"Kau pasti sangat khawatir. Anakmu begitu manis dan kau harus meninggalkannya." Lalisa duduk di samping Detektif Wong yang dengan wajah sendunya menatap putrinya yang sedang bermain di lapangan bersama teman sekelasnya.
"Aku yakin Mr. Miles pasti memberikan penawaran padamu. Apa yang ia katakan? Apa dia berjanji menjaga masa depan putrimu jika kau menanggung semua kesalahannya di penjara?" lanjut Lalisa karena Detektif Wong sama sekali tidak menjawab sapaan basa-basinya.
"Enyahlah! Ucapanmu tidak masuk akal!" desis Detektif Wong yang sudah berdiri dan melangkah menjauhi Lalisa.
"Apa kau sungguh-sunggu menganggap kalau Mr. Miles tidak akan pernah mengganggumu lagi kalau kau sudah dipenjara?" tanya Lalisa sedikit keras karena jarak antara dirinya dan Detektif Wong yang cukup jauh.
"Kau harusnya tahu dari pengalaman. Dia itu tipe orang yang akan menyingkirkan siapapun yang menghalangi masa depannya," desak Lalisa, berjalan mendekat ke arah Detektif Wong yang membeku mendengar ucapan Lalisa.
"Bagaimana jika setelah ini kau tidak lagi bisa melihat putrimu? Bukan hanya kau yang dalam bahaya, tapi juga putrimu," peringat Lalisa yang masih dipunggungi oleh Detektif Wong, tapi Lalisa tahu kalau pria itu pasti mendengarnya.
"Bersaksilah kalau itu adalah perintah Mr. Miles. Bekerja samalah maka hukumanmu akan diringankan. Pikirkan baik-baik, selama Mr. Miles berkuasa, bukan cuma kau yang tidak aman, tapi juga putrimu."
Detektif Wong tersadar dari lamunannya yang mengingat pertemuannya dengan Lalisa saat ia duduk mengamati putrinya bermain, seperti yang selama ini ia sering lakukan ketika dua polisi menarik paksa kedua tangannya untuk menariknya keluar dari ruang interogasi.
"Tunggu!" teriak Detektif Wong memberontak dari genggaman tangan kedua polisi.
Mr. Grimm mengangkat tangannya menghentikan kedua polisi tersebut dan meminta keduanya melepaskan cengkramannya.
"Ada apa? Apa ada lagi yang ingin kah katakan?" sinis Mr. Grimm.
Detektif Wong menatap Mr. Grimm dengat tatapan tajam lalu tersenyum miring, "Senator Miles yang menyuruhku mengatakan pernyataan yang barusan kubuat. Ia mengatakan kalau aku harus mengakui bahwa Mr. Blake yang menyuruhku memalsukan TKP. Dia juga yang mengatakan kalau aku harus mengakui telah membunuh Mr. Blake karena tidak mendapat imbalan yang dijanjikan untuk menutupi perintah Senator Miles."
Joo Hyuk tersenyum senang dari balik kaca dua arah yang membatasi ruangannya dengan ruangan interogasi dan dengan cepat menghentikan tangan staf kejaksaan yang mau mematikan rekaman untuk menutupi pernyataan Detektif Wong.
"Apa kau punya bukti?" desis Mr. Grimm marah.
"Tentu. Aku merekam panggilan terakhir yang dilakukan senator kepadaku. Senator Miles mengancamku menggunakan putriku dan memintaku untuk menanggung semua kesalahannya."
Joo Hyuk tersenyum puas lalu menunduk mendekatkan mulutnya ke arah microphone yang terhubung dengan ruang interogasi.
"Jaksa Grimm? Kau telah bekerja dengan baik. Terima kasih." Suaranya menggema di ruang interogasi, membuat Mr. Grimm semakin geram.
"Oh, jangan coba-coba menghancurkan buktinya. Kesaksian Detektif Wong sudah terekam dan satu lagi, semua yang ada disini adalah saksi," katanya lagi, membuat Jennie yang sedari tadi hanya diam, tersenyum menatap Joo Hyuk yang meledek Mr. Grimm
Mr. Grimm tidak lagi bisa menutupi kemarahannya, ia berteriak-teriak marah sambil menunjuk-nunjuk kaca dua arah yang terhubung dengan Joo Hyuk dengan kesal. Meskipun ia masih mampu menahan dirinya untuk tidak merusak barang apapun yang ada di ruang interogasi atau ia bisa dikenakan pasal perusakan fasilitas pemerintah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] Themis - Undercover
Fanfiction⚠This Story were adapted from a kdrama - Class of Lies - Ceritanya sama dengan beberapa karakter yang berbeda.⚠ Lalisa Watanabe, seorang jaksa yang tanpa sengaja terlibat kasus pembunuhan di sekolah elite sehingga mengantarnya untuk menyamar menjadi...