Lalisa menghampiri Joo Hyuk yang sedang bersama seorang pria berusia lima puluhan dengan pelipis robek.
"Apakah dia ... Apa yang terjadi?" tanya Lalisa begitu menyadari luka robek di pelipis kiri si pria.
"Dia mencoba melemparku dengan batu bata tapi sebelum mengenaiku, batu itu kutendang dan mengenai pelipisnya," cerita Joo Hyuk masih menatap kesal ke arah si pria yang hanya nyengir penuh penyesalan.
"Kenapa dia ingin menimpukmu? Pasti kau melakukan hal yang membuatnya terancam," tuduh Lalisa yang di jawab dengan cibiran kesal dan tatapan tidak percaya oleh Joo Hyuk.
"Benar nona, ia menguntitku. Aku pikir ia orang jahat," ujar si pria tua terburu-buru tetapi langsung terdiam ketika melihat kilatan mata Joo Hyuk yang seakan menyuruhnya diam dan tangan terkepalnya yang akan memukulnya.
"Oppa! Hentikan. Bisa-bisa kau malah berakhir di kantor polisi," kesal Lalisa. "Jadi apa dia orangnya?"
"Yup, dia orangnya. Ceritakan lagi, bagaimana kau bertemu Hye Sun!" perintah Joo Hyuk.
"Sumpah! Aku tidak ada hubungan dengan kematiannya. Aku hanya seorang supir lepas. Polaris adalah tempatku biasa menunggu. Kau tahu, tempatnya memang hanya terlihat seperti tempat entertainment biasa. Tetapi orang yang datang kesana hanya orang-orang berdompet tebal. Mereka menyebalkan, tidak menghargai orang, tetapi tips mereka bisa berkali-kali lipat dibanding mengantar orang dari bar-bar biasa."
Joo Hyuk mendengarkan cerita si supir sambil menyetir ke arah Polaris, tempat yang diceritakan oleh Mr. Moniker.
"Lalu bagaimana kau bertemu dengan Hye Sun?" tanya Lalisa yang duduk di sebelah kiri Joo Hyuk sambil menatap Mr. Moniker dari kaca spion tengah.
"Aku diminta datang dan mengantar Hye Sun oleh Mr. Blake. Aku memang sudah sering mengantar tamu mabuknya. Waktu itu aku duduk di mobil milik Mr. Blake sambil menunggu Hye Sun. Ketika aku sedang menunggu, Hye Sun sepertinya sedang terlibat cekcok dengan Mr. Blake, tapi dari tempatku menunggu, aku tidak mendengar apa yang mereka bicarakan. Hingga puncaknya, Hye Sun menampar Mr. Blake lalu langsung masuk ke mobil. Selama perjalanan pulang, Hye Sun hanya menangis, tapi aku tidak bertanya apapun."
Lalisa terlalu memperhatikan cerita Mr. Moniker hingga tidak menyadari kalau mereka sudah tiba di Polaris.
"Inikah tempatnya?" tanya Joo Hyuk. Kini mobil Joo Hyuk sudah terparkir di seberang gedung berwarna pastel dengan tulisan 'Polaris'.
Bangunan itu tampak seperti gedung serba ada, di lantai pertama, terdapat restaurant makanan Perancis yang menyediakan berbagai macam pasta, sedangkan di lantai dua nya terdapat tempat karaoke dan bioskop. Sama sekali tidak terlihat seperti menyimpan rahasia didalamnya.
"Iya, itu tempatnya. Karena sudah sampai sini, bolehkah aku turun? Mungkin saja aku mendapat pelanggan hari ini," ucap Mr. Moniker menatap penuh harap.
¤¤¤
Lucky memukul kepala Danzel dengan marah. Tubuhnya memang lebih kecil dari Danzel, tapi keluarganya memiliki kekuasaan. Sedangkan Danzel hanya seorang anak dari rakyat biasa, demikian kata ayahnya yang merupakan pemilik firma hukum terkemuka. Jadi Lucky sama sekali tidak takut menghadapi rakyat biasa seperti Danzel walau tubuhnya kalah tinggi.
"Kau bisa merusak reputasiku, apa kau tahu? Apa kau tidak bisa memakai otakmu saat melakukan sesuatu?" geramnya.
"Guru baru itu, Miss Watanabe memergoki pesta kalian di rooftop. Entah kapan dia akan melakukan sesuatu pada kalian. Dan jika iya, jangan pernah membawa namaku, karena aku akan menyangkal! Lakukan sesuatu pada guru baru itu!" Amarah Lucky sudah sampai ke ubun-ubun, bukan hanya karena kebodohan Danzel saja tetapi juga sok kuasanya Dylan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] Themis - Undercover
Fanfiction⚠This Story were adapted from a kdrama - Class of Lies - Ceritanya sama dengan beberapa karakter yang berbeda.⚠ Lalisa Watanabe, seorang jaksa yang tanpa sengaja terlibat kasus pembunuhan di sekolah elite sehingga mengantarnya untuk menyamar menjadi...