannya beralih pada lelaki berusia di akhir empat puluh tahunan itu. "Ayah, kapan Ayah akan mengirim mereka ke rumah Nenek di Tokyo? Aku tak suka mereka tinggal bersama kita! Aku ingin mereka pergi dari kehidupan kita."
"Kau saja yang pergi ke Tokyo!" balas Hinata tak mau kalah.
Lelaki itu hanya diam. Hingga akhirnya mobil berhenti di depan SMA Kaiho. Hinata keluar dari mobilnya.
"Kakak, hati-hati. Aku sayang Kakak." Eichi, bocah 3 tahun itu melambaikan tangan lalu kedua tangannya membentuk hati di atas kepalanya. Bocah itu sangat menyayangi Hinata. Ya, mungkin karena gadis itu yang paling baik padanya dibanding Neji yang jutek.
Hinata tersenyum. Tiba-tiba saja bola kecil yang dipegang Eichi jatuh lalu menggelinding ke paving. Saat gadis itu akan mengambilnya, sebuah mobil melindas bola itu hingga gepeng.
Dari dalam mobil keluar sosok pria dewasa dengan tubuh jangkung yang tegap, rambut dongker dan bermata hitam. Pria itu mengenakan kemeja putih lengan panjang dengan setelan celana panjang hitam. Ia melihat bola plastik yang sudah gepeng itu.
Hinata terdiam bagai batu. Aliran darahnya seakan berhenti mengalir di tubuhnya. Bahkan dia tak mendengar saat Eichi memanggilnya.
Pria dewasa itu menatap Hinata dan Eichi bergantian. Sudut bibirnya tertarik, membentuk senyuman indah. Mendekati anak lelaki yang kepalanya menyembul di balik kaca jendela mobil. Melirik Hyuuga Hiashi tanda minta waktu sebentar. "Wah, aku minta maaf, besok aku ganti bolamu, ya."
"Sungguh? Paman tidak bohong?" Mata biru milik Eichi membulat lucu. Penuh harap.
"Tentu, asal kau kembali lagi besok. Aku ganti dengan bola yang lebih bagus," janji sosok itu sembari mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya. Permen karet dengan rasa mint.
Eichi menerima permen tersebut dengan senang. Anak kecil itu melambaikan tangan gembira saat mobilnya melaju pergi.
Pria dewasa itu menatap Hinata yang terdiam dengan wajah pucat. "Tak kusangka kita bertemu lagi, Hinata. Ah ... aku adalah Kepala Sekolahmu yang baru. Kita akan sering bertemu nanti," ucapnya sambil tersenyum manis. Sosok itu berlalu begitu saja, tak memedulikan beberapa murid perempuan yang ia yakini sedang membicarakan dirinya.
Pria itu ....
💝💝💝 Fake Love 💝💝💝
Los Angeles, seorang pria 27 tahun itu tersenyum saat mendapati sebuah pesan singkat.
From : Sasuke
'Sepertinya kita dikutuk, aku bertemu dengan Mantan Terindah dulu. Aku bahkan ditugaskan di tempat dia bersekolah. Apa ini hukuman untuk kita?'Jemari pria itu mengetik pesan singkat untuk membalas.
To : Sasuke
From : Naruto
'Well, aku tidak sabar kembali ke Jepang. Minggu depan aku akan pulang. Melihat ekspresi wajah manisnya saat bertemu nanti.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Hinata Hime [On Going]
Fanfiction↔ Don't forget to follow me 😄😄 🔴 Disclaimer : Masashi Kishimoto Pairing : ❤ Naru_Hina [Gomenne]✔ ❤ Gaa_Hina [My Sweet Bloody]✔ ❤ Tone_Hina [Sweet Tanabata]✔ ❤ Shika_Hina [My Dream is You]✔ ❤ Shisu_Hina [Secon Chance in Klevan]✔ ❤ Sasu_Hina [Shado...