Myra menggandeng tangan Dylan, mereka berjalan-jalan menyusuri trotoar yang samping kiri kanannya dipenuhi pepohonan pinus dan bunga-bunga yang bermekaran indah, karena hari itu masih memasuki musim semi.
"Kupikir kau melupakan ulang tahunku," kata Myra, tersipu.
"Bagaimana mungkin aku melupakannya." Dylan menarik tangan Myra lembut untuk duduk di sebuah kursi taman. "Untukmu," ujarnya setelah mereka sudah duduk.
Dylan memberikan sebuah box berwarna ungu dengan pita transparan berwarna sama. "Kuharap kau menyukainya."
Myra menerimanya dengan senyuman dan membuka kotak pemberian Dylan.
"Sini, kupakaikan," ucapnya sementara jemarinya mengambil gelang bunga mawar yang mewah lalu memasangkannya ke tangan kanan Myra.
"Thanks, Dylan. Aku sangat menyukainya, ini cantik sekali. Padahal aku tidak apa jika kau tidak memberikan hadiah. Kehadiranmu sudah menjadi hadiahku sendiri."
"Tidak, kau harus mendapat hadiah. Seorang gadis cantik sepertimu sudah seharusnya mendapatkan yang terbaik," ucapnya membuat Myra kembali tersipu.
Kedua pemuda pemudi itu kini hanya diam, menikmati kebersamaan mereka sambil menatap orang yang lalu lalang. Angin lembut yang tidak terlalu dingin serta suara serangga malam semakin menambah romantis malam itu.
"Oh! Film itu masih tayang?" tanya Dylan sambil menunjuk poster film "Along with God".
"Hmm, sayang sekali aku tertidur di tengah film. Aku sangat merasa bersalah padamu."
"Kenapa? Aku mengerti kok. Bagaimanapun kau kan habis berlatih, jadi tidak heran kalau kau tertidur. Tapi filmnya benar-benar keren. Aku sampai tidak bisa mengalihkan pandanganku dari awal sampai akhir."
"Benarkah? Kau menontonnya hingga akhir tanpa ketinggalan?"
"Hmm, bahkan aku masih mengingat adegan-adegan peaknya."
Myra menatap Dylan yang masih asyik memandang ke depan dengan tatapan bingung. Pasalnya, walau memang dia tertidur tidak lama film itu diputar, di tengah film itu, Myra terbangun dan tidak menemukan sosok Dylan di kursi kanan kirinya. Tetapi entah kenapa ia selalu lupa bertanya pada Dylan dan sekarang ia berubah menjadi penasaran.
¤¤¤
Cindy, trainee junior yang berlatih di agensi yang sama dengan Ghia sedang menangis tersedu, mencoba menjelaskan fotonya yang sedang viral pada direktur agensinya.
Sebenarnya, fotonya hanya memperlihatkan beberapa anak sekolah yang sedang berkumpul di sebuah restoran barbeque. Tidak ada yang salah dengan kebersamaan itu, tetapi yang menjadi masalah adalah adanya beberapa buah botol beer dan gelas-gelas yang terisi minuman beralkohol itu. Hal itulah yang kini menjadi viral, mengingat Cindy masih dibawah umur.
Sambil menangis dan memeluk Ghia, Cindy berusaha menjelaskan kalau ia hanya ikut gathering itu sebentar karena salah satu temannya berulang tahun namun setelahnya ia langsung pulang karena harus berlatih di agensi. Ia sama sekali tidak menyentuh minuman beralkohol itu.
Tetapi si direktur sudah terlanjur murka lagipula, benar atau tidaknya Cindy meminum alkohol agak sulit dibuktikan karena tempat duduk Cindy dan teman-temannya berada di daerah blind spot. Sehingga susah dibuktikan dengan CCTV. Apapun yang dikatakan Cindy tidak kuat untuk membersihkan namanya yang terlanjur buruk di mata netizen. Terlebih lagi ia dilatih untuk menjadi idol yang image adalah segalanya.
Cindy dan Ghia keluar dari ruang direktur, dimana Cindy masih terus bergelayut manja pada Ghia sambil sesenggukan membela diri. Sedangkan Ghia berusaha menenangkan dengan mengelus punggung Cindy tanpa mengeluarkan kata apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] Themis - Undercover
Fanfiction⚠This Story were adapted from a kdrama - Class of Lies - Ceritanya sama dengan beberapa karakter yang berbeda.⚠ Lalisa Watanabe, seorang jaksa yang tanpa sengaja terlibat kasus pembunuhan di sekolah elite sehingga mengantarnya untuk menyamar menjadi...